Sebulan sudah kita lewati,
Aku dan kamu yang katanya masih muda,
Mencoba membangun rumah cahaya,
Dengan semua cinta dan rindu yang semakin menggebu.
Aku disini,
Dan kamu disana,
Maaf raga tak bisa disisi,
Yakin cinta untuk mu, tak kan surut barang sesenti.
Awalnya berat,
Sangat berat.
Tentang penjagaan ini,
Menjaga agar kamu tidak melebihi Ia.
Ia yang menjadi alasan kita terikat.
Tapi engkau selalu hadir.
Mengingatkan dikala rasa memuncak,
"sabar bi, sabar"
Begitu ucapmu saat aku mulai mengeluh.
Ya Allah, jagalah kami,
Jaga agar cinta ini tak melebihi cinta terhadap Mu dan Rasul Mu,
Jaga ia yang telah menjadi belahan jiwaku,
Jaga selalu jalan yang akan kami tempuh, adalah jalan menuju Mu,
Menuju surga Mu.
Aamiin,
Selamat satu bulan pernikahan kita umi. Semoga pernikahan kita berkah ya mi. Insya Allah.
Mess Putra, LAJ Jambi 14 Juli 2014
Sabtu, 19 Juli 2014
Minggu, 13 Juli 2014
Biodata singkat 5 Khalifah Rasulullah
Nama lengkap : Abu Bakar Abdullah bin Abu Quhafah Utsman
Ayah : Abu Quhafah Utsman
Ibu : Ummu Al-Khair Salma
Kelahiran : Mekah, 573 M
Wafat : Madinah, 23 Agustus 634 M
Julukan : Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah Rasyidah ke-1.
Istri : Qutailah binti Abdul Uzza, Ummu Ruman, Asma' binti Umais, Habibah binti Zaid Al-Khazraji.
Anak : Abdullah bin Abu Bakar, Asma' bin Abu Bakar, Abdurrahman bin Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Muhammad bin Abu Bakar, Ummu Kultsum binti Abu Bakar.
Saudara kandung : Quhafah bin Utsman, Fadra binti Utsman.
Masa Pemerintahan : 2 tahun, 3 bulan, 22 hari (632-634 M)
Tempat tinggal : Madinah, Hijaz
Ciri fisik : Rambut lebat.
Keunggulan : Pemeluk islam pertama, sahabat terdekat yang paling dicintai Nabi, mertua nabi, hafal nasab Quraisy.
Wilayah kekuasaan : Jazirah Arab hingga perbatasan Romawi dan Persia.
Peristiwa dan prestasi :
a. Pemberangkatan pasukan Usamah bin Zaid dalam perang Mu'tah melawan Romawi.
b. Perang Riddah (melawan orang-orang murtad)
c. Perang Yamamah menumpas Musailamah si nabi palsu
d. Mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan Perang Yarmuk melawan Romawi
e. Memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur'an
a. Pemberangkatan pasukan Usamah bin Zaid dalam perang Mu'tah melawan Romawi.
b. Perang Riddah (melawan orang-orang murtad)
c. Perang Yamamah menumpas Musailamah si nabi palsu
d. Mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan Perang Yarmuk melawan Romawi
e. Memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur'an
Kutipan spesial :
"Taatlah kalian kepadaku sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya diantara kalian. Jika aku bermaksiat maka kalian tidak wajib taat kepadaku." -Abu Bakar Ash-Siddiq bin Abu Quhafah.
"Taatlah kalian kepadaku sepanjang aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya diantara kalian. Jika aku bermaksiat maka kalian tidak wajib taat kepadaku." -Abu Bakar Ash-Siddiq bin Abu Quhafah.
Nama lengkap : Umar bin Al-Khattab
Ayah : Al-Khattab bin Nufail
Ibu : Hantamah bin Hasyim Al-Makhzumi
Kelahiran : Mekah, 584 M
Wafat : Madinah, 23 Dzulhijjah 23 H/6 Nov 644 M.
Julukan : Abu Hafs Al-Faruq, Khalifah Rasyidah Ke-2.
Istri : Quraibah binti Abu Umayyah Al-Makhzumi, Fukaihah, Ummu Kultsum binti Ali
Anak : Abdullah bin Umar, Hafshah binti Umar, Fathimah binti Umar, Ashim bin Umar, Abdurrahman Al-Akbar, Al-Ausath, dan Al-Ashghar.
Saudara kandung : Zaid bin Al-Khatthab, Fathimah binti Al-Khatthab.
Masa pemerintahan : 10 tahun, 6 bulan, 4 malam.
Tempat tinggal : Madinah, Hijaz
Ciri fisik : Perawakan tinggi besar, lengan keras berotot, botak, berjalan cepat.
Keunggulan : Mertua Nabi, yang pertama kali bergelar Amirul Mukminin, sosok berwibawa yang sampai-sampai setan pun segan.
Wilayah kekuasaan : Jazirah Arab, dari Yaman hingga Syam, Mesir dan Irak.
Peristiwa dan prestasi :
a. Pelopor sistem administrasi negara yang mapan dalam islam
b. Pelopor penanggalan hijriyah
c. Merintis perluasan Al-Masjidil Haram di Mekah
d. Kemenangan dalam Perang Qadisiyah dan runtuhnya kekaisaran Persia
e. Kemenangan dalam Perang Yarmuk dan penaklukan wilayah Romawi di Asia (Syam) dan Afrika (Mesir)
f. Pelopor penaklukan Maghrib (Libia)
a. Pelopor sistem administrasi negara yang mapan dalam islam
b. Pelopor penanggalan hijriyah
c. Merintis perluasan Al-Masjidil Haram di Mekah
d. Kemenangan dalam Perang Qadisiyah dan runtuhnya kekaisaran Persia
e. Kemenangan dalam Perang Yarmuk dan penaklukan wilayah Romawi di Asia (Syam) dan Afrika (Mesir)
f. Pelopor penaklukan Maghrib (Libia)
Kutipan spesial :
"Tidak akan mengerti Islam orang yang tidak mengerti apa itu jahiliyah"
"Sungguh, di antara hal terpenting bagi kalian adalah shalat. Siapa yang menjaga shalat berarti ia telah menjaga agama. Siapa yang menyia-nyiakannya maka untuk amal lainnya akan lebih ia sia-siakan. Dalam Islam tidak ada bagian bagi orang yang meninggalkan shalat." -Umar bin Khatthab
"Tidak akan mengerti Islam orang yang tidak mengerti apa itu jahiliyah"
"Sungguh, di antara hal terpenting bagi kalian adalah shalat. Siapa yang menjaga shalat berarti ia telah menjaga agama. Siapa yang menyia-nyiakannya maka untuk amal lainnya akan lebih ia sia-siakan. Dalam Islam tidak ada bagian bagi orang yang meninggalkan shalat." -Umar bin Khatthab
Nama lengkap : Utsman bin Affan
Ayah : Affan bin Abu Al-Ash bin Umayyah
Ibu : Arwa binti Kuraib bin Rabiah
Kelahiran : Mekah, 577 M
Wafat : Madinah, 18 Dzulhijjah 35 H/17 Juli 656 M, dimakamkan di Jannatul Baqi.
Julukan : Abu Abdillah, Dzunnurain, Khalifah Rasyidah ke-3.
Istri : Ruqayyah binti Rasulullah, Ummu Kultsum binti Rasulullah, Ummu Amr binti Jundub, Fakhithah binti Ghazwan, Fathimah binti Al-Walid, Ummu Al-Banin binti Uyainah, Ramlah binti Syaibah, Nailah binti Al-Farafishah.
Anak : Abban bin Utsman, Abdullah Al-Akbar, Abdullah Al-Ashghar, Amr bin Utsman, Khalid bin Utsman, Al-Walid bin Utsman, Said bin Utsman, Abdul Malik bin Utsman, Maryam binti Utsman, Ummu Said binti Utsman, Aisyah binti Utsman, Ummu Amr binti Utsman, Ummu Al-Banin
Saudara kandung : Aminah binti Affan
Masa pemerintahan : 644-656 H
Tempat tinggal : Madinah, Hijaz.
Ciri fisik : Perawakan sedang, rambut tebal, jenggot sedang, termasuk yang paling bagus mulut dan giginya, wajah tampan, kulit coklat kehitaman, betis berisi, kedua lengan panjang, bulu badannya lebat.
Keunggulan : pemeluk Islam pertama, saudagar kaya yang sangat dermawan, memerintahkan standarisasi dan penghimpunan mushaf Al-Quran Utsmani, sosok pemalu yang sampai-sampai malaikat pun malu kepadanya.
Wilayah kekuasaan : Jazirah Arab, Afrika Utara, Syam, Siprus, Persia, perbatasan Romawi, perbatasan Hindustan.
Peristiwa dan prestasi :
a. Perluasan wilayah: ke Utara hingga Siprus dan Amuriyah (Romawi), ke Barat hingga Afrika Utara (Maghrib) dan ke Timur hingga Afganistan dan Sind (Pakistan)
b. Pelopor perluasan Masjid Nabawi
a. Perluasan wilayah: ke Utara hingga Siprus dan Amuriyah (Romawi), ke Barat hingga Afrika Utara (Maghrib) dan ke Timur hingga Afganistan dan Sind (Pakistan)
b. Pelopor perluasan Masjid Nabawi
Kutipan spesial :
"Andai hati kalian bersih, maka kalian tidak akan pernah merasa kenyang (bosan) dari membaca Al-Quran." -Utsman bin Affan
"Andai hati kalian bersih, maka kalian tidak akan pernah merasa kenyang (bosan) dari membaca Al-Quran." -Utsman bin Affan
Nama lengkap : Ali bin Abi Thalib
Ayah : Abi Thalib bin Abdul Muthalib (Syaibah) bin Hasyim.
Ibu : Fathimah binti Asad.
Kelahiran : Mekah, 13 Rajab 23 Pra-Hijriyah/599 M
Wafat : Karbala, 21 Ramadhan 40 H/28 Januari 661 M.
Julukan : Abu Al-Hasan, Abu Turab, Khalifah Rasyidah ke-4.
Istri : Fathimah binti Rasulullah, Khaulah binti Ja'far Al-Hanafiyyah, Laila binti Mas'ud, Ummu Al-Banin binti Hizam, Asma binti Umais.
Anak : Al-Hasan bin Ali, Al-Husain bin Ali, Zainab Al-Kubra binti Ali, Ummu Kultsum Al-Kubra binti Ali, Muhammad bin Ali Al-Hanafiyah, Ubaidillah bin Ali, Abu Bakar bin Ali, Abbas Al-Akbar bin Ali, Utsman bin Ali, Ja'far bin Ali, dan lain-lain. Semua berjumlah 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
Saudara kandung : Ja'far bin Abu Thalib, Aqil bin Abu Thalib, Jumanah binti Abu Thalib, Fakhitah binti Abu Thalib, Thalib bin Abu Thalib
Masa pemerintahan : 24 Dzulhijjah 35 H-21 Ramadhan 40 H/4 tahun 9 bulan
Tempat tinggal : Kufah, Irak
Ciri fisik : Perawakan sedang, wajah bundar seperti rembulan, bulu dada lebat, kedua bahu lebar, kedua tangan kuat dan berotot
Keunggulan : Pemeluk Islam pertama, Ahli Bait Nabi (menantu), panglima pemberani, pembawa panji pada Perang Khaibar, dan Kedudukannya di sisi Rasulullah seperti kedudukan Harun di sisi Musa.
Wilayah kekuasaan : seperti wilayah kekuasaan pada masa Utsman bin Affan, kecuali wilayah Syam.
Kutipan spesial :
"Janganlah engkau mengikuti kebenaran karena seseorang, akan tetapi ikutilah seseorang itu karena dia benar. Kenalilah kebenaran. Maka engkau akab mengetahui siapa yang benar." Ali bin Abi Thalib
"Janganlah engkau mengikuti kebenaran karena seseorang, akan tetapi ikutilah seseorang itu karena dia benar. Kenalilah kebenaran. Maka engkau akab mengetahui siapa yang benar." Ali bin Abi Thalib
Nama Lengkap : Umar bin Abdul Aziz bin Marwan
Ayah : Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam
Ibu : Ummu Ashim Laila binti Ashim bin Umar bin Al-Khatthab.
Kelahiran : Madinah, 2 November 682 M (61 H)
Wafat : Aleppo, Februari 720 M (101 H)
Julukan : Khalifah Rasyidah ke-5 (atau ke-6 setelah Al-Hasan bin Ali)
Istri : Fathimah binti Abdul Malik bin Marwan, Lamis binti Ali bin Al-Harits, Ummu Utsman binti Syuaib bin Zayyan.
Anak : Ishaq, Ya'qub, Musa (dari Fathimah binti Abdul Malik). Abdullah, Bakar, Ummu Ammar (dari Lamis binti Ali). Ibrahim (dari Ummu Utsman binti Syuaib). Abdul Malik, Al Walid, Ashim, Yazid, Abdullah, Abdul Aziz, Zayyan, Aminah, Ummu Abdillah (dari Ummu Walad)
Saudara kandung : Abu Bakar bin Abdul Aziz, Muhammad bin Abdul Aziz, Ashim bin Abdul Aziz.
Saudara kandung : Abu Bakar bin Abdul Aziz, Muhammad bin Abdul Aziz, Ashim bin Abdul Aziz.
Masa pemerintahan : 99-101 H/717-719 M; selama 2 tahun, 5 malam.
Tempat tinggal: Damaskus, Syam.
Ciri fisik : Kulit hitam manis, berwajah lembut dan tampan, berbadan kurus, berjanggut bagus, bermata cekung, ada bekas luka di dahi, dan rambut sedikit beruban.
Keunggulan: Adil, takut kepad Allah, zuhud dan wara', rendah hati, tekun menuntut ilmu dan menghapal Al-Qur'an.
Wilayah kekuasaan : Syam, Hijaz, Irak, Yaman, Mesir, dan Maghrib
Kutipan spesial:
"Aku berpesan kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah, sebab takwa adalah fondasi segala sesuatu, dan tidak ada fondasi selainnya. Beramallah kalian untuk akhirat kalian, sebab siapapun yang beramal untuk akhiratnya pasti Allah mencukupi urusan dunianya. Perbaikilah batin kalian, niscaya Allah yang Mahamulia akan memperbaiki lahiriah kalian. Perbanyaklah mengingat kematian dan persiapkanlah dengan sebaik-baiknya sebelum kematian mendatangimu, sebab ia adalah penghancur segala kenikmatan." Umar bin Abdul Aziz
"Aku berpesan kepada kalian agar selalu bertakwa kepada Allah, sebab takwa adalah fondasi segala sesuatu, dan tidak ada fondasi selainnya. Beramallah kalian untuk akhirat kalian, sebab siapapun yang beramal untuk akhiratnya pasti Allah mencukupi urusan dunianya. Perbaikilah batin kalian, niscaya Allah yang Mahamulia akan memperbaiki lahiriah kalian. Perbanyaklah mengingat kematian dan persiapkanlah dengan sebaik-baiknya sebelum kematian mendatangimu, sebab ia adalah penghancur segala kenikmatan." Umar bin Abdul Aziz
LAJ Jambi, 13 Juli 2014
Bidadari surga ku
Tulisan ini sebenarnya berbentuk audio yang dinarasikan oleh ust. Jefry Al buchori, alm. Karena isinya bagus, jadi tak ketik aja.
Bidadari surgaku
Istriku, aku nikahi dirimu karena aku yakin dan percaya, bahwa engkau bisa jadi penghubung antara aku dan Tuhan ku,
Dan aku yakin, ketika engkau menerima diri ini, engkau pun percaya. Bahwa diri ini bukan hanya sekedar menjadi suami, tapi bisa juga menjadi imam, yang menunjukkan jalan yang baik dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan dunia, selalu ada cerita yang terkadang cerita itu menghenyakan hati dan terkadang cerita itu membuat diri ini bahagia serta gembira. Ada kalanya itu datang dari diriku, dan ada kalanya juga itu datang dari dirimu.
Tidak ada hal yang bisa menyelamatkan kita berdua, kecuali kita saling memahami, mengerti tugas dan peran kita masing-masing sesuai dengan petunjuk Allah bukan sesuai dengan petunjuk ego kita masing-masing.
Tak ada yang sempurna dari diri ini dan tak ada yang sempurna dari dirimu pula. Maka minta lah kepada Allah, atas segala apa yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Minta, minta Allah mengajarkan kepada kita, bagaimana kita bisa mencintai kekurangan satu sama lain. Bukan mencintai kelebihan satu sama lain. Karena ternyata toh kita merasakan bahwa yang sering menjadi masalah adalah kekurangan bukan kelebihan.
Engkau doakan saja diriku, dan aku pun akan doakan dirimu. Lalu kita berdua berdoa, semoga Allah swt menyelamatkan kita, hati kita, niat kita. Dan kita berharap bahwa kita bukan hanya bersama-sama di dunia ini, tapi kita juga akan bersama-sama di akhirat.
Allah jadikan engkau bidadariku, bukan hanya bidadari dunia, tapi Allah jadikan engkau bidadari surga ku.
Ust. Jeffry Al Buchori
Tulisan ini, juga mewakili perasaan abi ke umi Nisa. Semoga umi Nisa menjadi Bidadari surga ku juga. Aamiin
Tidak berapa lama, setelah saya sempat kan ngirim tulisan ini lewat WA ke umi Nisa, eh si umi balik balas kaya gini.
Suamiku, aku menerima menikah denganmu karena aku yakin dan percaya, bahwa engkau bisa jadi penghubung antara aku dan Tuhan ku,
Dan aku yakin, ketika engkau menerima diri ini, engkau pun percaya. Bahwa diri ini bukan hanya sekedar menjadi istri, tapi bisa juga menjadi pendamping, yang berjalan bersisian denganmu di jalan kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan dunia, selalu ada cerita yang terkadang cerita itu menghenyakan hati dan terkadang cerita itu membuat diri ini bahagia serta gembira. Ada kalanya itu datang dari diriku, dan ada kalanya juga itu datang dari dirimu.
Tidak ada hal yang bisa menyelamatkan kita berdua, kecuali kita saling memahami, mengerti tugas dan peran kita masing-masing sesuai dengan petunjuk Allah bukan sesuai dengan petunjuk ego kita masing-masing.
Tak ada yang sempurna dari diri ini dan tak ada yang sempurna dari dirimu pula. Maka minta lah kepada Allah, atas segala apa yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Minta, minta Allah mengajarkan kepada kita, bagaimana kita bisa mencintai kekurangan satu sama lain. Bukan mencintai kelebihan satu sama lain. Karena ternyata toh kita merasakan bahwa yang sering menjadi masalah adalah kekurangan bukan kelebihan.
Engkau doakan saja diriku, dan aku pun akan doakan dirimu. Lalu kita berdua berdoa, semoga Allah swt menyelamatkan kita, hati kita, niat kita. Dan kita berharap bahwa kita bukan hanya bersama-sama di dunia ini, tapi kita juga akan bersama-sama di akhirat.
Allah jadikan engkau kekasihku, bukan hanya kekasih dunia, tapi Allah jadikan engkau kekasih syurga ku.
Tulisan Ust. Jeffry Al Buchori dengan sedikit perubahan dari aku, istrimu 😅
Lalu, bibir ku tak hentinya tersenyum, juga berlirih pelan, karena lagi di kantor. Makasi ya Allah, makasi Umi.
Kantor LAJ Jambi, 13 Juli 2013
Bidadari surgaku
Istriku, aku nikahi dirimu karena aku yakin dan percaya, bahwa engkau bisa jadi penghubung antara aku dan Tuhan ku,
Dan aku yakin, ketika engkau menerima diri ini, engkau pun percaya. Bahwa diri ini bukan hanya sekedar menjadi suami, tapi bisa juga menjadi imam, yang menunjukkan jalan yang baik dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan dunia, selalu ada cerita yang terkadang cerita itu menghenyakan hati dan terkadang cerita itu membuat diri ini bahagia serta gembira. Ada kalanya itu datang dari diriku, dan ada kalanya juga itu datang dari dirimu.
Tidak ada hal yang bisa menyelamatkan kita berdua, kecuali kita saling memahami, mengerti tugas dan peran kita masing-masing sesuai dengan petunjuk Allah bukan sesuai dengan petunjuk ego kita masing-masing.
Tak ada yang sempurna dari diri ini dan tak ada yang sempurna dari dirimu pula. Maka minta lah kepada Allah, atas segala apa yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Minta, minta Allah mengajarkan kepada kita, bagaimana kita bisa mencintai kekurangan satu sama lain. Bukan mencintai kelebihan satu sama lain. Karena ternyata toh kita merasakan bahwa yang sering menjadi masalah adalah kekurangan bukan kelebihan.
Engkau doakan saja diriku, dan aku pun akan doakan dirimu. Lalu kita berdua berdoa, semoga Allah swt menyelamatkan kita, hati kita, niat kita. Dan kita berharap bahwa kita bukan hanya bersama-sama di dunia ini, tapi kita juga akan bersama-sama di akhirat.
Allah jadikan engkau bidadariku, bukan hanya bidadari dunia, tapi Allah jadikan engkau bidadari surga ku.
Ust. Jeffry Al Buchori
Tulisan ini, juga mewakili perasaan abi ke umi Nisa. Semoga umi Nisa menjadi Bidadari surga ku juga. Aamiin
Tidak berapa lama, setelah saya sempat kan ngirim tulisan ini lewat WA ke umi Nisa, eh si umi balik balas kaya gini.
Suamiku, aku menerima menikah denganmu karena aku yakin dan percaya, bahwa engkau bisa jadi penghubung antara aku dan Tuhan ku,
Dan aku yakin, ketika engkau menerima diri ini, engkau pun percaya. Bahwa diri ini bukan hanya sekedar menjadi istri, tapi bisa juga menjadi pendamping, yang berjalan bersisian denganmu di jalan kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam kehidupan dunia, selalu ada cerita yang terkadang cerita itu menghenyakan hati dan terkadang cerita itu membuat diri ini bahagia serta gembira. Ada kalanya itu datang dari diriku, dan ada kalanya juga itu datang dari dirimu.
Tidak ada hal yang bisa menyelamatkan kita berdua, kecuali kita saling memahami, mengerti tugas dan peran kita masing-masing sesuai dengan petunjuk Allah bukan sesuai dengan petunjuk ego kita masing-masing.
Tak ada yang sempurna dari diri ini dan tak ada yang sempurna dari dirimu pula. Maka minta lah kepada Allah, atas segala apa yang pernah terjadi dalam kehidupan kita. Minta, minta Allah mengajarkan kepada kita, bagaimana kita bisa mencintai kekurangan satu sama lain. Bukan mencintai kelebihan satu sama lain. Karena ternyata toh kita merasakan bahwa yang sering menjadi masalah adalah kekurangan bukan kelebihan.
Engkau doakan saja diriku, dan aku pun akan doakan dirimu. Lalu kita berdua berdoa, semoga Allah swt menyelamatkan kita, hati kita, niat kita. Dan kita berharap bahwa kita bukan hanya bersama-sama di dunia ini, tapi kita juga akan bersama-sama di akhirat.
Allah jadikan engkau kekasihku, bukan hanya kekasih dunia, tapi Allah jadikan engkau kekasih syurga ku.
Tulisan Ust. Jeffry Al Buchori dengan sedikit perubahan dari aku, istrimu 😅
Lalu, bibir ku tak hentinya tersenyum, juga berlirih pelan, karena lagi di kantor. Makasi ya Allah, makasi Umi.
Kantor LAJ Jambi, 13 Juli 2013
Sabtu, 12 Juli 2014
lembar pembuka buku biografi khalifah Rasulullah
"Mereka itulah orang-orang yang diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."
-Az-zumar:18
-Az-zumar:18
"Setiap aku menawarkan islam kepada seseorang, pasti ia berpikir panjang, kecuali Abu Bakar."
"Sungguh, Allah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati Umar. Belum pernah aku melihat orang cerdas membuat suatu kebohongan pun."
"Ya Allah! Ridailah Utsman, karena sesungguhnya aku meridainya."
Siapa yang mencintai aku, maka harus mencintai Ali."
-Rasulullah saw.
"Sungguh, Allah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati Umar. Belum pernah aku melihat orang cerdas membuat suatu kebohongan pun."
"Ya Allah! Ridailah Utsman, karena sesungguhnya aku meridainya."
Siapa yang mencintai aku, maka harus mencintai Ali."
-Rasulullah saw.
Kemudian Umar bin Abdul Aziz dibaiat sebagai khalifah. Ia pun fokus mengurus semua orang yang ada di bumi.
-para ahli sejarah
-para ahli sejarah
Tulisan ada di lembar pembuka buku Biografi Khalifah Rasulullah saw. Pembukanya aja udah keren, apalagi isinya, insy Allah. Alhamdulillah, buku karangan Khalid Muhammad Khalid ini, setelah sekian lama mencari bisa didapatkan juga. Insya Allah menjadi buku bacaan di sisa Ramadhan kali ini. Semoga bisa bermanfaat khususnya bagi saya sendiri, maupun bagi orang-orang dan lingkungan yang terhubung dengan saya. Aamiin
12 Juli 2014/14 Ramadhan 1435 H
Rabu, 09 Juli 2014
The kampretoz moment maker : 3019 mdpl special edition
Tadinya tulisan ini mau saya beri judul, the first couple hiking. Tapi karena
kepalang tanggung, si Pahmi sama si Suley memboomingkan kata kampret sebagai tema pendakian kali ini, apalah
nasi sudah menjadi lontong. Makan aja lah, eh lagi puasa ding.
Kita
awali tulisan ini dengan catatan si manusia tergaring sejagad IPB, yang berhasil
mengabadikan momen-momen kampret pendakian kali ini. Cheer buat Suleyyy.
Special
note from KAMPRETOZ
⭐The Kampret Moment⭐
1. Fahmi udah ngurus Simaksi
buat hari sabtu. Tapi karena grup yg dipegang Nisa telat ama Nisa, jadi dapat
simaksi Jumat. (tapi alhamdulillah jadi bisa 2 malam di gunung).
2. Nisa n Imam minta janjian
buat kopdar sebelum nanjak, hari minggu sore di Pondok Bambu. Tapi pas hari
minggu pada ga bisa datang. (ga jadi disponsorin, bayar sendiri2).
3. Kloter jumat sepakat untuk
berangkat bersama dari BNI. Bahkan Anggun bela2in datang ke BNI dari Jakarta.
Tapi Imam n Nisa minta dijemput di Baranangsiang.
4. Uang konsumsi buat kloter
Jumat udah di transfer ama Fahmi ke Nisa. Tapi pas 2 jam sebelum keberangkatan,
Nisa telpon Kak Suleyy buat beliin konsumsi kloter Jumat. Akhirnya Kak Suleyy
beli konsumsi bareng Galih n Anggun.
5. Nungguin Una yg mendadak
ikut kloter Jumat.
6. Saat menuju pos Air Terjun
Cibereum, The Couples berjalan sangat lambat. Sehingga The Couples tidak ikut
membangun tenda. NB: Imam n Nisa punya tenda khusus berdua.
7. (lanjutan dari no.6)
setelah membangun tenda n bersiap untuk tidur,
diusir dari tenda.. -_-
8. Sabtu pagi, yg lain pada
packing siap2 jalan ke kandang Badak. Imam n Nisa tidur di tenda khusus.
9. (lanjutan dari no.8) saat
yg lain selesai packing, Imam bangun n bilang "Beres-beres yuk, terus
jalan euy" _padahal yg lain udah beres_
10. Minggu pagi di Lembah
Mandalawangi, Kak Suleyy ditolak ama Kak Desi, karena Kak Suleyy belum sikat
gigi dari hari Sabtu. (cc: Latif)
11. Anggun cape2 bawa kamera
cuma buat ngefoto "Post Wedding of The Couples" di Lembah
Mandalawangi. :-p
Poin ke-10 adalah kejadian
fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dari para pelaku kejadian
tersebut.
😜😜😜
The Kampretoz
😝😝😝
Saya, Suleyyman, selaku Guest
Star dari acara NgeGamBar (ngegaring bareng bareng) memohon maaf apabila anda
mengalami Dehidrasi Akut selama pendakian dan penurunan Gn. Pangrango. ✌😅
Oke terlepas dari
momen-momen kampret yang kadung terlanjur terjadi. Serius cuy, tidak ada unsur
kesengajaan dalam pembuatan momen kampret tersebut (konfirmasi), itu asli tanpa
rekayasa. Tapi kalaupun kita mau sengaja bikin itu momen, harusnya lebih kampret
dari itu pastinya, hahaha.
Pendakian ke gunung Pangrango
kali ini memang begitu spesial. Terlepas dari momen kampret yang terjadi dari
perencanaan ampe pendakiannya, saya begitu bersemangat dengan pendakian ini.
Pertama, setelah sekian lama puasa mendaki, akhirnya saya bisa bersua dengan
adrenalin yang terpacu bersama hembusan angin pendakian gunung lagi. Kedua,
setelah sekian lama juga membayangkan bagaimana rasanya naik gunung bareng
istri sendiri (iyelah, masa istri orang lain), akhirnya juga saya bisa
merasakan nikmatnya couple hiking
itu. Ketiga, bisa naik bareng si Ravi plus istrinya (serius vi, pernah
terbersit dulu, saat kita nyari maisyah bareng-bareng di syngenta, pengen naik
gunung bareng elu dan udah pada bawa istri masing-masing, yeahh, done!) dan
Alhamdulillah dapet bonus, naik bareng Dika sama Ais, komplit dah 3 anaknya
ayah Tono saya bawa naik gunung. Sipp, boleh lah dikatakan keluarga pendaki ya
sekarang?
Pendakian ini memang harus
spesial. Makanya saya harus mempersiapkan peralatan yang spesial juga (read :
tenda kapasitas 2 orang) hehehe. Perjuangan banget saat meyakinkan si umi Nisa untuk
beli itu tenda. Makasi ya umi. Selebihnya bantu nyiapin peralatan buat Dika dan
Ais. Secara mereka adalah pendaki pemula yang akan menjadi tanggung jawab saya
nanti kalau ada apa-apa.
Kami bertiga (saya, umi Nisa
dan Ais) berangkat dari rumah habis ashar. Rencananya mau ke BNI Dramaga untuk
belanja dulu keperluan pendakian kita, terus kumpul sama bocah-bocah untuk
berangkat bareng. Kumpulnya jam 5 rencananya (udah tau kumpul jam 5 berangkat
baru jam 4 pulak? Hadehh) hehe sory cuy, kita lupa apa yang membuat kita bisa
telat saat itu. Dan benar saja, nyampe stasiun Bogor udah mau jam 5, belum
perjalanan ke kampus nya, bisa magrib baru nyampe kampus. Alhasil, kita ke Baranangsiang
aja, terus telpon Suley untuk minta tolong belanja kebutuhan, hehe—kampret moment
no 3 dan 4.
Una, istrinya Ravi, ngeWa
minta dijemput di rumahnya, karena bawa barang nya banyak (bawa 2 carier
segede-gede gaban). Ravi masih di perjalanan dari Karawang dan akan langsung
nyusul ke Cibodas. Entah bagaimana ceritanya, karena kita ada di Baranangsiang,
nungguin Una diabadikan sama Suley jadi kampret moment no 5. Tapi mungkin
alasannya sih, saya baru ngasih tau kawan yang nungguin di BNI bahwa Una sama Ravi
mau ikut H-30menit keberangkatan, hehe.
Singkatnya, sampailah kita
di base camp awal Cibodas. Jadi kenalin nih, squad pendakian kita. Ada saya,
umi Nisa, Ais, Una, Ravi, Suley, Galih, Hana, Anggun, dan terakhir 4 kawannya Dika
yang baru datang pake motor (Bimas, Adrian, Dewa, dan aduuhh lupa namanya satu
lagi, sory brooh, entar tak Tanya Dika dulu. Oiya, Irfan satu lagi namanya)
Dan, setelah pengaturan
posisi pendakian (karena gue paling senior, gue yang ngatur akhirnya) lanjut
doa sama ustad Suley, pendakian pun di mulai jam 21.00 (kurang lebih lah) hari
Jumat tanggal 20 Juni 2014. Bismillah.
Rencananya malam ini
ngecamp di pos Panyangcangan, yang dekat air terjun Cibeureum. Lalu besok
melanjutkan pendakian dan ngecamp di pos Kandang badak, terus jam 3 pagi lusa,
melanjutkan pendakian untuk mencapai lembah Mandalawangi. Direncanakan harus
bisa pulang hari itu juga. Jadi total 2 malam, 2 hari, insya Allah.
Sebagai paling senior di
pendakian ini (read: paling tua) saya senang melihat semangat anak-anak muda
yang kebanyakan hampir semuanya pemula, terutama kawannya si Dika tuh, semangat
banget mereka. Apalagi Irfan, yang emang badannya gede, kuat dia bawa tenda
segede tugu pancoran di dalem cariernya.
Perjalanan awalnya masih
bareng-barengan. Tapi dikarenakan the couple
number 2 rada lelet jalannya. Kami membiarkan kawan yang paling depan duluan,
niatnya biar cepet bangun tenda maksudnya. Sepanjang perjalanan itulah, selain
saya senang banget bisa bermesraan, saling menggoda, ngobrolin hal-hal ringan,
saling manja, saling nyemangatin dengan umi Nisa. Saya senang memerhatikan
pasutri Una Ravi di depan. Lebih tepatnya, memerhatikan Una yang gigih bawa
cerier segede gabannya sambil nahan peluh yang sebentar-sebentar minta break. Terus
memerhatikan juga abangnya, Arif Ravi Wibowo yang gak bosen memompa semangat Una untuk terus
melangkah. Ini saya sebenarnya pengen banget bawain cerier nya Una, biar cepet
nyampe. Tapi itu akan mengganggu sekali kejantanan seorang abang Ravi kalau
saya berbuat demikian. Jadi, kami Cuma bisa bilang, “semangat Una, ayo 15 menit
lagi nyampe Cibeureum”.
Karena saya tau, si
bocah-bocah pemula itu pasti susah diriin tenda pertamanya, maka kami berdua
lekas jalan duluan, meninggalkan pasutri Una Ravi. Niatnya tadi, cepat-cepat
bantu bikin tenda. Dan benar saja, begitu nyampe, si bocah-bocah pada bingung
bagaimana cara diriian tenda. Suley dan Galih mah sudah selesai diriin tenda
buat mereka dan mulai menata isi tenda. Beberapa menit kemudian, Una dan Ravi
datang. Dan Una mulai kedinginan. Akhirnya saya berpikir, karena tenda yang
dibawa Adrian sangat gede banget, muat untuk 8 orang, yang laki-laki disatukan
semua di tenda Irfan. Jadi tenda yang dibuat Suley Galih dikhususkan untuk
perempuan saja. Ya walaupun, si Suley menggerutu juga si karena dia cape-cape
dirikan tenda, eh ujungnya dipake buat perempuan, hehe. Maaf ya Suley, demi
kebaikan nusa dan bangsa ini--kampret moment no 6 dan 7. Lalu kita mi? hehehe.
Gini toh rasanya meluk istri di gunung tuh. Tenda kapasitas dua orang nya jadi
anget deh.
Di sabtu pagi hari, ba’da
solat subuh, masak-masak dan makan-makan. Kami menyempatkan pergi ke air terjun Cibeureum.
Sambil isi minum, cuci peralatan masak dan buang air besar bagi yang kebelet.
Disono ada toilet nya cuy.
Ke air terjun Cibeureum,
menjadi kunjungan yang pertama setelah 6 kali mengunjungi gunung Gede Pangrango
ini, dan menjadi kunjungan pertama juga ditemani istri tercinta. Udah deh,
sekalian bikin foto post wedding ya
mi. Bodo amat yang ngeliatin pada ngiri. Wabil khusus kepada Anggun. Maaf maaf
nih ye Nggun. Hehe
bareng ais dan dika di air terjun cibeureum
air terjun ngumpet, kudu jalan dulu buat nemuin ini air terjun. nice!
bareng pak Tifatul Sembiring
Pulang dari air terjun,
saya sama umi Nisa tiduran bentar di dalam tenda khusus. Dan pas bangun, yang
lain udah pada beres-beres ternyata. Yaudah karena paling senior, iseng aja
ngajak beres-beres. Eh, malah jadi kampret moment no 8 dan 9. Hahaha. Ampun Suley
ampuun.
Oke, pendakian yang sebenarnya
baru akan dimulai. Dari semalam saya sudah mengamati beberapa orang yang
berpotensi gabung tim pecel lele (pendaki cepet lelah letih lesu lemas lunglai
lengah). List pertama adalah Una, tapi karena udah ada abang Ravi, saya anggap
aman. Kedua Anggun dan Hana. Dua perempuan ini setidak nya bebannya gak boleh
terlalu banyak, biar jalannya bisa woles, maka harus terjadi transfer beban ke
beberapa lelaki kuat. Lalu ada Ais, masalahnya dia gak mempersiapkan apa-apa
untuk pendakian ini. Dia memutuskan untuk ikut H-3 jam an. Jadi Ais harus dekat
saya nanti. Kalau Dika mah, kata ayah Tono dia seneng lari, plus bakalan bareng
4 kawannya itu. Jadi pasti termotivasi untuk bisa kuat (biasanya kan antar
segeng pada gak mau kalah). Lalu umi Nisa, ah dia mah tipe perempuan tangguh,
apalagi kalau jalannya sambil pegang tangan saya, aman lah. Galih sama Suley,
pendaki tangguh juga.
Perjalanan pun dimulai. Sesuai pengamatan saya, Una dan Ravi jalan paling belakang. Lalu saya, umi Nisa,
Ais, Hana dan Anggun, lalu Dika dan kawan-kawan dan paling depan Galih sama Suley.
Saya mulai menikmati pegangan tangan umi Nisa, sama banyolannya Ais yang mulai
dekat sama Anggun. Kemudian, semakin siang umi Nisa minta izin untuk jalan
dengan kawan yang paling depan. Gak rela si sebenarnya, tapi yasudah biar dia
jalan duluan, biar nanti bisa cepat bikin masakan maksudnya. Saya gak bisa
jalan cepat, karena harus dekat sama Anggun, Hana dan Ais. Harus jadi senior
yang baik cuy.
Dan pendakian tetiba jadi
hambar. “Ah si umi nih, tega banget ninggalin abi” sempet ngomel-ngomel. Lalu
terpikir untuk ngobrol dengan Anggun tentang masa-masa umi Nisa setelah
memutuskan mau menerima ajakan nikah saya. Ooo, rupanya banyak rahasia-rahasia
yang belum saya tahu. Tau gak mi, kalimat yang bikin hidung abi kembang kempis
terus rasa kesel abi hilang seketika, Anggun bilang. “dulu sebelum ka Imam ngajakin
Nisa nikah, Nisa pernah bilang,“bagi gue, ka Imam adalah laki-laki asing
pertama yang dianggap keberadaannya”” cieee, ternyata umi, dari dulu, sudaaahh,,
hehehehe. Allah memang maha Baik banget ya mi.
Nyampe kandang badak udah
mau sore, dan disambut dengan teriakaan “abiii”. Hahaha. Kangen juga rupanya si
umi. Dan Alhamdulillah, kawan yang nyampe duluan, udah pada buat tenda dan
booking kan lahan untuk kita. Itu baru kawan yang kece. Yuk mi, kita buat tenda
khusus kita lagi. hehe. (pendakian ini banyak senyum sama ketawanya dah)
Kita, bareng Anggun dan Una
plus Ravi kembali jadi koki lagi. Memasak makanan yang selain menambah energi,
juga harus bergizi. Seperti cornet, sosis, spageti, sayuran, tempe, dkk. Ini kita
masak mewah banget deh. Teng teng teng, waktunya makan. Yeah, macam dua orang
tua, yang lagi masakin makanan buat anak-anaknya, ya gak Ravi? hahaha.
Menjelang magrib, rombongan
Pahmi dkk baru pada datang. Mereka banyakan perempuan keknya. Mulai dah
atur-atur tenda lagi. si Ais, merajuk minta setenda sama kita. Gak jadi
berdua-dua an lagi kita mi, yauda deh. Harus jadi kakak yang baik.
Sekarang total pendaki kita
ada 21 orang. Ditambah 7 orang dari grup nya Pahmi yang naik hari sabtu pagi.
Jadi nih, awalnya kita mau naik bareng hari sabtu. Cuma karena umi Nisa katanya
telat bayar booking an nya, jadi nya kita yang 14 orang keabisan kuota di hari
sabtu. Cara ngakalin nya kita naik hari jumat sore – kampret moment no 1 ya le,
hadeeh. Tapi pendakian puncak pangrango nya direncanakan bareng-bareng, yaitu
besok jam 3 pagi. Temennya Pahmi yang saya ingat, ada Yasin, Rahmi, adiknya Rahmi,
Desi, Mulyaningsih, Ali Akbar. Entah mereka inget nama saya atau engga.
Perkenalannya bentar banget.
Hari minggu jam 3 pagi,
kita udah siap-siap berangkat ke puncak Pangrango. Semua dalam kondisi ngantuk.
Tim nya Pahmi pamit mau berangkat duluan, katanya sih karena mereka tim pecel
lele. Setelah berdoa, kita pun nyusul tim nya Pahmi, dengan posisi yang sudah
saya rubah. Galih Suley tetap paling depan, dibelakangnya Hana, Anggun, Una Ravi,
kawannya Dika, terus Ais, umi Nisa dan saya. Biar gak ada yang ketinggalan kaya
malam kemaren.
Pendakian pagi ini, meski
emang dingin banget, tapi karena yang bawa tas hanya 3 orang, jadi bisa lebih
cepat. Tidak ada yang mengeluh, semua fokus dengan puncak di kepala
masing-masing. Semua tidak ingin menjadi beban bagi yang lainnya, saling
membantu, saling menyorongkan sebotol minum dan berbagi roti yang ada dikantung
jaket masing-masing. Semua merasakan hawa yang sama. Hawa pencapaian puncak.
Niat awal ingin mengejar
sunrise di puncak, apa daya jam setengah 6 masih di perjalanan. Setelah solat
subuh, kita sama Ais memutuskan jalan paling duluan. Biar bisa masak-masak di
puncak lebih cepat.
Dan ini lah puncak pertama
kita mi. Puncak 3019 mdpl yang kita daki bersama. Masing-masing pernah ke
puncak ini sebelumnya di waktu yang berbeda. Sekarang, Allah berbaik hati
menakdirkan kita, menatap punggung kawah gunung Gede sambil erat berpegang
tangan, sambil saling menatap manja, lalu tersenyum berucap syukur tak
terhingga pada sang Maha Pencipta atas Anugerah Nya ini. Makasi banyak Ya
Allah, makasi banyak umi.
alhamdulillah, kesampean juga natap gunung Gede bareng istri
punggung kawah gunung Gede, dari puncak Pangrango
Sekali lagi, menyusuri
lorong-lorong yang tertata dari barisan pohon edelweiss dengan senyum masih
terkembang. Lembah mandalawangi, ikut menjadi saksi atas cinta dua insan yang
telah Allah halalkan. Yuk mi, kita masak-masak lagi, menyiapkan sarapan terbaik
untuk anak-anak kita, eh salah, untuk kawan-kawan kita. Hahaha. Ah sayang
banget, tadinya mau bikin ayam bakar disini. Apa lah ayamnya sudah tak bagus
lagi. Untung cornet, spageti, sosisnya, telurnya, berasnya, naget nya masih
banyak. Hajaaarrr mii. Masak nya dibantu Una, Anggun, Hana dan Ravi. Marii makaaannn.
Ba’da makan, bajak kamera Anggun untuk foto post
wedding para couples. Hehehe.
Jadi kampret moment no 11, halah.
Eh, kampret moment no 10
mana nih? jadi Suley ditolak Desi? Yaahhh, Alhamdulillah.
Saat matahari semakin
meninggi, saat Anggun, Hana, Galih, dan lainnya kepanasan ngeliat foto post
wedd kita, marilah kawan untuk turun kembali. Berjalan secepat langkah untuk
membereskan tenda di kandang badak. Dari kandang badak, setelah makan-makan dan
solat dzuhur ashar, kita langsung turun kembali ke post cibodas mengejar angkot
yang akan menunggu selepas magrib nanti.
sebelum makan bareng, foto dulu
makin klop aja ni dua bocah,
here we are! at mandalawangi, pangrango mountain. Sunday, june 22, 2014.
Saat perjalanan pulang, si Ais
sama Suley semakin akrab, si Dika sama kawan-kawannya juga semakin dekat satu
sama lain, liat aja saat dengar mereka bercerita tentang meninggalkan “tanda”
di gunung, juga saling ngeledekin saat makan cemilan sambil ngumpet-ngumpet dan
ketahuan. Haha. Terus Una Ravi makin klop, Galih makin eksis paling depan, Anggun
yang sempat jatuh guling-guling ikut bareng kita.
Lepas magrib, katanya
rombongan Dika, Galih dan Suley udah nyampe duluan di pos Cibodas. Gerimis semakin
menderas bersama gelap yang semakin menghitam. Kami memutuskan turun duluan, tidak
jadi menunggu Ais, Hana, Una dan Ravi yang paling belakang. Begitu hendak
turun, Ais dan Hana memanggil kami dari belakang. Membuat hati kami langsung
tenang. Ais dengan jantannya membawa tas Hana yang tali nya hampir putus, juga
resleting nya hampir koyak, di bagian depan. Keren juga bocah satu ini.
Saya yang membawa dua
cerier langsung tancap gas meninggalkan mereka paling belakang, biar rasa pegel
dan lelahnya gak terlalu kerasa jadi harus setengah berlari. Meksi beberapa
kali sempat akan terpleset, nyampe juga akhirnya di pos Cibodas. Beberapa belas
menit kemudian, kawan lainnya pun sampai di pos. Setelah istirahat sejenak
sambil Suley ngurus simaksi, kita langsung turun dan naik angkot yang telah
menunggu. Fiuuhhh, Alhamdulillah, akhirnya kita bisa pulang dengan selamat.
Nyampe Baranangsiang entah jam berapa, lalu dijemput ayah Tono dan mama Sitha pake
panther ceria nya, makan nasi goreng dulu bentar karena perut keroncongan mulu,
dan disinilah kita sekarang, ketawa ketiwi menertawakan pendakian ini sambil
nunggu giliran mandi.
Super sekali pendakian kali
ini ya, Mi! Mantabhh!
Mess Putra LAJ Jambi, 9
juli 2014
Selasa, 08 Juli 2014
1°S 102°E expedition
Tulisan ini dibuat oleh Mr. Edouard saat kunjungan ke perusahaan kami, PT Lestari Asri Jaya. Mr. Edouard adalah salah satu staff yang ditugaskan oleh perusahaan ban ternama dari prancis, Michelin. Mereka akan bekerja sama dengan perusahaan kita. Nah usut punya usut, si Mr memerhatikan di GPS Garmin nya, ada potensi penemuan titik point di bumi yang pas perpotongan antara lintang selatan dan bujur timur, terkenal dengan sebutan confluence point. Kebetulan titik point itu dekat dengan lahan perusahaan kami. Berangkatlah kami ber 6, Edouard de Rostolan, Eric Cavaloc,Armando Wirajendi, Ulandari Ari, Imam Luthfi and Idal Afriadi) mencari titik point itu di hari Sabtu tanggal 15 Maret 2014.
Mau tau petualangan kami kek mana? nih tulisannya.
1°S 102°E |
(visited by Edouard de Rostolan, Eric Cavaloc,Armando Wirajendi, Ulandari Ari, Imam Luthfif and Idal Afriadi)
15-Mar-2014 -- On Saturday, 15 March 2014, by the end of the afternoon we decided to try to reach Confluence point 1°S 102°E. We did some scouting the day before, there was a dust track reaching about 400 meters to the point.
Majority of the area is cultivated with Acacia mangium or Eucalyptus. But of course it appeared to us that the point was probably right in the riparian preserved forest. We were stopped by a river and by the night fall at about 300 m from the point. That Saturday we crossed the river on a fallen trunk, we thought the harder was behind us... But eventually we had to cross the river 5 or 6 times on the next 200 meters as it was extremely meandrous. It was very hard to progress straight forward because the forest was thick with spiky vines and we didn't brought any cutlass. Each time, we had to find natural bridges to cross the river. We finally reached a un-maintained young Eucalyptus plantation. That was even worse, with high grass and very thick bush reaching 2 to 3 meters high, plus the place was swampy! We had to crawl and to push the grass in front of us, sometime pushing 3 together to open the path. We reached the point, it was located at the limit of a swamp in the middle of a young Eucalyptus plantation, everywhere around was thick bush with very high and dense grass. We saw some wild boar footprint right there and also some elephant footprint in the swamp. We tried to return back through a plantation road but after some time we realized it was leading us in the wrong direction. We decided to go back through the same way we came. Easy? Not quite. With the night falling, a storm closing up and the GPS not so accurate it was hard to follow the same track. The storm finally broke out, the night was nearly total inside the last portion of forest. We lost our track and we were not finding the natural bridge we took first for the last river crossing. The heavy rain and exhaustion were not helping... After some time we found our way and managed to reach our car, wet to the bones, exhausted, covered with insect bites and grass cuts, but so happy of achieving our goal after 4 hours of struggling.
#1: South View #2: West View #3: North View #4: East View #5: Closeup of the Confluence 1°S 102°E #6: GPS View #7: The Group #8: Edouard crossing a river #9: Eric crossing river #10: Armando crossing river |
Pokoknya, penuh perjuangan banget untuk mencapai titik point ini, nyari nya susah, berjam-jam, nerobos hutan yang masih perawan padahal gak bawa parang, nemu bekas kubangan gajah, nyebrangin sungai pake jembatan pohon, banyak nyamuk, gak nemu jalan pulang padahal udah mau magrib-hampir frustasi ini, terus keujanan pulak. Tapi itu semua jadi pengalaman keren yang tak terlupakan. Untung si bos tuh, Pak Armando wirajendi dulunya petualang juga, jadi gak ngeluh dibawa-bawa ke hutan. Kereenn.
Sumber tulisan dan foto bisa cek di confluence.org-jambi-1°S 102°E
Kantor LAJ Jambi, 8 Juli 2014
Minggu, 06 Juli 2014
Panther ceria!
Saya memang pengamat, mengamati banyak hal baru terutama, yang berlalu lalang di depan mata, yang perlahan memberikan sensasi baru dalam alam pikiran nyata.
Saya mengamati gurat-gurat di wajah-wajah itu. Wajah-wajah yang awalnya sangat asing, bahkan tidak pernah terbersit sekalipun. Sekarang begitu dekat sekali bertransformasi menjadi ikatan mertua-menantu dan ikatan adik ipar.
Ijinkan anakmu ini duhai ayah dan mama mertua, duhai adik-adik ipar, menulis hal baik tentang kalian. Tentang rasa terima kasih yang sejak pertama kita seatap, berkelindan menunggu untuk diungkapkan. Terima kasih ayah Tono, terima kasih mama Sitha, terima kasih Dika, terima kasih Ais.
Saya suka menyebut keluarga ini keluarga panther ceria. hehe, maaf ya kalau saya semena-semena manggilnya. Abisnya kalian selalu ceria saat ber-mobil panther keluaran entah berapa itu. Ajib nya itu panther walaupun udah tua, tapi kuat juga rupanya di bawa ke Jawa Timur. yah, meski di jalan harus merayap sambil batuk-batuk si katanya, haha. Keren lah pokoknya, pasti banyak banget sejarah di dalamnya, yang saya tidak tau ceritanya. Kalian ceritakan tentang kisah kalian bersama si panther itu nanti yak. Makasi.
Namanya Purwantono Dwi Santoso. Ia adalah imam keluarga ini. Garis-garis di sudut matanya lalu cara ia memandang dan berbicara membuat kesan matang dalam berpikir tergambar di wajah ovalnya. Saya memanggil nya ayah Tono. Agak geli sih awalnya saat pertama manggil si ayah. Tapi lama-lama biasa juga.
emmm, ia low profile banget, padahal jadi bos di perusahaannya. Suka kata-kata nya saat kita ngobrol sambil sarapan pertama kami, "hidup mah ya gini-gini aja, gak ada yang perlu disombongkan" nah ini baru mertua gueeehh,
Ayah Tono adalah orang lapang, terlihat jelas dari kematangan kulit wajahnya, terlalu matang malah, hehehe, peace yah! sesama orang lapang tidak boleh saling mengatai ya. Jadi sedikit banyak, pengalaman saya di kebun yang baru 1 tahun 2 bulan, ayah Tono pernah ngalamin. Malah cerita saya yang dikepung perambah di camp tidak ada apa-apanya dibandingkan cerita ayah saat disandera buruh harian dan hampir mau ditebas parang gara-gara motong gaji harian. Supeerrr, eh serem ding.
Di keluarga, ayah Tono lembut memperlakukan istri dan anaknya. Tapi gak tau ding dulunya gimana, belum pernah liat si ayah marah soalnya. Saya suka lihat cara ayah Tono menggoda mama Sitha. Macam anak muda aja menggodanya. Apalagi kalau sudah bercerita mengenai kisah cinta mereka dulu. Nembak nikah di warteg cuy. Itu laki banget menurut saya mah. Tak perduli tempat dimana, kalau sudah siap nikah, terjaaanngg! hehehe. Dan kalau udah ayah menggoda mama, pasti mama Sitha mengalihkan pembicaraan, hehe, mungkin malu kali yak kalau kelihatan pipinya memerah di depan anak-anaknya.
Saya juga suka cara ayah berinteraksi dengan Dika dan Ais, seakan mereka bertiga adalah teman, bukan sebagai ayah dan anak. Tapi tetap ayah menjaga kharismanya yang membuat Dika dan Ais mendekat tapi tidak melunjak (ini ilmu keren banget–wajib dipelajari). Saya juga suka cara ayah berinteraksi dengan anak-anak di lingkungan RW entah berapa (lupa no RW nya berapa euy). Sentuhan, ayah sering menyentuh lawan ngobrol nya yang lebih muda, seperti dengan menyentuh pundaknya sambil jalan dari mushola ke rumah. Guyonan-guyonan lucu juga sering terlontar saat berbicara, membuat suasana tidak kaku (guyonan ini juga yang menyelamatkan saya dari kekakuan saat pertama berjumpa). Di tetangga-tetangga nya, ayah termasuk orang yang didengar. Lihat saja saat pengalaman liburan kemaren, yang pertama ditanya sama tetangga-tetangga mau kemana liburan nya nanti, ya ayah Tono. Terus kalau udah ditentukan liburan kemana, kompak tetangga-tetangga pada ngikut. Jangan-jangan liburan lebaran kali ini kalau ayah Tono mau ke Garut, pada ngikut juga lagi mereka? siap menampung kami lah bos! ruangan kelas luas tuh buat nampung tidur mah, hehehe.
Saya belum bercerita mengenai pengalaman hidup ayah Tono yak? keren juga tuh, seperti cerita pengalaman ibadah hajinya. Supeerr sekali kalau diceritakan. Tau gak apa yang dibawa ayah Tono saat hendak berangkat ibadah haji? yang lain bawa koper buanyak tenan, ini cuma satu koper, isinya beberapa baju ganji, pakaian ihram, Al quran, dan perlengkapan administrasi. Petugas bagasi pada heran deh. Sama saya juga heran. "wis bawa diri aja cukup" begitu katanya. Belum lagi cerita saat di Mekah, diremehkan pembimbing jemaah haji gara-gara nanya suatu hal, terus sama pembimbing jemaah haji nya dijawab gini "pak Tono tuh belum kesampaian ilmu nya untuk bertanya seperti itu" tau apa yang terjadi selanjutnya sama si pembimbing jemaah haji itu? besoknya jadi gagu kalau ngomong, sampe kembali lagi ke indonesia. Yang paling keren adalah, cerita Allah ngasi undangan naik haji ke ayah Tono. Rencana naik haji 5 tahun yang akan datang, jadi 2 tahun. Kalau Allah udah bilang kun, maka terjadilah.
Saya belajar banyak ke ayah Tono, terutama tentang kepasrahan total nya terhadap Allah swt di hampir seluruh aspek kehidupannya. Ya di kerjaan, di keluarga, juga saat bermasyarakat. MESTAKUNG. Satu lagi kata ajaib yang sering terlontar saat bercerita mengenai pengalaman hidupnya. Oya satu lagi, ayah Tono itu traveler juga rupanya, dulunya tukang naik gunung. klop lah kita. yeaah.
Selanjutnya adalah mama Desitha Waty Sandra Dewi. Tipe mama mama tahan banting ini mah. Gak bisa diam alias rajin, suka mengurusi banyak hal, peka terhadap lingkungan dan perhatian pake banget gak pake lola ke banyak orang. Suka mengomentari banyak hal juga sih, dan enaknya mama Sitha itu suka ngobrol lagi ekspresif, jadi gak bosan lah ngobrol sama mama mah. Saya juga belajar banyak dari mama Sitha. Terutama bagaimana cara bisa sabar dan percaya 100 persen kepada suami yang sering ditinggal jauh. Si umi kudu belajar nih. Jadi tuh semenjak menikah, ayah Tono sering ninggalin mama Sitha berdua sama umi Nisa yang masih kecil. dan itu pasti perlu perjuangan banget dari seorang ibu untuk membesarkan anaknya dalam kondisi jauh dari suami. kereenn ma, beneran. Mungkin kondisi-kondisi kaya gitu yang membuat mama sangat sayang sama anak-anak nya, sama ayah Tono? apalagi itu mah.
and then, Firmansyah Patriandhika. Si jangkung yang ngalahin tinggi saya. beda berapa cm kita dik? Sekarang semester 3 di STT TELKOM. Kesan pertama saat liat Dika adalah dia mirip banget sama umi Nisa dan sama-sama bertampang kalem pake cool. Iyelah, wong dia adiknya. Terus masih polos, tidak terkontaminasi lingkungan yang buruk. Eh, udah terkontaminasi gaming dia, errr. Kalau sama dika, kaya ngomong sama anak SMA. Tapi ilmunya cuy, IPK nya 3 an lebih lah.
Dika stylish banget. Pokoknya terlihat keren aja dulu, yang lain urusan belakangan. Ni bocah juga, walaupun agak manja, sebenarnya rada visioner juga sih. Mulai kebayang setelah lulus mau ngapain. Terus punya motivasi yang sangat kuat, yaitu keluarganya.
Satu lagi adik ipar terkece kedua. Namanya Muhammad Fuad Farisi. Dipanggilnya Ais. Sekarang mau naik kelas 2 SMA. Ais selain mulai enak didengar ngaji nya, termasuk aktivis mushola al ijabah di pura bojong gede ini. Sering ngurusin acara-acara mushola gitu. Ini baru generasi penerus para Sahabat nabi nih. Satu kalimat kece yang saya suka dari Ais. "laki? solat nya di mesjid" udah cukup bikin saya malu kalau telat solat berjamaah di mushola. Ajaran dari ayah nya tuh.
Ais sama Dika sebelas dua belas terkait hal kepolosannya. dan sebelas dua belas juga terkait bermain dota nya. hadeh. Tapi sebelas dua belas juga sama Dika bikin suasana di rumah menjadi penuh tawa, suka bercanda mereka, ngegaring juga. Ini yang bikin di dalam panther menjadi ceria selalu.
Saya hidup seatap dengan kalian baru dua minggu, tapi udah ngerasa sudah laammaaaa banget bersama. Mama malah ngerasa saya kaya anak pertama nya saking dekatnya.
Makasi banyak sudah mau menerima saya dengan apa ada nya saya, menerima keluarga besar saya di Garut-Banten-Jakarta, dan terutama mau mempercayakan kak Nisa ke saya. Saya suka momen kita di panther, bercanda menertawakan cerita saya ketinggalan pesawat, antusias menceritakan pendakian pertama kami bareng Dika dan Ais, dan semoga kecerian kita, kebersamaan kita, Allah ridhai menjadi jalan kita berkumpul di syurga Nya, aamiin.
Jadi di panther ceria nya masih ada space untuk dua orang, Yah? me and my son, insya Allah.
Mess putra LAJ JAMBI 6 Juli 2014
Saya mengamati gurat-gurat di wajah-wajah itu. Wajah-wajah yang awalnya sangat asing, bahkan tidak pernah terbersit sekalipun. Sekarang begitu dekat sekali bertransformasi menjadi ikatan mertua-menantu dan ikatan adik ipar.
Ijinkan anakmu ini duhai ayah dan mama mertua, duhai adik-adik ipar, menulis hal baik tentang kalian. Tentang rasa terima kasih yang sejak pertama kita seatap, berkelindan menunggu untuk diungkapkan. Terima kasih ayah Tono, terima kasih mama Sitha, terima kasih Dika, terima kasih Ais.
Saya suka menyebut keluarga ini keluarga panther ceria. hehe, maaf ya kalau saya semena-semena manggilnya. Abisnya kalian selalu ceria saat ber-mobil panther keluaran entah berapa itu. Ajib nya itu panther walaupun udah tua, tapi kuat juga rupanya di bawa ke Jawa Timur. yah, meski di jalan harus merayap sambil batuk-batuk si katanya, haha. Keren lah pokoknya, pasti banyak banget sejarah di dalamnya, yang saya tidak tau ceritanya. Kalian ceritakan tentang kisah kalian bersama si panther itu nanti yak. Makasi.
Namanya Purwantono Dwi Santoso. Ia adalah imam keluarga ini. Garis-garis di sudut matanya lalu cara ia memandang dan berbicara membuat kesan matang dalam berpikir tergambar di wajah ovalnya. Saya memanggil nya ayah Tono. Agak geli sih awalnya saat pertama manggil si ayah. Tapi lama-lama biasa juga.
emmm, ia low profile banget, padahal jadi bos di perusahaannya. Suka kata-kata nya saat kita ngobrol sambil sarapan pertama kami, "hidup mah ya gini-gini aja, gak ada yang perlu disombongkan" nah ini baru mertua gueeehh,
Ayah Tono adalah orang lapang, terlihat jelas dari kematangan kulit wajahnya, terlalu matang malah, hehehe, peace yah! sesama orang lapang tidak boleh saling mengatai ya. Jadi sedikit banyak, pengalaman saya di kebun yang baru 1 tahun 2 bulan, ayah Tono pernah ngalamin. Malah cerita saya yang dikepung perambah di camp tidak ada apa-apanya dibandingkan cerita ayah saat disandera buruh harian dan hampir mau ditebas parang gara-gara motong gaji harian. Supeerrr, eh serem ding.
Di keluarga, ayah Tono lembut memperlakukan istri dan anaknya. Tapi gak tau ding dulunya gimana, belum pernah liat si ayah marah soalnya. Saya suka lihat cara ayah Tono menggoda mama Sitha. Macam anak muda aja menggodanya. Apalagi kalau sudah bercerita mengenai kisah cinta mereka dulu. Nembak nikah di warteg cuy. Itu laki banget menurut saya mah. Tak perduli tempat dimana, kalau sudah siap nikah, terjaaanngg! hehehe. Dan kalau udah ayah menggoda mama, pasti mama Sitha mengalihkan pembicaraan, hehe, mungkin malu kali yak kalau kelihatan pipinya memerah di depan anak-anaknya.
Saya juga suka cara ayah berinteraksi dengan Dika dan Ais, seakan mereka bertiga adalah teman, bukan sebagai ayah dan anak. Tapi tetap ayah menjaga kharismanya yang membuat Dika dan Ais mendekat tapi tidak melunjak (ini ilmu keren banget–wajib dipelajari). Saya juga suka cara ayah berinteraksi dengan anak-anak di lingkungan RW entah berapa (lupa no RW nya berapa euy). Sentuhan, ayah sering menyentuh lawan ngobrol nya yang lebih muda, seperti dengan menyentuh pundaknya sambil jalan dari mushola ke rumah. Guyonan-guyonan lucu juga sering terlontar saat berbicara, membuat suasana tidak kaku (guyonan ini juga yang menyelamatkan saya dari kekakuan saat pertama berjumpa). Di tetangga-tetangga nya, ayah termasuk orang yang didengar. Lihat saja saat pengalaman liburan kemaren, yang pertama ditanya sama tetangga-tetangga mau kemana liburan nya nanti, ya ayah Tono. Terus kalau udah ditentukan liburan kemana, kompak tetangga-tetangga pada ngikut. Jangan-jangan liburan lebaran kali ini kalau ayah Tono mau ke Garut, pada ngikut juga lagi mereka? siap menampung kami lah bos! ruangan kelas luas tuh buat nampung tidur mah, hehehe.
Saya belum bercerita mengenai pengalaman hidup ayah Tono yak? keren juga tuh, seperti cerita pengalaman ibadah hajinya. Supeerr sekali kalau diceritakan. Tau gak apa yang dibawa ayah Tono saat hendak berangkat ibadah haji? yang lain bawa koper buanyak tenan, ini cuma satu koper, isinya beberapa baju ganji, pakaian ihram, Al quran, dan perlengkapan administrasi. Petugas bagasi pada heran deh. Sama saya juga heran. "wis bawa diri aja cukup" begitu katanya. Belum lagi cerita saat di Mekah, diremehkan pembimbing jemaah haji gara-gara nanya suatu hal, terus sama pembimbing jemaah haji nya dijawab gini "pak Tono tuh belum kesampaian ilmu nya untuk bertanya seperti itu" tau apa yang terjadi selanjutnya sama si pembimbing jemaah haji itu? besoknya jadi gagu kalau ngomong, sampe kembali lagi ke indonesia. Yang paling keren adalah, cerita Allah ngasi undangan naik haji ke ayah Tono. Rencana naik haji 5 tahun yang akan datang, jadi 2 tahun. Kalau Allah udah bilang kun, maka terjadilah.
Saya belajar banyak ke ayah Tono, terutama tentang kepasrahan total nya terhadap Allah swt di hampir seluruh aspek kehidupannya. Ya di kerjaan, di keluarga, juga saat bermasyarakat. MESTAKUNG. Satu lagi kata ajaib yang sering terlontar saat bercerita mengenai pengalaman hidupnya. Oya satu lagi, ayah Tono itu traveler juga rupanya, dulunya tukang naik gunung. klop lah kita. yeaah.
Selanjutnya adalah mama Desitha Waty Sandra Dewi. Tipe mama mama tahan banting ini mah. Gak bisa diam alias rajin, suka mengurusi banyak hal, peka terhadap lingkungan dan perhatian pake banget gak pake lola ke banyak orang. Suka mengomentari banyak hal juga sih, dan enaknya mama Sitha itu suka ngobrol lagi ekspresif, jadi gak bosan lah ngobrol sama mama mah. Saya juga belajar banyak dari mama Sitha. Terutama bagaimana cara bisa sabar dan percaya 100 persen kepada suami yang sering ditinggal jauh. Si umi kudu belajar nih. Jadi tuh semenjak menikah, ayah Tono sering ninggalin mama Sitha berdua sama umi Nisa yang masih kecil. dan itu pasti perlu perjuangan banget dari seorang ibu untuk membesarkan anaknya dalam kondisi jauh dari suami. kereenn ma, beneran. Mungkin kondisi-kondisi kaya gitu yang membuat mama sangat sayang sama anak-anak nya, sama ayah Tono? apalagi itu mah.
and then, Firmansyah Patriandhika. Si jangkung yang ngalahin tinggi saya. beda berapa cm kita dik? Sekarang semester 3 di STT TELKOM. Kesan pertama saat liat Dika adalah dia mirip banget sama umi Nisa dan sama-sama bertampang kalem pake cool. Iyelah, wong dia adiknya. Terus masih polos, tidak terkontaminasi lingkungan yang buruk. Eh, udah terkontaminasi gaming dia, errr. Kalau sama dika, kaya ngomong sama anak SMA. Tapi ilmunya cuy, IPK nya 3 an lebih lah.
Dika stylish banget. Pokoknya terlihat keren aja dulu, yang lain urusan belakangan. Ni bocah juga, walaupun agak manja, sebenarnya rada visioner juga sih. Mulai kebayang setelah lulus mau ngapain. Terus punya motivasi yang sangat kuat, yaitu keluarganya.
Satu lagi adik ipar terkece kedua. Namanya Muhammad Fuad Farisi. Dipanggilnya Ais. Sekarang mau naik kelas 2 SMA. Ais selain mulai enak didengar ngaji nya, termasuk aktivis mushola al ijabah di pura bojong gede ini. Sering ngurusin acara-acara mushola gitu. Ini baru generasi penerus para Sahabat nabi nih. Satu kalimat kece yang saya suka dari Ais. "laki? solat nya di mesjid" udah cukup bikin saya malu kalau telat solat berjamaah di mushola. Ajaran dari ayah nya tuh.
Ais sama Dika sebelas dua belas terkait hal kepolosannya. dan sebelas dua belas juga terkait bermain dota nya. hadeh. Tapi sebelas dua belas juga sama Dika bikin suasana di rumah menjadi penuh tawa, suka bercanda mereka, ngegaring juga. Ini yang bikin di dalam panther menjadi ceria selalu.
mobil panther nya yang warna putih itu,
Makasi banyak sudah mau menerima saya dengan apa ada nya saya, menerima keluarga besar saya di Garut-Banten-Jakarta, dan terutama mau mempercayakan kak Nisa ke saya. Saya suka momen kita di panther, bercanda menertawakan cerita saya ketinggalan pesawat, antusias menceritakan pendakian pertama kami bareng Dika dan Ais, dan semoga kecerian kita, kebersamaan kita, Allah ridhai menjadi jalan kita berkumpul di syurga Nya, aamiin.
Jadi di panther ceria nya masih ada space untuk dua orang, Yah? me and my son, insya Allah.
Mess putra LAJ JAMBI 6 Juli 2014
Kamis, 03 Juli 2014
Perpisahan, Dengan Apa Adanya Aku
Suatu ketika saya menulis (mungkin) sebuah puisi untuk umi Nisa. Judulnya perpisahan.
Perpisahan
Kamu terus menatapku
Menembus kaca jendela kotak beroda enam ini
Membuat gigi bergemeretuk
Menahan rasa ingin memeluk.
Aku tidak suka mengatakan ini perpisahan.
Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yg jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan,
sebab kita pasti akan bertemu di akhirat.
Perpisahan itu adalah,
Jika salah satu diantara kita di surga dan yg lain di neraka.
Maka, biar hati ini bertaut kembali
Melalui doa-doa yang terucap seperti cerita awal kita dulu
Tak perduli jarak merenggangkan
Yakin nanti, rindu akan menemukan muaranya.
Aku harus kuat, kamu pun.
Memperjuangkan apa yang telah menjadi niat kita berani melangkah bersama.
Melakukan apapun yang akan membuat kita saling mengasihi karena Allah.
Ya,
Allah,
Adalah tujuan kita hidup.
Umi,
Abi sayang umi,
Semoga kenikmatan ini tidak melenakan.
Dan semoga di akhirat nanti,
Kita tidak berpisah,
Bersama di surga Nya.
Aamiin
Setelah saya kirim tulisan ini ke umi Nisa, beberapa lama kemudian, umi Nisa membalas dengan Tulisan ini,
Dengan Apa Adanya Aku
Aku pernah berpikir, "Apakah aku bisa mencintai seseorang?"
Bahkan setelah ada kamu di sampingku secara nyata
Aku masih saja berpikiran sama
Cinta: itu kata asing bagiku
Terhadap keluarga dan kawan selama ini pun, entah apakah yang kulakukan membuktikan bahwa aku cinta mereka
Maka denganmu, maaf kalau aku masih menyangsikan diri
Yang kubaca dan kudengar
Bukti cinta adalah kata-kata indah, hadiah mahal, bepergian ke tempat romantis, makanan terlezat, malam berdua, selalu setia di samping pasangan
Jika memang benar bukti adalah mereka
Maaf harus kukatakan, aku tidak punya
Aku miskin dalam membuktikan cinta
Aku hanya punya keberadaanku
Aku hanya punya telinga yang siap mendengarkan
Aku hanya punya mata yang selalu menatap
Aku hanya punya mulut yang berlirih namamu di setiap sholat
Aaah, bahkan doa ku pun tidak sesempurna para ulama, aku hanya bisa berdoa dengan kata sederhana
Aku hanya punya hidung yang kembang kempis tiap kali kamu menggoda
Aku hanya punya hati yang ingin selalu kujaga ada kamu di dalamnya
Eh tunggu
Bahkan telinga, mulut, mata, hidung dan hatiku pun bukan punyaku
Aku tidak punya apa-apa
Mencintaimu
Aku tidak punya modal apa pun
Aku hanya bisa mencintaimu dengan apa adanya aku
Terima kasih karena sudah menerima
Terima kasih sekali, Abi
Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam
Makasi ya umi. Makasi banyak, kita sama-sama sedang belajar mencintai karena Allah. Semua butuh proses, butuh perjuangan, butuh pengorbanan, butuh waktu, hingga kelak Cinta kita bisa menjadi modal untuk masuk surga Nya. Bukankah dua orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapat naungan Nya di akhirat kelak? Insya Allah.
mess putra LAJ Jambi, 3 Juli 2014
Perpisahan
Kamu terus menatapku
Menembus kaca jendela kotak beroda enam ini
Membuat gigi bergemeretuk
Menahan rasa ingin memeluk.
Aku tidak suka mengatakan ini perpisahan.
Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yg jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan,
sebab kita pasti akan bertemu di akhirat.
Perpisahan itu adalah,
Jika salah satu diantara kita di surga dan yg lain di neraka.
Maka, biar hati ini bertaut kembali
Melalui doa-doa yang terucap seperti cerita awal kita dulu
Tak perduli jarak merenggangkan
Yakin nanti, rindu akan menemukan muaranya.
Aku harus kuat, kamu pun.
Memperjuangkan apa yang telah menjadi niat kita berani melangkah bersama.
Melakukan apapun yang akan membuat kita saling mengasihi karena Allah.
Ya,
Allah,
Adalah tujuan kita hidup.
Umi,
Abi sayang umi,
Semoga kenikmatan ini tidak melenakan.
Dan semoga di akhirat nanti,
Kita tidak berpisah,
Bersama di surga Nya.
Aamiin
Setelah saya kirim tulisan ini ke umi Nisa, beberapa lama kemudian, umi Nisa membalas dengan Tulisan ini,
Dengan Apa Adanya Aku
Aku pernah berpikir, "Apakah aku bisa mencintai seseorang?"
Bahkan setelah ada kamu di sampingku secara nyata
Aku masih saja berpikiran sama
Cinta: itu kata asing bagiku
Terhadap keluarga dan kawan selama ini pun, entah apakah yang kulakukan membuktikan bahwa aku cinta mereka
Maka denganmu, maaf kalau aku masih menyangsikan diri
Yang kubaca dan kudengar
Bukti cinta adalah kata-kata indah, hadiah mahal, bepergian ke tempat romantis, makanan terlezat, malam berdua, selalu setia di samping pasangan
Jika memang benar bukti adalah mereka
Maaf harus kukatakan, aku tidak punya
Aku miskin dalam membuktikan cinta
Aku hanya punya keberadaanku
Aku hanya punya telinga yang siap mendengarkan
Aku hanya punya mata yang selalu menatap
Aku hanya punya mulut yang berlirih namamu di setiap sholat
Aaah, bahkan doa ku pun tidak sesempurna para ulama, aku hanya bisa berdoa dengan kata sederhana
Aku hanya punya hidung yang kembang kempis tiap kali kamu menggoda
Aku hanya punya hati yang ingin selalu kujaga ada kamu di dalamnya
Eh tunggu
Bahkan telinga, mulut, mata, hidung dan hatiku pun bukan punyaku
Aku tidak punya apa-apa
Mencintaimu
Aku tidak punya modal apa pun
Aku hanya bisa mencintaimu dengan apa adanya aku
Terima kasih karena sudah menerima
Terima kasih sekali, Abi
Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam
Makasi ya umi. Makasi banyak, kita sama-sama sedang belajar mencintai karena Allah. Semua butuh proses, butuh perjuangan, butuh pengorbanan, butuh waktu, hingga kelak Cinta kita bisa menjadi modal untuk masuk surga Nya. Bukankah dua orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapat naungan Nya di akhirat kelak? Insya Allah.
mess putra LAJ Jambi, 3 Juli 2014
Langganan:
Postingan (Atom)