Entah tanggal berapa, pokoknya yang diingat bahwa hari itu
adalah hari minggu. Saya, si anak muda yang mencoba meraih mimpi besar dengan
modal nekad, diminta untuk menelpon. Cuman nelpon gan. Tapi ngumpulin keberanian
nya itu, ya ampun, butuh waktu berhari-hari. Bahkan ampe menit-menit akhir,
saya masih belum berani hanya untuk menekan tombol "call". Keringat
dingin bercucuran. Padahal cuma mau nelpon manusia yang ia juga makan nasi sama
seperti saya.
"ka, ayah udah siap ditelpon" begitulah kira-kira
isi sms kamu yang membuat lutut saya gemetaran setelah membacanya.
Saya yang masih di kantor, bergegas keluar dan berjalan
memutar ke arah belakang menuju menara tower pengawas. Tanpa ragu saya menaiki
setiap titian tangga tower pengawas setinggi 5 meter itu. Bukan, saya bukan mau
bunuh diri. Saya hanya mau menelpon bapak-bapak, yang kalau bapak itu mau, saya
bisa jadi menantunya.
"Alamak, kenapa pulak harus di atas menara tower
pengawas? Nanti kalau saya ditolak kepiye?
Apakah alam bawah sadar saya bakal nyuru loncat dari atas tower karena
frustasi?" pikiran jahat mulai mengacau
"ndak lah.
Kan nelpon bapak itu sebatas untuk berkenalan doang. Urusan lamar melamar mah
nanti aja kalau udah bertatap muka di rumahnya. Ayo mam, Cuma sebatas nelpon,
kenalan, udah." pikiran baik menyikut pikiran jahat.
Jadi kenapa harus di atas tower? Karena diduga, diatas tower
sinyal akan bagus. Gak seru kan kalau nelpon orang penting tapi hah hoh hah hoh gara-gara sinyal jelek.
Memang beberapa hari yang lalu saya diminta untuk menelpon
ayah mu di hari minggu. Tujuannya ya hanya untuk berkenalan. Tapi mengenalkan
diri sebagai apa? emm, sebagai teman. Teman? Teman apa? Haduuh, memikirkan
kemungkinan-kemungkinan percakapan nya saja sudah bikin saya pengen loncat dari
ini tower. Ayo gan, kuatkan! cuma kenalan! Nanya nama, tanggal lahir, alamat,
kode pos, berapa IPK, halah, ini melamar gadis apa melamar kerja.
Fiuhh, Bismillah, apapun yang terjadi. Laki-laki gak boleh
mundur sebelum berperang. Mari berjuaaaaaaaannggggg!!!! Tekaannn tombol
caaaaallllllll nyaaaaa..
"Halo Assalamualaikuuumm," hening, menunggu
beberapa saat, tidak ada jawaban.
"Halo assalamualaikum" hening lagi, masih tidak
ada suara. Ketika saya liat di layar hape, baru ingat belum mengetik no hape
bapak nya. halah.
"Iya pak, saya Imam, temannya Nisa. Emm, gimana kabar
bapak? sehat kan pak?"
"Oiya, mas Imam, sehat Alhamdulillah. Mas imam juga
gimana kabar nya sehat?"
"alhamdulillah sehat pak, ,,,,," dan obrolan pun
mengalir begitu saja. Untung ayah kamu tipe orang yang wellcome an. Sambil diselingi guyonan kita ngomongin pekerjaan,
lalu ngomongin keluarga, ngomongin caleg, dan,,,
"Jadi, mas Imam, gimana-gimana, ada apa kok tiba-tiba
nelpon?"
"jangan pegangin saya, jangan, saya mau loncat dari
tower ini,,aaakkk" ucap saya dalam hati. "ya Allah, kuatkaann,
bismillah"
"saya mau meminang putri bapak yang bernama Nisa
rizki.....bagaimana menurut bapak?" ucap saya sambil di macho-macho kan
semacho mungkin.
"aku sebagai orang tua, ya mendukung apa yang kalian
rencanakan. Jadi kapan rencananya mau datang ke rumah?"
ALHAMDULILLAAHHH, gak jadi cuy loncat dari tower nya, sujud
syukur.
"insya Allah, tanggal 30 maret saya akan ke rumah bapak
sendirian dulu. Lalu kalau berkenan, tanggal 6 April nya saya akan mengajak
keluarga saya untuk bertemu dengan bapak sekeluarga"
ayah Tono
Dan kalian sudah tahu cerita selanjutnya. 14 Juni menjadi
hari paling bersejarah bagi kami sekeluarga. Menyatukan tidak hanya dua hati,
tapi juga dua keluarga besar yang mungkin berbeda latar dan watak
masing-masing.
Saat pertama berjumpa ayah mu, ada satu hal yang patut saya
acungi jempol. Dari awal saya menelpon saya sudah respect dengan beliau. Low profile. Ayah mu itu tidak
memperlihatkan jabatan di pekerjaannya, tidak juga memperlihatkan ketokohan di
lingkungannya. Ayah mu memperlihatkan pada saya sosok seorang Ayah dari gadis
satu-satunya yang menaruh hormat pada anak muda yang lantang bersuara "ingin
meminang anak bapak". Ayahmu begitu mengagumkan di mata saya.
“ko ayah langsung menerima saya waktu itu?” Pernah saya
bertanya saat kita telah satu atap,
“ya karena kamu bilangnya ‘meminang’. Kalau kamu bilangnya
‘ingin jadi pacar Nisa’ sudah pasti tak tolak kamu!” jawaban lugas yang
mencerahkan semua calon-calon menantu dimana pun berada.
Ingat tuh wahai kalian calon-calon menantu dimanapun kalian
berada. Ayah si gadis, akan sangat menghargai mereka-mereka yang berani datang
ke rumah untuk bilang ‘meminang’ bukan untuk memacari si gadis. Terlepas nanti
akan diterima atau ditolak, mereka akan sangat menghargai keberanian kalian.
Anak muda yang berani menawarkan pergantian pemikulan tanggung jawab dari sang
ayah. Jadi segera lah kalian mendatangi rumah para calon-calon mertua, ok? Kalau memang berjodoh, insya Allah pasti akan
Allah mudahkan. Saya buktinya, kawan.
Meskipun sudah sering didengar, melalui tulisan ini saya
kembali ingin berucap terima kasih kepada Ayah dan keluarga mu. Karena telah
mau menerima anak muda yang masih belajar menjadi manusia baik dengan apa ada
nya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Semoga Allah, memberkahi jalan
hidup kita semua. Aamiin.
Mess putra LAJ Jambi, 13 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar