Tadinya tulisan ini mau saya beri judul, the first couple hiking. Tapi karena
kepalang tanggung, si Pahmi sama si Suley memboomingkan kata kampret sebagai tema pendakian kali ini, apalah
nasi sudah menjadi lontong. Makan aja lah, eh lagi puasa ding.
Kita
awali tulisan ini dengan catatan si manusia tergaring sejagad IPB, yang berhasil
mengabadikan momen-momen kampret pendakian kali ini. Cheer buat Suleyyy.
Special
note from KAMPRETOZ
⭐The Kampret Moment⭐
1. Fahmi udah ngurus Simaksi
buat hari sabtu. Tapi karena grup yg dipegang Nisa telat ama Nisa, jadi dapat
simaksi Jumat. (tapi alhamdulillah jadi bisa 2 malam di gunung).
2. Nisa n Imam minta janjian
buat kopdar sebelum nanjak, hari minggu sore di Pondok Bambu. Tapi pas hari
minggu pada ga bisa datang. (ga jadi disponsorin, bayar sendiri2).
3. Kloter jumat sepakat untuk
berangkat bersama dari BNI. Bahkan Anggun bela2in datang ke BNI dari Jakarta.
Tapi Imam n Nisa minta dijemput di Baranangsiang.
4. Uang konsumsi buat kloter
Jumat udah di transfer ama Fahmi ke Nisa. Tapi pas 2 jam sebelum keberangkatan,
Nisa telpon Kak Suleyy buat beliin konsumsi kloter Jumat. Akhirnya Kak Suleyy
beli konsumsi bareng Galih n Anggun.
5. Nungguin Una yg mendadak
ikut kloter Jumat.
6. Saat menuju pos Air Terjun
Cibereum, The Couples berjalan sangat lambat. Sehingga The Couples tidak ikut
membangun tenda. NB: Imam n Nisa punya tenda khusus berdua.
7. (lanjutan dari no.6)
setelah membangun tenda n bersiap untuk tidur,
diusir dari tenda.. -_-
8. Sabtu pagi, yg lain pada
packing siap2 jalan ke kandang Badak. Imam n Nisa tidur di tenda khusus.
9. (lanjutan dari no.8) saat
yg lain selesai packing, Imam bangun n bilang "Beres-beres yuk, terus
jalan euy" _padahal yg lain udah beres_
10. Minggu pagi di Lembah
Mandalawangi, Kak Suleyy ditolak ama Kak Desi, karena Kak Suleyy belum sikat
gigi dari hari Sabtu. (cc: Latif)
11. Anggun cape2 bawa kamera
cuma buat ngefoto "Post Wedding of The Couples" di Lembah
Mandalawangi. :-p
Poin ke-10 adalah kejadian
fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama dari para pelaku kejadian
tersebut.
😜😜😜
The Kampretoz
😝😝😝
Saya, Suleyyman, selaku Guest
Star dari acara NgeGamBar (ngegaring bareng bareng) memohon maaf apabila anda
mengalami Dehidrasi Akut selama pendakian dan penurunan Gn. Pangrango. ✌😅
Oke terlepas dari
momen-momen kampret yang kadung terlanjur terjadi. Serius cuy, tidak ada unsur
kesengajaan dalam pembuatan momen kampret tersebut (konfirmasi), itu asli tanpa
rekayasa. Tapi kalaupun kita mau sengaja bikin itu momen, harusnya lebih kampret
dari itu pastinya, hahaha.
Pendakian ke gunung Pangrango
kali ini memang begitu spesial. Terlepas dari momen kampret yang terjadi dari
perencanaan ampe pendakiannya, saya begitu bersemangat dengan pendakian ini.
Pertama, setelah sekian lama puasa mendaki, akhirnya saya bisa bersua dengan
adrenalin yang terpacu bersama hembusan angin pendakian gunung lagi. Kedua,
setelah sekian lama juga membayangkan bagaimana rasanya naik gunung bareng
istri sendiri (iyelah, masa istri orang lain), akhirnya juga saya bisa
merasakan nikmatnya couple hiking
itu. Ketiga, bisa naik bareng si Ravi plus istrinya (serius vi, pernah
terbersit dulu, saat kita nyari maisyah bareng-bareng di syngenta, pengen naik
gunung bareng elu dan udah pada bawa istri masing-masing, yeahh, done!) dan
Alhamdulillah dapet bonus, naik bareng Dika sama Ais, komplit dah 3 anaknya
ayah Tono saya bawa naik gunung. Sipp, boleh lah dikatakan keluarga pendaki ya
sekarang?
Pendakian ini memang harus
spesial. Makanya saya harus mempersiapkan peralatan yang spesial juga (read :
tenda kapasitas 2 orang) hehehe. Perjuangan banget saat meyakinkan si umi Nisa untuk
beli itu tenda. Makasi ya umi. Selebihnya bantu nyiapin peralatan buat Dika dan
Ais. Secara mereka adalah pendaki pemula yang akan menjadi tanggung jawab saya
nanti kalau ada apa-apa.
Kami bertiga (saya, umi Nisa
dan Ais) berangkat dari rumah habis ashar. Rencananya mau ke BNI Dramaga untuk
belanja dulu keperluan pendakian kita, terus kumpul sama bocah-bocah untuk
berangkat bareng. Kumpulnya jam 5 rencananya (udah tau kumpul jam 5 berangkat
baru jam 4 pulak? Hadehh) hehe sory cuy, kita lupa apa yang membuat kita bisa
telat saat itu. Dan benar saja, nyampe stasiun Bogor udah mau jam 5, belum
perjalanan ke kampus nya, bisa magrib baru nyampe kampus. Alhasil, kita ke Baranangsiang
aja, terus telpon Suley untuk minta tolong belanja kebutuhan, hehe—kampret moment
no 3 dan 4.
Una, istrinya Ravi, ngeWa
minta dijemput di rumahnya, karena bawa barang nya banyak (bawa 2 carier
segede-gede gaban). Ravi masih di perjalanan dari Karawang dan akan langsung
nyusul ke Cibodas. Entah bagaimana ceritanya, karena kita ada di Baranangsiang,
nungguin Una diabadikan sama Suley jadi kampret moment no 5. Tapi mungkin
alasannya sih, saya baru ngasih tau kawan yang nungguin di BNI bahwa Una sama Ravi
mau ikut H-30menit keberangkatan, hehe.
Singkatnya, sampailah kita
di base camp awal Cibodas. Jadi kenalin nih, squad pendakian kita. Ada saya,
umi Nisa, Ais, Una, Ravi, Suley, Galih, Hana, Anggun, dan terakhir 4 kawannya Dika
yang baru datang pake motor (Bimas, Adrian, Dewa, dan aduuhh lupa namanya satu
lagi, sory brooh, entar tak Tanya Dika dulu. Oiya, Irfan satu lagi namanya)
Dan, setelah pengaturan
posisi pendakian (karena gue paling senior, gue yang ngatur akhirnya) lanjut
doa sama ustad Suley, pendakian pun di mulai jam 21.00 (kurang lebih lah) hari
Jumat tanggal 20 Juni 2014. Bismillah.
Rencananya malam ini
ngecamp di pos Panyangcangan, yang dekat air terjun Cibeureum. Lalu besok
melanjutkan pendakian dan ngecamp di pos Kandang badak, terus jam 3 pagi lusa,
melanjutkan pendakian untuk mencapai lembah Mandalawangi. Direncanakan harus
bisa pulang hari itu juga. Jadi total 2 malam, 2 hari, insya Allah.
Sebagai paling senior di
pendakian ini (read: paling tua) saya senang melihat semangat anak-anak muda
yang kebanyakan hampir semuanya pemula, terutama kawannya si Dika tuh, semangat
banget mereka. Apalagi Irfan, yang emang badannya gede, kuat dia bawa tenda
segede tugu pancoran di dalem cariernya.
Perjalanan awalnya masih
bareng-barengan. Tapi dikarenakan the couple
number 2 rada lelet jalannya. Kami membiarkan kawan yang paling depan duluan,
niatnya biar cepet bangun tenda maksudnya. Sepanjang perjalanan itulah, selain
saya senang banget bisa bermesraan, saling menggoda, ngobrolin hal-hal ringan,
saling manja, saling nyemangatin dengan umi Nisa. Saya senang memerhatikan
pasutri Una Ravi di depan. Lebih tepatnya, memerhatikan Una yang gigih bawa
cerier segede gabannya sambil nahan peluh yang sebentar-sebentar minta break. Terus
memerhatikan juga abangnya, Arif Ravi Wibowo yang gak bosen memompa semangat Una untuk terus
melangkah. Ini saya sebenarnya pengen banget bawain cerier nya Una, biar cepet
nyampe. Tapi itu akan mengganggu sekali kejantanan seorang abang Ravi kalau
saya berbuat demikian. Jadi, kami Cuma bisa bilang, “semangat Una, ayo 15 menit
lagi nyampe Cibeureum”.
Karena saya tau, si
bocah-bocah pemula itu pasti susah diriin tenda pertamanya, maka kami berdua
lekas jalan duluan, meninggalkan pasutri Una Ravi. Niatnya tadi, cepat-cepat
bantu bikin tenda. Dan benar saja, begitu nyampe, si bocah-bocah pada bingung
bagaimana cara diriian tenda. Suley dan Galih mah sudah selesai diriin tenda
buat mereka dan mulai menata isi tenda. Beberapa menit kemudian, Una dan Ravi
datang. Dan Una mulai kedinginan. Akhirnya saya berpikir, karena tenda yang
dibawa Adrian sangat gede banget, muat untuk 8 orang, yang laki-laki disatukan
semua di tenda Irfan. Jadi tenda yang dibuat Suley Galih dikhususkan untuk
perempuan saja. Ya walaupun, si Suley menggerutu juga si karena dia cape-cape
dirikan tenda, eh ujungnya dipake buat perempuan, hehe. Maaf ya Suley, demi
kebaikan nusa dan bangsa ini--kampret moment no 6 dan 7. Lalu kita mi? hehehe.
Gini toh rasanya meluk istri di gunung tuh. Tenda kapasitas dua orang nya jadi
anget deh.
Di sabtu pagi hari, ba’da
solat subuh, masak-masak dan makan-makan. Kami menyempatkan pergi ke air terjun Cibeureum.
Sambil isi minum, cuci peralatan masak dan buang air besar bagi yang kebelet.
Disono ada toilet nya cuy.
Ke air terjun Cibeureum,
menjadi kunjungan yang pertama setelah 6 kali mengunjungi gunung Gede Pangrango
ini, dan menjadi kunjungan pertama juga ditemani istri tercinta. Udah deh,
sekalian bikin foto post wedding ya
mi. Bodo amat yang ngeliatin pada ngiri. Wabil khusus kepada Anggun. Maaf maaf
nih ye Nggun. Hehe
bareng ais dan dika di air terjun cibeureum
air terjun ngumpet, kudu jalan dulu buat nemuin ini air terjun. nice!
bareng pak Tifatul Sembiring
Pulang dari air terjun,
saya sama umi Nisa tiduran bentar di dalam tenda khusus. Dan pas bangun, yang
lain udah pada beres-beres ternyata. Yaudah karena paling senior, iseng aja
ngajak beres-beres. Eh, malah jadi kampret moment no 8 dan 9. Hahaha. Ampun Suley
ampuun.
Oke, pendakian yang sebenarnya
baru akan dimulai. Dari semalam saya sudah mengamati beberapa orang yang
berpotensi gabung tim pecel lele (pendaki cepet lelah letih lesu lemas lunglai
lengah). List pertama adalah Una, tapi karena udah ada abang Ravi, saya anggap
aman. Kedua Anggun dan Hana. Dua perempuan ini setidak nya bebannya gak boleh
terlalu banyak, biar jalannya bisa woles, maka harus terjadi transfer beban ke
beberapa lelaki kuat. Lalu ada Ais, masalahnya dia gak mempersiapkan apa-apa
untuk pendakian ini. Dia memutuskan untuk ikut H-3 jam an. Jadi Ais harus dekat
saya nanti. Kalau Dika mah, kata ayah Tono dia seneng lari, plus bakalan bareng
4 kawannya itu. Jadi pasti termotivasi untuk bisa kuat (biasanya kan antar
segeng pada gak mau kalah). Lalu umi Nisa, ah dia mah tipe perempuan tangguh,
apalagi kalau jalannya sambil pegang tangan saya, aman lah. Galih sama Suley,
pendaki tangguh juga.
Perjalanan pun dimulai. Sesuai pengamatan saya, Una dan Ravi jalan paling belakang. Lalu saya, umi Nisa,
Ais, Hana dan Anggun, lalu Dika dan kawan-kawan dan paling depan Galih sama Suley.
Saya mulai menikmati pegangan tangan umi Nisa, sama banyolannya Ais yang mulai
dekat sama Anggun. Kemudian, semakin siang umi Nisa minta izin untuk jalan
dengan kawan yang paling depan. Gak rela si sebenarnya, tapi yasudah biar dia
jalan duluan, biar nanti bisa cepat bikin masakan maksudnya. Saya gak bisa
jalan cepat, karena harus dekat sama Anggun, Hana dan Ais. Harus jadi senior
yang baik cuy.
Dan pendakian tetiba jadi
hambar. “Ah si umi nih, tega banget ninggalin abi” sempet ngomel-ngomel. Lalu
terpikir untuk ngobrol dengan Anggun tentang masa-masa umi Nisa setelah
memutuskan mau menerima ajakan nikah saya. Ooo, rupanya banyak rahasia-rahasia
yang belum saya tahu. Tau gak mi, kalimat yang bikin hidung abi kembang kempis
terus rasa kesel abi hilang seketika, Anggun bilang. “dulu sebelum ka Imam ngajakin
Nisa nikah, Nisa pernah bilang,“bagi gue, ka Imam adalah laki-laki asing
pertama yang dianggap keberadaannya”” cieee, ternyata umi, dari dulu, sudaaahh,,
hehehehe. Allah memang maha Baik banget ya mi.
Nyampe kandang badak udah
mau sore, dan disambut dengan teriakaan “abiii”. Hahaha. Kangen juga rupanya si
umi. Dan Alhamdulillah, kawan yang nyampe duluan, udah pada buat tenda dan
booking kan lahan untuk kita. Itu baru kawan yang kece. Yuk mi, kita buat tenda
khusus kita lagi. hehe. (pendakian ini banyak senyum sama ketawanya dah)
Kita, bareng Anggun dan Una
plus Ravi kembali jadi koki lagi. Memasak makanan yang selain menambah energi,
juga harus bergizi. Seperti cornet, sosis, spageti, sayuran, tempe, dkk. Ini kita
masak mewah banget deh. Teng teng teng, waktunya makan. Yeah, macam dua orang
tua, yang lagi masakin makanan buat anak-anaknya, ya gak Ravi? hahaha.
Menjelang magrib, rombongan
Pahmi dkk baru pada datang. Mereka banyakan perempuan keknya. Mulai dah
atur-atur tenda lagi. si Ais, merajuk minta setenda sama kita. Gak jadi
berdua-dua an lagi kita mi, yauda deh. Harus jadi kakak yang baik.
Sekarang total pendaki kita
ada 21 orang. Ditambah 7 orang dari grup nya Pahmi yang naik hari sabtu pagi.
Jadi nih, awalnya kita mau naik bareng hari sabtu. Cuma karena umi Nisa katanya
telat bayar booking an nya, jadi nya kita yang 14 orang keabisan kuota di hari
sabtu. Cara ngakalin nya kita naik hari jumat sore – kampret moment no 1 ya le,
hadeeh. Tapi pendakian puncak pangrango nya direncanakan bareng-bareng, yaitu
besok jam 3 pagi. Temennya Pahmi yang saya ingat, ada Yasin, Rahmi, adiknya Rahmi,
Desi, Mulyaningsih, Ali Akbar. Entah mereka inget nama saya atau engga.
Perkenalannya bentar banget.
Hari minggu jam 3 pagi,
kita udah siap-siap berangkat ke puncak Pangrango. Semua dalam kondisi ngantuk.
Tim nya Pahmi pamit mau berangkat duluan, katanya sih karena mereka tim pecel
lele. Setelah berdoa, kita pun nyusul tim nya Pahmi, dengan posisi yang sudah
saya rubah. Galih Suley tetap paling depan, dibelakangnya Hana, Anggun, Una Ravi,
kawannya Dika, terus Ais, umi Nisa dan saya. Biar gak ada yang ketinggalan kaya
malam kemaren.
Pendakian pagi ini, meski
emang dingin banget, tapi karena yang bawa tas hanya 3 orang, jadi bisa lebih
cepat. Tidak ada yang mengeluh, semua fokus dengan puncak di kepala
masing-masing. Semua tidak ingin menjadi beban bagi yang lainnya, saling
membantu, saling menyorongkan sebotol minum dan berbagi roti yang ada dikantung
jaket masing-masing. Semua merasakan hawa yang sama. Hawa pencapaian puncak.
Niat awal ingin mengejar
sunrise di puncak, apa daya jam setengah 6 masih di perjalanan. Setelah solat
subuh, kita sama Ais memutuskan jalan paling duluan. Biar bisa masak-masak di
puncak lebih cepat.
Dan ini lah puncak pertama
kita mi. Puncak 3019 mdpl yang kita daki bersama. Masing-masing pernah ke
puncak ini sebelumnya di waktu yang berbeda. Sekarang, Allah berbaik hati
menakdirkan kita, menatap punggung kawah gunung Gede sambil erat berpegang
tangan, sambil saling menatap manja, lalu tersenyum berucap syukur tak
terhingga pada sang Maha Pencipta atas Anugerah Nya ini. Makasi banyak Ya
Allah, makasi banyak umi.
alhamdulillah, kesampean juga natap gunung Gede bareng istri
punggung kawah gunung Gede, dari puncak Pangrango
Sekali lagi, menyusuri
lorong-lorong yang tertata dari barisan pohon edelweiss dengan senyum masih
terkembang. Lembah mandalawangi, ikut menjadi saksi atas cinta dua insan yang
telah Allah halalkan. Yuk mi, kita masak-masak lagi, menyiapkan sarapan terbaik
untuk anak-anak kita, eh salah, untuk kawan-kawan kita. Hahaha. Ah sayang
banget, tadinya mau bikin ayam bakar disini. Apa lah ayamnya sudah tak bagus
lagi. Untung cornet, spageti, sosisnya, telurnya, berasnya, naget nya masih
banyak. Hajaaarrr mii. Masak nya dibantu Una, Anggun, Hana dan Ravi. Marii makaaannn.
Ba’da makan, bajak kamera Anggun untuk foto post
wedding para couples. Hehehe.
Jadi kampret moment no 11, halah.
Eh, kampret moment no 10
mana nih? jadi Suley ditolak Desi? Yaahhh, Alhamdulillah.
Saat matahari semakin
meninggi, saat Anggun, Hana, Galih, dan lainnya kepanasan ngeliat foto post
wedd kita, marilah kawan untuk turun kembali. Berjalan secepat langkah untuk
membereskan tenda di kandang badak. Dari kandang badak, setelah makan-makan dan
solat dzuhur ashar, kita langsung turun kembali ke post cibodas mengejar angkot
yang akan menunggu selepas magrib nanti.
sebelum makan bareng, foto dulu
makin klop aja ni dua bocah,
here we are! at mandalawangi, pangrango mountain. Sunday, june 22, 2014.
Saat perjalanan pulang, si Ais
sama Suley semakin akrab, si Dika sama kawan-kawannya juga semakin dekat satu
sama lain, liat aja saat dengar mereka bercerita tentang meninggalkan “tanda”
di gunung, juga saling ngeledekin saat makan cemilan sambil ngumpet-ngumpet dan
ketahuan. Haha. Terus Una Ravi makin klop, Galih makin eksis paling depan, Anggun
yang sempat jatuh guling-guling ikut bareng kita.
Lepas magrib, katanya
rombongan Dika, Galih dan Suley udah nyampe duluan di pos Cibodas. Gerimis semakin
menderas bersama gelap yang semakin menghitam. Kami memutuskan turun duluan, tidak
jadi menunggu Ais, Hana, Una dan Ravi yang paling belakang. Begitu hendak
turun, Ais dan Hana memanggil kami dari belakang. Membuat hati kami langsung
tenang. Ais dengan jantannya membawa tas Hana yang tali nya hampir putus, juga
resleting nya hampir koyak, di bagian depan. Keren juga bocah satu ini.
Saya yang membawa dua
cerier langsung tancap gas meninggalkan mereka paling belakang, biar rasa pegel
dan lelahnya gak terlalu kerasa jadi harus setengah berlari. Meksi beberapa
kali sempat akan terpleset, nyampe juga akhirnya di pos Cibodas. Beberapa belas
menit kemudian, kawan lainnya pun sampai di pos. Setelah istirahat sejenak
sambil Suley ngurus simaksi, kita langsung turun dan naik angkot yang telah
menunggu. Fiuuhhh, Alhamdulillah, akhirnya kita bisa pulang dengan selamat.
Nyampe Baranangsiang entah jam berapa, lalu dijemput ayah Tono dan mama Sitha pake
panther ceria nya, makan nasi goreng dulu bentar karena perut keroncongan mulu,
dan disinilah kita sekarang, ketawa ketiwi menertawakan pendakian ini sambil
nunggu giliran mandi.
Super sekali pendakian kali
ini ya, Mi! Mantabhh!
Mess Putra LAJ Jambi, 9
juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar