Gerbong kereta bergoyang lembut seakan mengikuti alunan
dangdut dari sound tape yang dibawa seorang bapak umur 30 tahunan. Setelah
didengar lagi, rupanya bapak itu sedang berkaraoke alias suara dangdut yang
terdengar lumayan itu memang asli suara nya. Oh lihat, ada pemandangan menarik
disini. Seorang anak kecil berpotongan rambut macam Ronaldo, mungkin umur 5 tahun,
sempoyongan menahan kantuk, memegang tangan kanan bapak pelantun “lebih baik
sakit gigi” itu. Tangan kanan anak itu malu-malu terangkat menyodorkan bekas
kemasan permen yang disulap menjadi penampung uang “apresiasi”. Tapi malah
penumpang kereta yang susah payah memasukan serakan uang receh yang terjatuh
karena si anak terus menggerak-gerakan tangannya tanpa peduli uang sudah masuk
atau belum.
Sebenarnya si bapak tak tega mengajak anaknya ikut mengamen
malam-malam. Tapi lebih tak tega lagi ia meninggalkan anak semata wayang nya
sendirian di kamar kontrakan di Jakarta. Tak pernah kah kalian dengar berita
tentang penculikan anak-anak?, atau anak2 dijadikan media pemuas nafsu si Babe?.
Lebih ngeri lagi hanya karena dendam pada si bapak, anak kecil tega dibunuh dan
disemen serupa patung. kayaknya si bapak ini korban pembentukan opini berita
dah. Baiklah-baiklah, singkatnya si bapak akan lebih tenang jika anaknya ikut.
Biasanya bapak itu “berkaraokean” di kereta ekonomi
jabodetabek hingga pukul 11 malem, pulang ke kontrakan dibilangan pasar minggu lalu
langsung beristirahat untuk kegiatan esoknya. Pagi-pagi sekali ia menitipkan
anaknya yang bernama toni ini ke toko kelontongan milik temannya, sekalian
bantu-bantu maksudnya, sukur-sukur dapat upah. Setelah itu ia menjadi kuli
angkut di pasar hingga sore hari. Semua kerjakeras ini ia lalui dengan satu
pengharapan, apalagi kalau bukan demi pendidikan anaknya. Dalam benak bapak
bernama Arif ini rencana-rencana besar sudah terancang, nanti akan sekolah
disini, trus SMP disitu, SMA disana lalu kuliah di Bogor. Ah, memikirkanya saja
sudah bisa membuat karung beras 50 kg yang ia pikul terasa ringan, padahal ia
hanya menggunakan satu tangan.
Ringkikan gerbong kereta berhenti diikuti suara decit rem
saat memasuki stasiun cawang, terlihat seorang kakek menghampiri si bapak yang
masih bernyanyi sendu. Dari tatapan tajam si kakek, sepertinya ia tahu benar
siapa bapak pengamen itu,
“toni, ayo pulang dengan kakek” teriak si kakek, lalu dengan sigap
memegang tangan anak kecil disamping bapak itu. Yang dipegang tidak sadar
karena kantuk dan melangkah ikut bersama si kakek. Si bapak yang kaget, menjatuhkan
mix yang dipegangnya dan langsung melangkah menangkap tangan toni.
“bapak, ngapain disini ?”ucap si bapak ragu, lalu mereka
saling bersitatap.
“ARIF, kamu tega-teganya ya malem2 gini ngajak anakmu ngamen,
GAK LIAT TONI UDAH KELELAHAN?” teriak si kakek dengan tatapan galak, penumpang
lain mulai bertatap-tatap ingin tahu.
“pak, ini untuk keselamatan toni pak, saya gak tega ninggalin
toni sendirian“ bela si bapak tak terima.
“KALO KAMU GAK BECUS NGURUS ANAK, UDAH BAPAK SAJA YANG
NGURUS,” genggamannya semakin kuat, si anak yang mulai terganggu mulai bangun.
“kakek, kenapa ada disini?, gimana kabarnya kek?, nenek
sehat?” Tanya si anak lembut, lalu mencium tangan si kakek seperti tidak
terjadi apa-apa.
Si kakek seperti tersiram air embun begitu melihat wajah
polos cucunya yang sedang mencium tangannya.
“kakek baik-baik saja nak, nenek
juga baik-baik saja, toni ikut pulang sama kakek sekarang ya?”ia berjongkok
menyejajari si anak.
“bareng ayah tapi kan kek?”Tanya si anak lagi,
“toni aja sendiri, biarkan ayahmu tetap tinggal semaunya di Jakarta”
jawab si kakek sambil melirik pada si bapak.
“kalau begitu toni gak bisa ikut kakek, toni harus bantu ayah
kek”ucap si anak yakin
“toniii, kamu gak akan punya masa depan cerah jika bareng pengamen
yang lumpuh tangannya, mending ikut bareng kakek, nanti kakek belikan mainan
apapun kesukaan toni” bujuk si kakek disertai uhuk batuk
Si anak menghela nafas seakan ia sudah mengerti apa yang
terjadi. Ia lalu memegang kedua tangan kakek didepannya itu,
“Ayah memang tangannya lumpuh kek, nanti toni disebut anak durhaka
kalo malah ninggalin ayah yang sangat sayang banget sama toni, selalu memeluk
toni, menyiapkan sarapan pagi buat toni, mengajak jalan-jalan hari minggu.” Ucapnya
riang, membuat penumpang lain ikut tersenyum. Si anak menghela nafas lalu
melanjutkan” oya tentang masa depan, toni dan ayah sudah jauh-jauh hari
merencanakan masa depan untuk kami berdua, selalu menabung, hidup hemat,
bekerja keras. Itu semua untuk masa depan kami lho kek, dan tahun depan toni
akan masuk sekolah” ucapnya sambil memeluk ayahnya lalu tersenyum memamerkan
gigi nya yang rajin di sikat,
Kakek mana yang tidak terenyuh mendengar celoteh cucunya
barusan. Pastilah orangtua si anak adalah orang hebat. Bisa mengajari anaknya
bermimpi besar dan lebih cepat dewasa di umurnya yang belia.
Si kakek ikut-ikutan menghela nafas,” baiklah nak, mungkin
kakek memang salah menduga, ayahmu memang orang hebat. Sekali lagi lagi kakek
minta, maukah kalian berdua pulang bersama kakek ke kampung?, sepertinya kakek mu
ini sudah pegal mengurus kebun teh sendirian. “
“serius pak?, bukannya bapak dulu bersumpah tak akan
sekalipun menerima saya menginjakan rumah bapak,” Tanya si bapak penasaran
“ayolah rif, itu sudah 5 tahun yang lalu, terkadang rencana
tuhan begitu ajaib menguapkan sumpah orang tua ini, dan bukankah sudah 4 tahun kau belum berjiarah
ke makam istrimu?,”
Ending nya sudah jelas, akhirnya mereka pulang dan tinggal di
rumah si kakek, bahagia?, so pasti…
eits, tapi malam ini, ya mereka tidur di
kontrakan si bapak dulu lah, wong mau pindahan muzti bawa barang2 dulu to ya,
hehehe,