Atas : ka maul, ifeh, teguh, gw, wira, yasin, latif. bawah : bang yud, kojek, miro. depan sekret HMIT UB
Puskesmas pasar Tumpang
Maka di tanggal 26 juni 2012 itu, setelah tebar pesona ke semua mahasiwi
di UB, berangkatlah kami menuju Pasar Tumpang. Disini ada puskesmas, so yang
belum pada bikin surat sehat, bikin lah sikoh.
Logistic yang kurang2 juga bisa lah dibeli disini, kan ada pasar. Dari pasar Tumpang,
selain bisa naek mobil jeep, kalo pengen rada murah bisa juga naek truk seperti
kita ini. Mau lebih murah lagi?, nyari masa sebanyak mungkin, lumayan dapet
orang Tegal berdua, jadi saat itu yang biasa 30 rebu/orang jadi bisa 25rb.
Daaaaannnnnnn,, beraaaannkkkaaatttttt,, Bismilllahhhhhhhhhh. Eittss, jangan
lupa, dari pasar tumpang sikit, ada pos jaga TNBTS, jadi bisa registrasi
disini.
Pernah liat lautan awan?, yang sering nongol pas sunrise di puncak gunung itu lho, ini belum nyampe basecamp Ranu Pane, ngapain nongol
dibawah gini. Memang kereeenn bin ajib nih semeru. Eh, itu yang tandus yang
tandus gunung apa ya?, Tanya gw polos-emang gw gak tau. Itu semeru bang, jawab
miro ngeledek, owhh. Semakin lama perjalanan, semakin terjal jalannya, semakin
banyak ragam kehidupan warga yang bisa di lihat, semakin banyak pemandangan
keren yang bisa di nikmati. Dan menurut gw, yang paling keren dari perjalanan
ber’truk’ ria ini, ada padang Lord of the ring nya, (ini gw bikin nama
sendiri), ingat di lord of the ring ke 3 yang the return of the king, saat Gandalf
putih nyerang bawa pasukan dari atas bukit, nah, mirip itulah padang yang tepat
berada di hadapan kami ni. Subhanaalllohhh, ucap gw berkali2.
“itu Ranu Kumbolo?” pertanyaan bodoh kedua yang gak seharusnya gw
tanyakan. Tapi karena sudah terlanjur, yasudahlah jadi bahan ledekan. Namanya
danau Ranu Pane, bening kali airnya gannn. Pengen dah nyebur kesana, nyelam,
terus nemu putri duyung. Ngayal. Okeh, dari pasar Tumpang sekitar 2-3 jam nyampe
sini. Registrasi dengan bayar 7 ribu + fotocopy ktp sama surat sehat per orang.
Berangkat kita?, nyokkkk,, ba’da solat dzuhur dimulailah langkah pertama itu,
langkah yang akan membuktikan bahwa masih ada manusia yang selalu dekat dengan
alam, dekat dengan Tuhannya karena terus berlafal syukur memuji ciptaanNya.
Juga membuktikan bahwa manusia akan selalu bekerja keras untuk menggapai
impiannya. Tak peduli terjalnya tebing yang harus di panjat, tak peduli jauhnya
jarak yang akan ditempuh, tinggal percaya dan yakin juga kerja keras maka semua
akan lebih mudah. Jangan lupa juga berdoa pada Yang maha kuasa, biar semua
diberi kelancaran. Amiinnn…
ranu pane
pos TNBTS
Narsis depan plang Ranupane
Seperti gunung yang lainnya di pulau Jawa, perkebunan warga adalah yang
pertama kita jumpai, lalu mulai masuk hutan dengan belok tanjakan yang dikiri.
INGAT, yang ke kiri ya. Masuklah ke jalan setapak menanjak yang lumyan membuat
pelumas lutut bekerja ekstra. Gw selalu urutan paling belakang, yang depan
seingat gw, Kojek, Wira, Latif, Ifah, ka Maul, Miro, Teguh, Yasin, ka Yud, barulah
gw tukang pengswiping merangkap
cameramen. Aih, camdig Cuma bawa satu lagi. Jadi muzti harus wajib dihemat eta.
Trek awal, aspal dan perkebunan warga
Nyampe pos 1 ato Watu Rejeng sekitar 1 jam setengah. Dari sini gw makin
seneng dengan tingkah bocah2 didepan. Miro resmi jadi bahan ledekan sepanjang
masa dengan musuh bebuyutannya Latif, tak henti kekocakan, kepolosan, kejailan
mereka mengocok perut kami membuat tak sadar ikut ngeledek jua, hehehe, ini
hanya penyegar perjalanan kawan, jadi kami gak pernah benar2 menganggap serius
lho, ka Maul aja yang awalnya membela mati-matian seorang putri Miro tralala,
ikut juga menimpali bahkan menambah ganas ejekannya, hahaha, tenang lah mir,
masih ada bang Yudi trilili yang mendukung, “hati-hati kamu tif, dari benci
bisa jadi cinta lho” ucapnya dengan iringan lagu india dari hape sumsangnya.
Teguh dan Yasin yang agak pendiam, perlahan tapi pasti juga terseret menjadi
pendukung setia latif. Terkadang wira juga ikut keserempet ejekan kalo
kebetulan sedang deket Miro, kan Cuma mereka berdua yang paling muda. lalu
kemana Kojek?, always dengan rokok di bibir nya, dan insting pencari jejak nya.
“RANU KUMBOLOOOOO”, teriak Miro dari
ujung jalan yang tertutup rimbunnya semak dan pepohonan, tadi dia semangat
jalan paling depan. Dan itu bikin kami khawatir karena dipanggil2 kagak nyaut,
eh dia rupanya yang nemu Ranu Kumbolo duluan.
Dan
benar saja, Ranu Kumbolo 2400 mdpl lebih indah dari yang gw bayangkan. Maka
cukup foto saja yang mendeskripsikan keindahanya yak,,kalo dari Watu Rejeng,
sekitar 2 jam untuk sampai sini.
ranu kumbolo versi cool
senja di ranukumbolo
ngRusuh depan ranukumbolo
Malam ini Ranu Kumbolo memang sangat ramai, sudah seperti pasar kaget di Bara saja. Iyalah, wong lagi ada pembuatan film 5 cm disini, jadi porter udah macam setrikaan saja bolak balik. Tapi itu gak membuat keindahan malam Ranukumbolo berkurang, tetap terlihat misterius danaunya. Baiklah, bikin tenda, perapian, makan, solat, mari kita beristirahat, badan gw harus fit lah, brangkali besok gw jadi pemeran pengganti si Junot yang mungkin lagi sakit gigi, hahaha, eniwei, sebelum tidur, jangan lupa bersyukur pada Alloh atas karunia yang tak terbantahkan ini. Alhamdulillah
Kabut menggelayut diatas danau, itu kesan pertama saat gw buka resleting
tenda. Gila meennn dinginnyaaaa,,woy AC nya matikan woy!. Ba’da solat subuh
berjamaah, kami semua melingkar anggun di perapian yang kami buat, beberapa
pendaki lain yang baru bangun juga mulai mendekat mencari kehangatan. Mana yang
mau dipeluk mana?, eh. Bertemulah kami dengan casting directornya 5 cm, panggilannya sih bunda, ngobrol2 kami
ngalor ngidul sana sini,
“sutradaranya
kemana?” Pertanyaan bodoh entah keberapa yang seharusnya gak gw tanyakan,
Tiba-tiba si Miro sama ka Maul wajahnya sumringah gak jelas, owalah,
kembaran gw baru bangun rupanya, “sono minta foto sono,” ucap gw sok gak peduli
gtu, serasa jalan di awan mereka mendekat ke tenda rombongan Junot, Fedi nuril,
Pevita pearce. Si Wira ngekor sambil sesekali foto wajah sendiri dengan
background Pevita pearve dari jarak jauh, kasian. Si Kojek pun datang bermuka
sumringah juga, lalu berkata bangga ‘gw dong tadi ngantri beol di toilet,
rupanya yang gw tungguin itu si Pevita pearce, widih, beolnya artis bau juga
ternyata, hahahaha, yang penting bekas beol artis gpp dah’, satu lagi yang
bikin ngakak di Ranukumbolo, rupanya ada penyewaan banana boat yak di danau, hahaha, kucluk lu, itu si Igor saykoji
lagi nyemplung. Hehehe, nah kalo ini bolehlah kita foto bareng,,
wira, junot (kembaran gw), pevita pearce, bunda casting director, miro
fedi nurul dan ka maul, eh
narsis with banana boat, eh igor saykoji maksudna
Sebelum menaklukan tanjakan cinta, maka mari keluarkan bendera kebanggaan
kita kawan IPB, eh, pa sutradara lewat, fotoin kami dong pak Sutradara, eh
salah, foto bareng kami dong pak Sutradara, hehehe, cekreeekkkkk,,,,
sebelum tanjakan cinta with pa sutradara Rizal Mantovani
Dan encok gw kumat setelah ngelewatin tanjakan cinta, ada mitos katanya
kalo kita terus jalan tanpa noleh ke belakang sambil bayangin orang yang kita
suka, maka kita akan jadian sama yang kita suka itu. Maka saat itu gw bayangin
bidadari surga dong, sambil ngedoa sama Alloh juga lah. Rupanya gak kuat gw jalan
tanpa nengok ke belakang. Pemandangan keren Ranukumbolo dari atas gitu masa iya
gak di tengok, bodo ah dengan mitos, cekreeekkk, foto lagi.
ranukumbolo dari atas tanjakan cinta
Oro-oro ombo-Sekitar 30 menit dari Ranukumbolo, itu lho nama savana yang
gw anggap padang Lord of the ring tea, akhirnya gw bisa ngelewatin daerah ini. Dan
memang musim kemarau kaya gini padangnya terlihat coklat dengan kemerahan dari Bunga
lavenda di samping jalan setapak padang ini. Oya dari sini kita bertemu dengan
pendaki ayah dan anak yang kompak banged, namanya Anas dan ayahnya, mereka nih
yang juga ikut ngeramein cerita pendakian ini. Anas malah uda berteman di
pesbuk ya
oro-oro ombo
Bersambuuunngg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar