Salman Al-Farisi Sang Pencari Kebenaran
Selain kisah heroik Salman dalam
hal peperangan. Mari sekali lagi kita lihat kisah heroik Salman dalam hal
pernikahan. Dikisahkan bahwa ada wanita solihah dari kalangan anshar yang
menarik hati Salman. Namun karena ia bukan orang pribumi, sesuatu seperti ini
menjadi terlalu pelik baginya. Maka diutarakanlah niatnya pada sahabat yang
dipersaudarakan dengannya, Abu Darda. Alangkah senang Abu Darda mendengarnya
dan akhirnya Salman beserta Abu Darda datang ke rumah wanita solihah tadi untuk
meminangnya.
Setiba dirumah sang wanita,
orangtua dari wanita tadi juga tidak kalah senang akan mempunyai menantu dari
kalangan sahabat dekat Rasulullah, namun keputusan tetap ada di putrinya. Setelah
berdiskusi dengan putrinya, diputuskanlah putrinya menolak lamaran Salman,
namun, apabila sang pengantar Salman (read Abu Darda) berniat dengan maksud
yang sama, putrinya sudah mempersiapkan jawaban untuk mengiyakan. Seketika Salman
bertakbir dan berkata. “aku serahkan mahar ini untuk saudaraku Abu Darda dan
aku akan jadi saksi dipernikahan kalian”..
Lihatlah saudaraku, betapa
mudahnya Salman berbagi dengan saudaranya. Oya, Abu Darda baru beberapa hari
dipersaudarakan dengan Salman. Tapi kedekatananya lebih akrab dan dekat
daripada saudara kandung. Lalu apakah Salman tetap dekat dan peduli dengan Abu
Darda setelah mereka menikah?. Mari kita simak lagi kisahnya.
Salman pernah tinggal di rumah Abu
Darda beberapa hari. seperti biasa, Abu Darda selalu giat dalam beribadah, malam
nya habis hanya untuk beribadah, dan siangnya selalu berpuasa. Dirasanya Abu
Darda terlalu berlebihan dalam hal beribadah, maka ia berniat mencegah keesokan
harinya Abu Darda berpuasa. Namun Abu Darda justru berkata. “apakah engkau
hendak melarangku berpuasa dan shalat karena Alllah?”
Salman menjawab :”kedua matamu
mempunyai ha katas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Berpuasalah
dan jangan lupakan hak untuk berbuka, shalatlah dan jangan lupakan hak untuk
tidur.”
Ketika peristiwa itu sampai kepada Rasulullah SAW,
beliau bersabda”Salman telah kenyang dengan ilmu”. Bahkan Rasulullah SAW
menyebut Salman termasuk golongan ahlul bait.
Ali bin Abu Thalib menggelari Salman
dengan sebutan “Luqman Al-hakim”. Ia telah dikaruniai ilmu yang pertama dan
juga ilmu yang terkahir. Ia bagaikan lautan yang airnya tidak pernah kering.
Pada masa kejayaan islam wilayah
kekuasaan mulai terbentang luas. Pendapatan Negara meningkat dan sebagai
konsekuensinya banyak jabatan-jabatan yang harus di emban para sahabat. Lalu dimanakah
Salman? Ia sedang berada di bawah pohon sedang menganyam anyaman. Ia membeli
bahan seharga satu dirham, menjualnya dengan harga tiga dirham. Satu dirham
untuk modal, satu dirham untuk nafkah keluarganya dan satu dirham untuk
sedekah. Apakah Salman tidak menerima tunjangan?, dia menerima tunjungan
sebanyak 5000 dirham setahun, tapi ia habiskan untuk dibagi-bagikan hingga
habis.
Pada saat Salman menjadi gubernur
di Madain pun, keadaanya tetap sama, mengandalkan menjual anyaman untuk menafkahi
keluarganya dan menolak gaji sedirhampun dari jabatan gubernur. Pernah suatu
hari, seorang dari syiria tampak kelelahan karena membawa buah tin dan kurma,
ketika ia melihat Salman yang tampak seperti orang biasa dan dari golongan
miskin, ia hendak menyuruhnya membawa barang-barangnya dan memberi imbalan atas
jerih payahnya ke tempat tujuan. Ia tampak heran ketika dalam perjalanan, ia
berpapasan dengan rombongan yang berucap “assalmualaikum wahai gubernur”,
Orang dari syiria bergumam
sendiri, “gubernur yang mana…”. Keheranan nya kian bertambah saat sebagian dari
rombongan mendekat. “berikanlah beban itu pada kami wahai gubernur”. Sekarang orang
Syria itu paham dan menyesal telah menyruh Salman. Ia mendekat dan bermaksud
hendak menggantikan Salman membawa beban. Tapi Salman menolak dan menggelengkan
kepala, tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu.
Suatu ketika Salman ditanyai
orang,”apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai gubernur?”ia
menjawab,:karena manis waktu memegangnya, tetapi pahit waktu melepaskannya”
Mengapa ia bersedia zuhud, padahal
mulanya ia seorang Persia dari kelas tinggi dan kaya.? Mari kita dengar saat ia
berada di pembaringan menjelang ajal.
Sa’ad bin Abi Waqqash datang
menjenguknya, maka Salman menangis. Sa’ad pun bertanya,”apa yang engkau
tangisi, wahai Abu Abdillah? Padahal Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridha
kepadamu”
Salman menjawab. “demi Allah SWT,
aku menangis bukan karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia,
melainkan karena Rasulullah SAW, telah menyampaikan pesan kepada kita, dalam
sabdanya ‘hendaklah bagian setiap kalian dari kekayaan dunia ini seperti bekal
seorang pengendara.’ padahal, harta miliku begini banyaknya”.
Sa’ad berkata sendiri “aku perhatikan,
tidak ada yang tampak disekelilingku kecuali piring dan sebuah wadah untuk
bersuci”.
Sa’ad lalu berkata kepadanya.”wahai
Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami iangat sellau darimu?”
Salman bertutur ”wahai Sa’ad,
ingatlah Allah SWT tentang keinginanmu ketika engkau sedang berkehendak,
tentang keputusanmu ketika engkau sedang memutuskan, dan tentang apa yang
ditanganmu ketika engkau sedang membagi”.
Tak satupun barang berharga didunia
ini yang digemari atau diutamakan dalam kehidupan Salman. Kecuali satu barang
yang dirasanya penting hingga ditipkan kepada istrinya untuk disimpan. Ketka dalam
sakit menjelang ajalnya, dipanggil istrinya untuk membawa barang titipan nya
dalu yang ternyata adalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan
jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wewangian pada waktu wafatnya.
Kemudian ia menyuruh sang istri
agar mengambil secangkir air. Salman menaburkan bubuk kesturi itu kedalam
cangkir dan mengaduknya sengan tangan, lalu berkata kepada istrinya, “percikanlah
air ini kesekelilingku. Sekarang telah hadir dihadapanku makhluk Allah SWT yang
tidak suka makanan, tetapi gemar wangi-wangian.”
Setelah selesai, ia berkata kepada
istrinya,”tutuplah pintu dan turunlah!”, perintah itupun dituruti oleh
istrinya. Tidak lama antara waktu itu dan istrinya kembali masuk, ruh yang
beroleh berkah itu telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya. Dia telah
mencapai alam yang tinggi dengan sayap kerinduan. Rindu akan bertemu Rasulullah
SAW, abu bakar, umar dan sahabat utama lainnya.
Salmannn…
Telah lama Salman
menantikan itu dalam kerinduan dan dahaga
Hari ini rindu
itu telah terobati dan dahaga itu pun telah hilang
Semoga
ridha dan rahmat Allah SWT menyertainya.Sumber : buku karya Khalid Muhammad Khalid. : Biografi 60 Sahabat Nabi versi Tahqiq” penerbit ummul qura’. 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar