Rembesan air mata terus saja mengalir deras. Mencari titik terendah dari sebuah tujuan. Ia jatuh di dada. Ia mengendap di bantal. Ia membasah di hati.
Otaknya terus saja berputar memikirkan rentetan kejadian barusan. Otak yang kata dokter seharusnya diistirahatkan untuk memulihkan kondisi badan, terus saja memaksa untuk bekerja. Mencari sebuah solusi dari sebuah kata ‘research failed’. Tidak bisa, semakin ia mencoba berpikir, semakin menusuk sakitnya. Belum lagi tubuh lemah yang terkulai 3 hari ini semakin sulit untuk digerakan. Maka menangis menjadi sebuah pelarian. Berharap Tuhan berbaik hati memperdengarkan tangisnya kepada siapa pun. Ya, ia butuh siapapun sekarang. Sendirian itu menyesakkan.
Jam masih menunjuk pukul 18.00. Masih butuh satu jam lagi untuk mendengar ucapan 'sayang, udah diminum obatnya belum?' dari mulut kedua orang tuanya. Matanya yang sembab ia coba pejamkan. Berharap ada sedikit ketenangan yang bakal ia rasa. Bulir-bulir air mata masih menempel di ujung bulu matanya. Bergerak turun naik mengikuti gerakan bola mata yang sekarang dipaksa mengerjap. 'ayo Mino! kamu harus bangkit!" gadis itu berteriak dalam hati.
Perlahan ia angkat kepala. Diikuti naiknya punggung dengan siku yang digunakan seperti dongkrak hidrolik. Suara berdecit terdengar dari ranjang saat punggungnya yang telah bergeser, pelan menghantam bantal yang melintang di dinding. Dengan nafas terengah ia berpikir, kenapa pulak temen-temannya tidak ada yang menjenguk. 'Hey' pikirannya yang lain mencoba mengajak bercengkrama, 'lu adalah mahasiswa tingkat akhir sekarang. Kuliah udah kagak ada. Jadi temen-temen lu nggak ngerasa aneh kalau lu nggak datang ke kampus beberapa hari.’
Dengan sisa tenaga yang ia punya, ia mencoba meraih telpon genggam di meja rias tepat disamping ranjang. Tapi malah kaca spion motor yang tergeletak disamping telpon genggam lah yang ia raih. Kaca spion yang kerap menjadi barang wajib dibawa kemanapun ia pergi. Kaca spion yang menjadi saksi akan perubahan drastis hidupnya. Aneh. Seperti ada kekuatan magis yang keluar dari kaca spion itu, membuat dua ujung bibirnya tertarik ke atas pipi, tersenyum.
Ada banyak hal yang tiba-tiba terlintas saat menatap wajah berjilbab merah muda dalam kaca spion itu. Seakan kaca spion itu adalah kotak pandora yang dengan hanya melihatnya, kotak itu tiba-tiba terbuka dan mengeluarkan ingatan-ingatan yang berlesatan memenuhi ruang kamar bercat dinding merah muda ini. Semua ingatan itu melayang-layang di atap. Lalu satu persatu berparodi di layar otaknya. Membuat senyum di bibirnya terus terkembang.
Adalah kejadian-kejadian kocak, koplak, gila, bego, lugu, tapi ngangenin dari 60 mahasiswa dikelasnya yang pertama ia ingat. Senyum nya kini berubah menjadi tawa kecil. Kepalanya menengadah menatap keatas, menembus atap rumah, membubung ke angkasa dan menghunjam pada sebuah bangunan universitas ternama di Bogor. Melalui mereka, Mino pernah tersadarkan. Bahwa kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk diterima disebuah komunitas. Kamu hanya perlu menjadi diri kamu sendiri dan menyayangi mereka dengan tulus. Dan kalau mereka juga menyayangi kamu, mereka akan tetap menerima mu meski kamu adalah cewek tomboy pengin insaf yang ceroboh dan teledornya nggak ketulungan dan kadang suka nyusahin banget.
Melalui mereka juga, Mino mulai mengerti, bahwa saat kamu benar-benar sayang pada mereka. Kamu Nggak perduli yang namanya ‘give and take.’ Yang kamu pikirkan adalah bagaimana memberi mereka yang terbaik dari mu tanpa perduli apa yang akan kamu dapat. Dan kadang kebahagian mereka lah yang menjadi prioritasmu. Bahkan dalam prosesnya air matamu juga harus dikeluarkan.
Denyut di kepalanya memang masih terasa. Tapi tidak semenyakitkan tadi. Benar kata orang, Senyum itu bermanfaat untuk kesehatan. Ia pejamkan mata sejenak. Mendekap kaca spionnya erat. Meresapi semua kejadian menyenangkan yang pernah ia lalui. Ya, saat sakit, apalagi typhus yang melemahkan raga. Maka Ingatlah saja kejadian-kejadian yang membuat hatimu terbang bahagia. Itu sedikit banyak membantu otak untuk tenang, dan bisa lebih maksimal bekerja memperbaiki tubuh.
Kali ini yang ia ingat adalah pengalaman pertamanya mendaki gunung tertinggi di pulau Jawa. Yupp, Mahameru –puncak nya para dewa. Jika kalian ingin membentuk ikatan keluarga diantara sahabat kalian. Maka dakilah gunung bersama. Banyak hal yang akan dirasa. Kebersamaan, kekeluargaan, rasa saling menghargai, memperhatikan, berbagi, saling membantu dan terbantu. Termasuk rasa terlindungi oleh seorang manusia berkaos lusuh dan bertampang slengean yang walaupun sering banget nge-bully, tapi selalu saja ada nasihat terlontar dari bibirnya. Anehnya apapun yang dia katakan, bisa langsung meresap di hati Mino. Membuat banyak perubahan dalam hidupnya.
Bukan, bukan karena si kaos lusuh seutuhnya Mino mulai berubah. Semenjak masuk kuliah, sebenarnya Mino ingin memerhatikan dan diperhatikan penampilannya. Memang dulu Mino terlalu asik dengan tampang tomboynya, males perawatan wajah dan rambut, celana pendek, kaos oblong, tas daypack atau slempang, caur, seneng bergaul dan berpetualang. Tapi sekarang. Saat kedewasaan mulai hinggap dipikirannya. Saat hidup bukan hanya untuk berpetualang di alam liar saja. Hidup juga mempunyai masa depan yang penting dipersiapkan bekalnya dari sekarang. Plus si kaos lusuh yang sekarang mulai sering memakai kemeja rapi juga ikut andil mengakselerasi perubahan pada diri Mino.
Maka lihatlah Mino yang sekarang. Ia telah berubah. Ia mulai terlihat feminim. Ia perduli penampilan. Wajah lebih halus, memakai jilbab, membawa tas keranjang warna pink pulak dan mulai sering bingung bagaimana mengatur agar baju, kerudung, sepatu, tas bisa matching sesuai tema perhari. Hanya satu yang tidak berubah. Ya, kaca spion nya. Tetap selalu ia bawa kemana-mana.
Setelah meminum obat, Mino merubah posisi duduknya menjadi berbaring. Dibanding tadi, ia lebih siap untuk beristirahat sekarang. Besok, ia harus sudah sehat. Ia harus menelpon dosennya. Menjelaskan baik-baik kegagalan data penelitiannya.
**
“Sayang, kamu sudah bisa jalan?” teriak ibunya Mino saat mendapati Mino berjalan menghampiri meja makan untuk sarapan. Matanya berkilat melihat senyum tulus Mino memamerkan gigi berbehelnya. Cepat-cepat ia mendekati Mino dan membantunya duduk di kursi. Kemajuan yang luar biasa pikirnya.
“Mino, tadi malam, papa melihat dua temanmu nunggui kamu di depan gerbang, katanya ingin menjenguk kamu. Tapi papa bilang kamu sudah tidur. ” kali ini papanya Mino yang bercerita. Ia sejenak membalas tatapan penasaran Mino sebelum kemudian memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya. nasi goreng terenak yang kerap dibuatkan istrinya. Setelah kunyahan nasi goreng itu tertelan habis, meminum air putih sebentar, ia lalu berkata lagi, “kalau gak salah namanya Andre dan Tomi. Mereka sejam lebih nungguin kamu, dan katanya hari ini mau pada datang lagi.”
Mendengar kata Tomi, si pemakai kaos lusuh itu. Mino seketika lupa kalau ia sedang sakit. Ia menjadi merasa baik-baik saja. Dadanya berdegup kencang, “Tomi bakal kesini lagi?” tangannya tertelungkup di wajah. Ia menjerit-jerit dalam hati.
Dan benar saja. Jam 4 sore. Di hari minggu itu, hampir semua temannya datang menjenguk dengan membawa setumpuk bekal makanan, cemilan dan tawa riang mereka. Ramailah rumah dibuatnya. Mungkin orang yang kebetulan melintas akan berpikir kalau rumah ini adalah panti asuhan. Dan hey, si kaos lusuh juga datang. Masih tetap saja ngebully Mino habis-habisan. Tapi lihat, yang sekarang keliatan seperti orang sakit malah Desi. Temen deket Mino ini dari tadi memerah mukanya karena ia menjadi korban bully selanjutnya. Ia memeluk Mino erat merajuk pembelaan. Karena Cuma mereka berdualah korban bully paling potensial sekelas.
Tuhan memang benar-benar baik ya. Ia tidak hanya mendengar tangis Mino, Ia juga mendengar harapan Mino dengan memberikan orang-orang yang begitu perhatian disekelilingnya. Kita hanya perlu berpikir positif. Semua ada waktunya. Termasuk tentang si kaos lusuh itu. Rasa itu, rasa yang awalnya hanya sekedar about friendship, tumbuh lebih kuat tanpa bisa dicegah. Ia selalu merasa terlindungi saat dekat dengan dia. Ia merasa langit selalu terlihat begitu cerah. Tapi Ia tidak tahu kapan rasa dalam hatinya akan tersampaikan. Ia juga tidak tahu mengapa ia takut menyampaikannya. Kehilangan. Ya, Sepertinya rasa kehilangan yang membuat ia takut. Kehilangan sosok seorang sahabat. Maka biarlah Mino tetap menjadi secret admirer saat ini. Biarlah ia terus memendam perasaan nya hingga ia siap melabuhkan perahu nya ke dermaga. Dan semoga Tuhan menakdirkan si kaos lusuh itulah dermaganya.
“woi, bengong aja, besok ada acara gak? Maen futsal nyok?” Tanya Tomi memecah lamunan Mino. Seketika popcorn-popcorn melayang menimpuki Tomi dari hampir setengah teman-temannya. “gila aja lu mau ngajakin Mino futsal, ajakin nonton aja napa” teriak desi lantang. Diikuti suit-suitan semua teman-teman ‘gila’nya. Refleks Mino dan tomi menimpuki Desi dengan popcorn.
Mess putra Jambi 9 Nov 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar