Malam ini deras sekali hujan menghunjam tanah Tebo.
Mengingatkan saya pada gigi lucu mu saat tersenyum bercerita di suatu malam
yang penuh suara gemeretuk hujan di atap kamar kita. Tentang kamu di masa kita
belum bersama.
Lidah saya kelu, saat kamu membacakan diari harian mu yang
mulai kamu tulis semenjak hari itu. Hari dimana saya memberanikan diri
mengajukan pertanyaan 'suci' yang khusus saya persiapkan untuk mu ratusan hari
sebelumnya. "maukah kamu menikah dengan saya tahun ini?"
Maaf, saya lupa untuk memulai tulisan ini dengan memuji
Allah Subhanahu wataala. Tuhan yang tidak pernah berhenti mendengar. Sekecil
apapun suara do'a kita, Allah tetap Maha Mendengar. Kita, adalah buktinya.
Ini tentang keyakinan. Dari masing-masing kita, yang
berjuang mati-matian menyimpan perasaaan asing yang seharusnya tetap asing.
Bahkan bukan sekali dua kali, kita juga pernah berusaha membunuh rasa itu. Demi
kebaikan saya, kamu dan kita. Tapi sepertinya, semakin jarang kita
berinteraksi, semakin terasa perasaan asing itu. Laiknya duri dalam daging.
Tidak nampak, tapi sakitnya terasa sampai ke ujung kaki.
Ah, sungguh cantik sekali cerita kita. Saya yang entah
kenapa begitu yakin semenjak awal kita bertemu di warteg perempatan Yasmin
Parung itu, merasa bahwa kamu adalah "the
one" untuk saya. Kamu bukan orang lain, yang Allah gariskan hanya
bertemu beberapa waktu, lalu pergi seiring berjalannya waktu. Kamu bukan orang
yang begitu saja berlalu lalang di kehidupan saya seperti beberapa kawan
sekolah di masa lalu. Kamu adalah seseorang yang saya yakini bahkan sebelum
kamu sadar ada saya di jadwal ngajar ngaji jumat Rumpin itu, akan menjadi 'best friend forever' saya. hehe. Ya,
kita harus berterima kasih kepada warga Rumpin, yang menjadi penghubung awal
kita bertemu. Lets say "makasih
warga Rumpin".
Kalian mau tahu? Bagaimana kami yang walaupun satu jurusan,
tidak pernah terlihat bersama selama 3 tahun berkuliah, lalu tetiba menyebar
undangan pernikahan pada kalian? Ah kalian pasti ingin tahu, ya kan?
Jadi memang kita satu jurusan. Saya satu tingkat lebih
senior dari kamu. Tapi walaupun kita 3 tahun satu kampus, kita gak pernah
benar-benar kenal satu sama lain. Padahal saya teh orang terkenal di angkatan
kamu. Ketua ospek jurusan gitu loh (songong dikit). Tapi kenapa justru saat
kuliah saya bentar lagi beres, kita baru dekat? ah ya, apa kamu sering bilang.
"Opera Tuhan memang paling keren". Bisa saja kalau kita kenal dari dulu-dulu,
kisah kita mungkin tidak akan semenarik ini. Karena sering bertemu, kita jadi akan
ngerasa biasa aja, kan?
Kita juga harus berterima kasih sama pesbuk. Why? kan waktu itu saya lagi pengen
ngajar anak-anak kecil tuh (efek nonton film front of the class), eh kebetulan banget di time
line fb nongol aplotan foto kamu yang lagi di Rumpin bareng anak-anak kecil. Langsung lah saya koment untuk minta diajakin ngajar
disono (padahal lupa, kamu teh orangnya yang mana). Awalnya kamu menolak. Tapi beberapa
hari kemudian kamu berubah pikiran dan mau ngajakin saya ngajar asal bawa kawan
laki-laki lain. Daann, mari nge-booking
Heru untuk diajakin ngajar juga.
karena foto aplotan di pesbuk ini. Dunia kita mulai terhubung.
Lalu janjianlah kita di warteg perempatan Parung Yasmin itu,
untuk berangkat bareng ke Rumpin. Ada saya, Heru, Anggun, Rima dan kamu. Yeah finally, di hari jumat pagi bersejarah
itu, beningnya tatapan matamu, berhasil menumbuhkan bibit perasaan asing di
hati saya. Mungkin itu yang namanya cinta pada pandangan pertama? Entah, saat
itu rasanya aneh aja.
Akhirnya setiap jumat, kita sering menghabiskan waktu untuk
mengajar bersama di Rumpin. Tidak terlalu rutin juga si sebenarnya, kan saya
pun harus menyelesaikan tugas akhir kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana.
Hingga tak terasa, saya harus pergi ke Jambi untuk mempertanggung jawabkan
beasiswa kuliah saya. Baru lah jarak mengajarkan saya, tentang berartinya
sebuah pertemuan. Ya Allah, lagi-lagi saya hanya bisa mengadu pada Mu. “Jika perasaan ini baik dan benar,
sampaikan padanya Ya Rabb”
Foto bersama di Rumpin, sebelum pergi ke Jambi
Tiga bulan setelah saya di Jambi (Juli 2013), saya harus ke
Bogor untuk di wisuda (saya emang sudah kerja sebelum di wisuda). Momen ke
Bogor kali ini, tak luput saya pergunakan untuk mengunjungi anak-anak ngaji
jumat di Rumpin. Aslina kangen banget saya sama bocah-bocah pencari ilmu di
Rumpin ini (pas perpisahan, beberapa anak ada yang nangis malah saat mau saya
tinggal ke Jambi) plus ngarep bisa ketemu kamu juga si sebenarnya, hehehe.
Alhamdulillah ya, kamu rupanya bisa menyempatkan ngajar di tengah kesibukan
penelitian mu. Sekali lagi, Alhamdulillah. Tapi parahnya, kamu teh tidak datang
ke wisuda saya. Padahal saya ngarep banget lho kamu ngasih saya bunga. Hadeh.
Lalu dibulan Oktober 2013, saya ngambil cuti tahunan untuk
berlibur. Kamu tau kemana tujuan saya berlibur? hehe, benar sekali. Bogor
menjadi tujuan saya berlibur. Dan kali ini, saya tidak bisa bohong. Saya bela-belain
beli tiket PP Jakarta-Jambi, karena ingin sekali ketemu kamu. Maaf ya, kali ini
doang kok niat ngajar di Rumpin jadi terkontaminasi, hehe. Dan ini, kali
terakhir kita saling bertatap muka. Saya pun berniat dalam hati “nanti kita
akan bertemu lagi di Rumah mu. insya Allah”.
Empat bulan kemudian, di tanggal 31 Januari 2014. Saya memberanikan
diri mengajak kamu menikah lewat sms. Lalu 2 bulan kemudian di tanggal 30 Maret
nya, Allah takdirkan kita bisa bertemu. Alhamdulillah kita bertemu di rumah mu.
Dan tanggal 14 Juni 2014 menjadi tanggal paling bersejarah bagi kita. Kamu benar-benar
menjadi "the one" untuk
saya. Tidak kah kisah kita ini sungguh istimewa. Seperti kata Fu dalam buku
jodoh dunia akhiratnya “Dengan cara yang
istimewa untuk orang yang istimewa”. Subhanallah.
Kamu tau, apa yang membuat saya semakin terus bersyukur pada
Allah atas semua anugerah yang Ia berikan? Ya, cerita mu saat sebelum saya ajak
menikah. Yang katamu, bahwa nama saya juga terselip di setiap do’a 5 waktu mu. Bahwa
saya adalah laki-laki asing pertama yang dianggap keberadaannya bahkan sebelum
kita pertama bertemu di warteg perempatan Yasmin Parung itu. Bahwa saya adalah
tokoh utama dari setiap diari yang kamu tulis. Bahwa dari awal saya mengajak
kamu menikah, kamu tidak pernah ragu untuk tidak berkata tidak. Maha suci
Engkau Ya Rabb, Tuhan yang tak pernah berhenti mendengar pinta hamba Nya. Begitu
Maha baik sekali Engkau pada kami berdua ya Rabb. Sebanyak apapun dosa kami,
yang padahal kami juga malas beribadah. Engkau tetap memutuskan ia untuk saya,
dan saya untuk nya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.
Mari kita akhiri tulisan ini, dengan mendendangkan lirik
lagu Raef – You are the one*.
I thought of this
before over a million times
Who would’ve ever
thought that it would be our time?
I just know it, ’cause
you’re the one
It ain’t a selfish
love, when I’m with you
You remind me of
Allah, and so I know it’s true
I’ll just say it: you
are the one
Won’t you be my BFF
(best friend forever) and ever?
Won’t you be my
partner after this world?
We’ll see it, when we
believe it together
Dreams are meant to
be, ’cause you’re the one for me
I never thought that I
would ever feel this way
I ask Allah to bless
you every single day
I’ll just say it,
’cause you’re the one
And when times are
tough, and we’ve got the world to see
Standing right beside
you is where I want to be
I just know it: you
are the one
Won’t you be my BFF
(best friend forever) and ever?
Won’t you be my
partner after this world?
We’ll see it, when we
believe it together
Dreams are meant to
be, ’cause you’re the one for me
I prayed about this
just over a million times
Who would ever thought
that I could call you mine?
I just know it, ’cause
you’re the one
And when there’s gray
in our hair and we’ve not much to do
I want to spend the
rest of my days with you…
Oh don’t you know it?
You are the one, you
are the one
Oh won’t you be the
one?
*kalau saya tahu lagu ini lebih cepat, saya akan ngajak kamu
nikah dengan mengirimkan lirik lagu ini. (mau dinyanyiin, suara saya cempreng
beud, kasian kamu nya, hehe) link mp3 donlot disini
Oya, kalau sempat, saya ingin baca tulisan kamu tentang
perasaan-perasaan kamu sebelum kita tinggal satu atap. Pasti akan lebih
membuktikan ke Maha Mendengar an Allah Subhanahu Wata’ala pada setiap do’a
hamba-hamba Nya. Ditunggu ya. Makasih.
Mess Putra LAJ Jambi, 12 Agustus 2014.
gak sengaja buka blog mu bang imam... indah nian cerita cinta kalian, mungkin ini yang dibilang mencintai dalam diam dan doa. seperti kisah Ali dan Fatimah saja...
BalasHapussemoga kalian langgeng, jadi keluarga sakinah, mawadah, warrahmah, dan berjodoh dunia akhirat...
:)
Aamiin, makasih mba dev,
Hapusbaca ini juga biar lengkap sudut pandang nya, http://grey-giraffe.blogspot.com/2014/08/kronologi-kita.html
semoga mba dev juga cepat menemukan sang "Ali' nya yak, atau udah jangan2? hehe
Aamiin.. makasih mbak dev.. sehat selalu ya ^^ kapan main lagi ke bogor? Hehe
BalasHapusamin bang imam semoga yaa...
BalasHapusaku turut bahagia... :)
insya allah nisa kalau ada waktu and rejeki maen ke bogor, nanti silaturahmi yaa.
eh, dibikin buku aja kisah kalian ini. kan kalian pasangan yang sama-sama suka nulis. hehe. sapa tau bisa menginspirasi lebih banyak orang lagi.
BalasHapusseperti aku bilang, layaknya kisah ali dan fatimah saja. indahnya saling mencintai dalam diam dan doa... :)
insya Allah, sedang dipikirkan konflik dan alur terbaik nya, doakan ya bisa selesai tahun ini.
Hapus