Aku kembalikan
Saputangan putih milikmu
“Abi, beliin eskrim!, yang vanilla
ya?”
“iya dibeliin, eh, tapi adanya
eskrim rasa jengkol, abis yang vanillanya”
“aaaaaaaakk, mana ada eskrim rasa
jengkol, ada juga rasa pete, ckckckck, eskrim vanilla nya dua ya, satu buat Abi
satu buat,, Umii,”
“tau dari mana Abi suka es krim
vanilla,?“
“yee, kan Abi dulu pernah cerita ke
Umi, Abi sukanya es krim vanilla”
“nih, es krim nya!”tanganku menyodorkan
eskrim yang baru saja dibeli kemudian duduk disampingnya
“makasi Abi, asik ya, makan eskrim
sambil duduk berduaan, di senja pinggir pantai lagi, toss dulu dong Abi”tangannya
mengangkat eskrim mengisyaratkan aku untuk melakukan hal yang sama
“ tos pake eskrim? Gak ada kalii”
“emmhhhh, adaaa,,toss dulu Abi”suaranya
manja dengan tangan mengangkat kembali eskrimnya
“ya uda, tringg,”berdua mengangkat
eskrim menirukan suara gelas yang beradu
“yeeeee, Abi pinter”bibirnya
beleporan eskrim, lucu dilihat,,
Suasana
ini begitu indah, tuhan sekali lagi berbaik hati menitipkan cintanya pada kedua
insan di bumi. Menyirami tanaman yang haram dengan air pernikahan. Dan tuhan
menakdirkan kami berdua duduk menikmati senja dengan pesona alam yang begitu luar
biasa. Terima kasih tuhan, terima kasih telah membuat kami berdua bisa mengarungi
hidup bersama. Ridhai kami untuk saling mencintai, saling menjaga, saling
menasihati, saling berbagi dikala duka maupun suka. Hamba bersyukur padamu
tuhan.
“Abi, tau gak hari ini hari apa?”tanyanya
menatap manja kearahku
“emh, hari rabu, kenapa gitu”jawabku
polos
“bukan hari rabu, eh, iya ya
sekarang hari rabu, tapi bukan itu Abi, masa Abi lupa,”
“bentar, ta pikir dulu, emmhh,,
hari apa ya, hari,,,,,,,,,,,,,ya, abi ingat,, sekarang adalahh hari,,,, setelah
selasa,hehehe”ucapku sambil menggaruk-garuk kepala
“Abi jahat” wajahnya sengaja
dipalingkan dengan posisi tangan melipat ke dada, bibir juga sengaja
dimanyunkan. ia memang ekspresif.
“yeee,, ko jadi cemberut gitu, Umi
jelek ih kaya badut, ayo kasi tau Abi hari ini hari apa“
“ENGGA” manyunnya semakin kedepan, malah
terlihat semakin lucu.
“walaaaah, marah ya, yauda, Abi
cari istri lain ah yang gak gampang marah”
“yauda sana pergi, huh”matanya
melirik lalu berpaling lagi,
“hehehe, beneran ni pergi ya, net
netnet net net pergi ni,,”pura-pura beranjak pergi
“jangan,”matanya manja menatap
sambil mendekap tanganku
“tenang, Abi inget ko hari ini hari
apa,”
“iya?,,hari apa coba?”matanya
berbinar dan tangan kanan nya memegang erat tanganku
“iya tau, sebelum Abi katakan hari
ini hari apa, Abi mau cerita dulu tentang seseorang yang sangat berjasa dalam
hidup Abi selain ibu,”
“ayah ya?”
“selain ayah”
“paman,?, atau pasti Umi ya?”
“yeee, orang nya berjasa waktu Abi
masi kecil,,dan Abi gak kenal orang itu, “
“oohhh, ya udah Abi cerita
deh”kepalanya mulai menyender ke bahuku,dan tanggannya memainkan tanganku,
“jadi gini ceritanya,,,”
“waktu Abi kecil, kehidupan Abi gak
seperti sekarang, begitu sulit, untuk makan pun susah apalagi untuk pendidikan,
tapi Abi kecil bertekad ingin sekali sekolah,seperti anak-anak sebaya Abi. ibu
bapak Abi akhirnya bisa mensekolahkan Abi ke sebuah sekolah dasar di dekat
rumah, ya walaupun dengan uang pinjaman dari tetangga.” aku memulai bercerita sembari
menatap senja di ujung laut sana, deburan ombak mewarnai suasana melankoli ini,
dan tangannya tetap erat memegang tanganku.
“emh, Abi dulu waktu kecil ganteng
gak ya?”celoteh nya sembari mulai menggeserkan kepala ke pangkuanku
“ganteng lah, uda gede nya aja
ganteng, apalagi waktu kecil”
“iye deh ganteng, kan Uminya juga
cantik, jadi Abinya juga harus ganteng, hihihihi”
“Umi bisa aja,”tanganku gemas mencubit
lembut pipinya, “lanjut ya ceritanya Umi”, kutatap sejenak wajahnya yang sejenak
mengangguk, senyumnya berhasil memunculkan sejuta keindahan memalingkan aku
dari menatap keindahan panorama alam senja, matanya teduh bersinergi dengan
lesung pipinya yang merona merah jika aku kecup. Bidadari surga ini tak akan
pernah aku sakiti, janjiku
“Abi ingat sekali waktu itu Abi
kelas tiga. Dikelas ada pelajaran menggambar, dan Abi senang banget menggambar,
bagi Abi menggambar adalah seni meluapkan imaginasi, tapi bapak tidak bisa
membelikan Abi pensil warna padahal temen sekelas Abi semuanya punya pensil
warna. Abi merengek seharian minta dibelikan pensil warna, bukannya dibelikan, Abi
malah dimarahin, ya uda, Abi kecil pun lari dari rumah entah kemana, pokonya
harus dapet pensil warna bagaimanapun caranya”
“wuihh, Abi tukang ngambek ya waktu
kecil”sela nya dengan ekspresi kepala geleng-geleng.
“entahlah, mungkin kalo Abi
perempuan, Abi sudah nangis trus ngurung diri di kamar, perempuan kan kaya
gitu”
“gak semua kaya gitu juga si Abi, Umi
waktu kecil gak pernah nangis hanya karena ingin sesuatu, apalagi ngurung diri
di kamar, gak banget deh, Umi tuh ya kalau uda ada yang dimau, ya sebisa Umi
kejar itu, kaya nabung, atau berpikir realistis lah,keren kan Umi ? hehehe”
Beruntung sekali
aku menikah dengannya, pikirannya sebenarnya lebih dewasa daripada aku, tapi ia
selalu tahu kapan harus jadi dewasa, kapan harus manja, atau kapan harus
serius. Ia istri yang berbakti pada suami, Ia juga bisa jadi seorang sahabat
yang selalu mengingatkan dan menghibur dengan kepolosannya, “ia deh Umi keren,
jempol buat umi,”
“yeee, akhirnya dipuji Abi juga, hehehe”ia
selalu tertawa renyah diakhir ucapannya, tertawa yang enak didengar, memberi
energy positif disekelilingnya untuk ikut tersenyum.
“trus Abi kemana aja pas kabur dari
rumah,, ups,, lari dari rumah maksudnya, hehe”
“waktu itu masih siang, Abi kecil
pergi ke kota untuk mencari pensil warna, entah bagaimana caranya. Abi pergi melihat-lihat
ke toko alat tulis, gak ada uang, dan gak mungkin juga Abi mencuri dari toko
itu, akhirnya Abi putuskan untuk menjadi kuli, gak seperti kuli yang uda dewasa, Abi hanya bisa
bantu-bantu mengambilkan barang di toko kelontongan saat ada pembeli. Karena
sering salah ngambil barang, Abi di marahin sama pemilik toko dan diusir keluar
dari toko”
“wah, Abi kasian ya, trus trus Abis
itu?”ia bangun dari pangkuan ku dan kembali bersandar di bahuku.
“Abi ya pergi dari toko itu,
keadaan Abi saat itu sangat labil, gak bisa lagi berpikir jernih, Abi duduk di
pinggir jalan berpikir apa yang akan Abi lakukan, saat itu, seorang anak kecil berkepang
dua, berjalan sendirian dengan membawa satu pack pensil gambar. Entah setan
dari mana yang merasuki Abi hingga Abi tanpa pikir panjang langsung mendekati
anak kecil berkepang dua tadi untuk merebut pensil warna di tangannya, harus
punya, bagaimanapun caranya pikir abi saat itu. Abi kecil perlahan-lahan
mendekati anak kecil tadi dari belakang, ia asik mengayun-ayunkan pensil
warnanya. Dalam sekejap Abi rebut pensil warna dari tangannya, ternyata
pegangan anak kecil itu kuat, kemudian Abi dorong ia hingga terjatuh, dan pegangannya
pun terlepas, ia mengaduh kesakitan, tapi dia tidak menangis, belum sempat Abi
lari, sebuah pukulan cukup keras menghantam wajah Abi, Abi dengar anak kecil
itu berkata ‘hentikan ayah’,namun suara anak kecil itu sepertinya tidak
terdengar oleh orang yang ia panggil ayah, pukulan kedua mengahantam wajah Abi
hingga darah keluar sedikit dari hidung. Kalau saja seorang ibu-ibu tidak
menghentikan laki-laki itu, pasti abi sudah di pukul lagi, umi kenapa jadi diam?”
“engga ko, ayo lanjut lagi
ceritanya Abi”terlihat matanya sedikit berair, aku teringat pesan seseorang,
jika wanita tiba-tiba berubah pikiran, dan ia bilang engga apa-apa, maka yang
terjadi adalah pasti ada apa-apanya.
“beneran Umi gak apa-apa?”
“iya gak apa-apa, trus yang berjasa
siapa nya?, anak kecil tadi, ayahnya atau ibu-ibu yang menghentikan ayah anak
kecil itu?” suaranya coba ia normalkan, orang yang ekspresif memang biasanya
agak susah menyembunyikan perasaan nya.
“nah saat itulah, saat Abi mengaduh
kesakitan dengan darah keluar dari hidung, anak kecil berkepang dua tadi berbalik
dan datang menghampiri Abi, ia berjongkok, dan perlahan mengusap pelan-pelan
darah dari hidung Abi, Abi ingat sekali, ia kemudian bilang ‘kalau saja kamu
minta pensil warnaku, pasti aku kasih, kata ayah mencuri itu perbuatan monster,
aku takut sekali monster, jadi kalau aku ingin sesuatu, aku pasti bekerja keras
untuk mendapatkannya, jangan mencuri lagi ya, nanti kamu jadi monster, hiiii,
serem.’ Kami berdua lalu tertawa lepas, setelah itu, ia pergi lagi menemui ayah
ibunya, dan Abi lupa kalo saputangan putihnya masih Abi pegang untuk
menghentikan darah dari hidung Abi,”
“Umi ko jadi sedih gitu, kasian ya
denger cerita Abi pernah dipukulin” tanyaku melihat raut mukanya mulai tidak
tahan dengan buncahan air mata di pelupuknya.
“engga ko, Umi terharu mendengar
cerita Abi,”jawabnya menahan tangis.
“tau gak Umi, semenjak itu, Abi selalu
ingat kata-kata anak kecil berkepang dua itu, jika ingin sesuatu, maka bekerja
keras lah, aneh juga sebenarnya ada anak kecil bisa bilang begitu, makanya, Abi
selalu fokus pada satu tujuan, dan jika Abi lelah dan mulai malas, Abi selalu
melihat saputangan putih punya anak kecil berkepang dua itu, ingin sekali Abi
ucapkan terima kasih dan mengembalikan saputangan nya, tapi Abi gak tau harus
mencari kemana anak kecil itu, mungkin ia sekarang sudah dewasa, sudah cantik
dan pasti hatinya baik, beruntung sekali orang yang bisa menjadi suaminya,”
Kulihat air
matanya mulai jatuh tak tertahankan, ia tetap merangkul tanganku, erat, seperti
tak ingin lepas.
“ini,, usap air mata Umi pake
saputangan ini”.ku sodorkan saputangan putih pada nya.
“tapi ini kan sapu tangan berharga
punya Abi,”ucapnya tanpa memandang wajahku
“Abi kembalikan saputangan ini kepada
pemiliknya, terima kasih sudah menjadi motivasi sepanjang hidup Abi, terima
kasih telah mau berbalik lagi untuk mengusap darah di hidung Abi, Abi gak tau
apa yang akan terjadi pada Abi jika waktu itu Umi kecil tidak berbalik lagi
menghampiri Abi, dan Tuhan berbaik hati menakdirkan kita dibersamakan dalam
satu ikatan, maaf Abi belum bisa jadi imam yang baik di setahun pernikahan
kita, selamat ulang tahun Umi, Abi sayang Umi karena Allah,”ku peluk mesra
tubuhnya dan ku kecup hangat keningnya,
“terima kasih juga Abi sudah mau
jadi imam buat Umi, Umi beruntung bisa dipertemukan dengan Abi, maaf jika Umi
belum bisa jadi istri yang baik,Umi juga sayang Abi karena Allah,”
Sekali lagi hamba bersyukur Ya
Rabb, terimakasih atas semuanya. Lindungilah kami dan anak cucu kami..
Lalu adzan magrib berkumandang…..
Finally,,
BalasHapusSo sweet gitu sih, Mam.. KTT nih.
Jadi pengen tau gimana ceritanya si Abi teh ketemu sama Uminya,,trs gimana dia bisa tau kalo si Umi anak kecil itu?
Uminya pasti golongan darah B,,haha
secara gtu kalo uda nikah, pasti mulai terbuka dengan foto2 waktu kecil masing2,ya si abi nya tau dari foto waktu kecil si umi, kalo cerita si abi ketemu si umi, di cerpen selanjutnya,,,,
BalasHapuswah, spesialis golongan darah mah tau aja ya,,
oooooo...gitu... imajinasi yang logis... *ngelus-ngelus janggut #eh, ga punya ding! :D
BalasHapussip lah, ditunggu cerpen selanjutnya
lebih enakan dibaca yang ini drpd yg berkerudung bru tea.. hehe .. lebih suka cerita yang ini.. smangat kakak.. moga jadi writer ulung lah.. :D
BalasHapusmakasih anonim
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskaaann... saya terharu lagi. hahaha.. saya memang payah. ini keren nih ceritanya, belum pernah baca cerita yg mirip2 begini :D
BalasHapuskeep writing mas. saya bakal jadi pembaca setianya.
Asik, punya jg pembaca setia, hahaha, baiklah, bakalan rajin apdet ini mah
BalasHapus