Ayah, ijinkan aku menghafal AL-QURAN
Hari ini kak Nisa datang telat. Sambil berlari-lari kecil dengan
nafas agak tersengal, ia menyambut anak-anak yang belum sekolah disebuah
mushola. Kota hujan memang masih menyisakan ketertinggalannya di ujung
perbatasan. Dan disinilah kak Nisa, membaktikan dirinya mengajar anak2 kampung
yang tidak atau belum sekolah sambil mereguk nikmatnya kuliah.
“assalamualaikum
temen-temen” ucap kak Nisa antusias, lalu mengambil nafas cepat lagi untuk
mengatur pompaan darahnya yang belum bisa rileks.
“walalaikum
salam kak Nisa”, jawab anak-anak tidak kalah antusias,
“maaf ya
kakak telat datangnya, kakak harus membereskan urusan kakak di kampus sebentar,
gak pa2 kan ya, hehehe?” wajahnya tersungging senyuman manja, membuat siapa
yang melihat pasti ikut tersenyum jua,
“iya gak
papa kak,” jawab anak2 tenang.
“kak Nisa
mau tanya nih sma temen-temen, siapa yang mau masuk syurga?” tanya kak Nisa
menyapu pandangan
“aku , aku,
aku”, jawab anak-anak bersahutan,
“siapa yang ingin
disayang Allah dan RasulNya?” tanya kak Nisa lagi,
“aku, aku,
aku”, jawab anak2 makin antusias
“mau kakak
ceritakan gak agar kita masuk syurga, disayang Allah juga Rasulullah, hayo yang
mau angkat tangan nya?
“mau kak,
mau”, serentak mereka mengangkat tangan kanannya ke udara.
Dari bibis
tipisnya, Kak Nisa mulai bercerita mengenai keutamaan penghafal Al-Qur’an, ucapannya
terdengar ekspresif dan meyakinkan diselingi tawa renyahnya, berhasil menyihir
anak-anak yang seminggu sekali belajar agama dari kak Nisa tetap fokus menyerap
ilmu dibalik ceritanya. Dalam hal bercerita kak Nisa memanglah jagonya. Baginya
bercerita pada anak kecil seakan-akan ia bercerita pada ia waktu kecil. Bayangan
sosok kuat ibunya, selalu hadir disampingnya saat Ia bercerita. Memberinya
kekuatan bahwa anak membutuhkan kesenangan saat menyerap ilmu. Dan bercerita adalah salahsatu yang disenangi
anak-anak.
“jadi gitu temen-temen,
banyak banget keutamaan para penghafal Al-Quran, sekarang kak Nisa mau tanya lagi
sama temen-temen, yang hafal 1 surat pendek hayo angkat tangan,?” terlihat
semua tangan2 mungil terangkat saling tinggi-tinggian,
“yang hafal
2 surat pendek angkat tangan?” tangan-tangan mungil sebagian besar masih
bertahan diudara.
“yang hafal
5 surat pendek?” beberapa tangan mulai turun,
“yang hafal
10 surat pendek ada?” ada dua orang yang semangat angkat tangan,
“Anggun,
kamu hafal berapa surat,?”Tanya kak Nisa pada anak kecil berkerudung biru,
“12 surat
kak”, jawabnya bangga setelah berulang kali menghitung surat yang dihafalnya menggunakan
jari.
“wah, ayo
kasih tepuk tangan untuk Anggun”, riuh tepuk tangan membuat wajah Anggun
tersenyum semakin bangga,
“kalo Aceng,
hafal berapa surat? Tanya kak Nisa pada anak berpeci putih.
“Aceng baru
hafal 30 surat pendek kak”jawabnya mantap, matanya memancarkan antusiasme pada
ilmu,
Kak Nisa
tersenyum mendengarnya, minggu kemaren, Aceng baru hafal 27 surat pendek, sekarang
sudah nambah 3 surat lagi,
“Aceng,
nanti kakak ikut pulang ke rumah Aceng ya, kakak ingin silaturahmi sama
keluarga Aceng,”ucap kak Nisa penuh minat,
“iya kak,”
**
“tidak kah bapak ingin anak bapak hafal 30
juz,?, disayangi Allah dan RasulNya?, ditempatkan bersama di syurga yang paling
tinggi?, saya pikir, Aceng akan dengan mudah menghafal Alquran dengan
bersekolah di SD Islam Terpadu” ucap kak Nisa ngotot
“bukannya
saya tidak ingin, tapi Aceng lebih baik bersekolah ditempat umum, jaman
sekarang dek ya, orang yang pinter pelajaran umum yang paling dihargai, mereka
yang paham agama hanya dihormati ketika khutbah jum’at saja, ”ucap ayah Aceng
mulai terusik area pribadinya.
“di SDIT
juga diajarin pelajaran umum pak, jadi nantinya selain pinter agama, hafal
alqur’an juga tidak kalah dalam ilmu pengetahuan umum,” kak Nisa tetap berusaha
meyakinkan lelaki berpipi cekung dan berbrewok tidak terurus dihadapannya.
Bagaimana Aceng bisa kondusif belajar dengan keaadaan ayah dan rumahnya
berantakan seperti ini, pikirnya.
“masalah
agama saya bisa ngajarin Aceng ko,,,,gini-gini saya tau agama juga”
“ngajarin
gimana pak, saya dengar bapak sering ninggalin Aceng sendirian dirumah karena harus
kerja berhari-hari,”
“APA DEK?, TAU
DARI MANA KAMU TENTANG SAYA?, kamu gak berhak ya ngatur sekolah anak saya,
sudah cukup kan urusan kamu disini, SILAHKAN PULANG!” ucap pak Yusuf sembari
beranjak ke arah pintu,
“yasudah
pak, terserah bapak, Aceng mau sekolah dimana, yang penting masih bisa sekolah,
sebenarnya saya miris melihat pergaulan anak kecil jaman sekarang, mereka lebih
senang menghabiskan waktu dengan maen game dari pada membaca Alquran, bahkan
mereka sudah kenal dengan rokok dan sex, saya harap, dibawah bimbingan bapak, Aceng
tidak terpengaruh,”
“ya saya tau” ucap pa Yusuf tanpa menoleh ke kak nisa.
Kak Nisa
meninggalkan rumah petak itu dengan rahang mengeras, ia tidak habis pikir ada
orang tua yang tidak mau anaknya jadi Hafidz,
“KAK NISAA” Aceng
berlari-lari memanggil kak Nisa yang sudah hampir naik angkot,
“kak Nisa,
maafkan ayah Aceng ya, ..”mengambil nafas sejenak lalu berkata lagi” Aceng tau
kok kenapa ayah gak mau Aceng diasramakan di SDIT, karena ayah gak mau tinggal
sendirian, Aceng janji, dimanapun Aceng sekolah, Aceng akan giat menghafal Alquran,
doakan Aceng ya kak?” ujar Aceng sambil bernafas cepat.
Kak Nisa
gagal menahan rembesan air mata walaupun senyuman indah sudah tersungging dibibirnya,”
Aceng begitu pengertian, beda sekali sama ayahnya” pikirnya,
“ya sudah,
kak Nisa tunggu setoran hafalan 30 juz dari Aceng ya,”, setelah cium tangan,
kak Nisa pamit dan melaju bersama deru angkot yang berjalan.
**
-6 tahun pun
berlalu-
Kak Nisa
kini sudah menjadi ibu dari anak pertamanya, tapi tetap kita panggil kak Nisa
saja ya, masih terlihat muda soalnya, Kesibukannya sekarang adalah ibu rumah
tangga sekaligus kepala sekolah disebuah Taman kanak-kanak dekat rumah.
Semenjak lulus dari kampus, kak Nisa pulang kampung ke rumahnya di Lampung, Ia pun
tidak sempat lagi mengajar di kampung bu Neneng, kampung yang mengajarkan kak Nisa
bagaimana indahnya berbagi ilmu. Pikirannya melayang pada seorang bocah
penghafal Alquran bernama Aceng. Seperti apakah dia sekarang, sudah hafal
berapa surat kah, eh mungkin ukurannya sudah juz sekarang mah. Ia percaya Aceng
pasti tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar, meski pikiran negatif juga
sempat terlintas.
“bi, ke Bogor
yuk, nostalgia di kampus Umi dulu” tanya kak Nisa sambil menggandeng tangan
kekar lelaki disampingnya, memang kalo kak Nisa lagi ada mau sama abinya, pasti
sambil menggandeng erat tangan abinya trus menatap manja dah, manis sekali,
membuat abinya tak pernah sekalipun menolak.
“ya sudah,
tapi minggu depan ya,abi masih ada proyek yang harus diselesaikan” ucap abinya
lembut, balas memegang erat jemari kak Nisa.
Sebenarnya
kak Nisa ke Bogor, karena Ia ditelpon bu Neneng, seorang pengajar dari Rumpin tempat
kak Nisa dulu mengajar. Ayah Aceng ingin bertemu dengannya, entahlah apa
alasannya, kata bu Neneng, kondisi pa Yusuf sedang sekarat. “Nanti cerita sama
abi dipesawat aja” pikirnya,
Rumah petak
milik pa Yusuf masih sama, tapi tidak seberantakan dulu, hijauan sudah berhias
bersama pagar-pagar yang memutih. bu Neneng mendampingi kak Nisa dan abinya
memasuki ruang tamu yang disulap menjadi kamar tidur. Terbaring lemah seorang
laki-laki berpipi cekung, lebih cekung dari dulu malah. Disampingnya mengalun
indah ayat-ayat alquran yang dilafalkan seorang anak berpeci putih. “Subhanalloh,
itukah Aceng?”ucap kak Nisa dalam hati. Anak yang mulai terlihat remaja itu
sontak berbalik dan mencium tangan kak Nisa. Matanya masih memancarkan
antusiasme pengejar ilmu.
“ayah, ada
kak Nisa disini”bisik Aceng lirih pada ayahnya.
Pa Yusuf
membuka matanya perlahan dan mengisyaratkan kak Nisa untuk mendekatinya.
“maafkan ….
bapak ya dek,” ucap pa Yusuf terbata
“tidak apa
pak, bapak segera sembuh ya, Aceng masih membutuhkan bapak” jawab kak Nisa
menyejukkan,
“dek Nisa,
bapak.. ingin,, tau,, apa benar jika Aceng jadi hafiz,,, bapak ,,, bisa bertemu
ibu ,,di syurga” susah payah pa Yusuf berucap
“iya pak,
seorang anak yang hafiz, dapat memberi syafaat pada 10 orang keluarganya,
apalagi Allah akan memberikan pakaian terindah di Syurga khusus untuk orang tua
si anak.”
“Aceng,,,”pa
Yusuf menoleh pada Aceng,
“iya
yah”jawab Aceng menghentikan kesibukan melafal Alqur’an nya
“sudah ,, berapa
,,juz kamu hafal ,,Al-quran?”
“sudah 30
juz ayah,”jawab Aceng polos
“Subhanalloh,
dalam 6 tahun, ia sudah hafal 30 juz,?,”ucap kak Nisa dalam hati,
“dek Nisa,,,
boleh ,,,bapak ,,,minta tolong?”nafasnya mulai terdengar berat,
“iya boleh
pak,”
“tolong
hadiri ,,,wisuda hafidz Aceng di SDIT ya, bapak sepertinya sudah melihat ibu
menjemput”nafasnya semakin berat. Aceng mulai menangis, namun masih melafalkan Alquran,
suaranya begitu syahdu, membuat semua yang hadir menitikkan air mata.
Belum kak Nisa
mengiyakan amanat pa Yusuf, kata “Allah” terdengar pelan namun jelas dari mulut
pa Yusuf. Suara nafasnya sudah tidak terdengar.
“pa Yusuf,.”panggil
kak Nisa.
Aceng tak
kuasa lagi melanjutkan lafalan Alquran nya, erat Ia memeluk ayahnya yang sudah
menyusul ibunya. Tuhan, kini ia sudah yatim piatu, tegar kan ia Ya Allah
menghadapi ini semua. Kak Nisa berguncang menyaksikan cepatnya sakaratul maut,
bahu abinya langsung sigap menjadi tempat
bersandar kak Nisa, dengan cara itu kak Nisa berbagi perasaan pada
abinya.
“Inna lillahi
wainna Ilaihi Rajiun,” ucap hadirin serentak,
**
“ACENG
MI’RAZ AL FARUQ,” namanya membahana dipanggil sang MC.
“HAFIDZ
ALQUR’AN 30 JUZ, silahkan maju kedepan”MC menengok para hadirin mencari sosok
bernama Aceng.
“ayo Aceng,
nama mu dipanggil tuh”, ujar kak Nisa. Aceng lalu mantap melangkah ke atas
podium.
“Diumur yang
belia, ia sudah hafal alquran 114 surat. Sungguh beruntung Orang tua Aceng
ya”ucap beberapa hadirin.
“Ya Allah,
sayangilah orang tua Aceng di Alam kubur sana, semoga apa yang Aceng hafalkan
bisa menjadi sumber cahaya bagi mereka, dan sayangilah kak Nisa ya Allah, dari
nya Aceng menyerap ilmu hingga Aceng bersemangat belajar Alquran, juga
sayangilah Guru-guru, sahabat dan orang-orang yang membantu Aceng, tanpa mereka
Aceng bukan lah siapa-siapa,”ucap Aceng membuat hadirin yang mendengar tertegun
mengAminkan..
bukankah do’a
penghafal Al-Qur’an itu terkabul Ya Allah, tak inginkah kita disebut dalam do’a
mereka. Yuk mengajak orang lain menghafal Al-Quran, tentunya kita sendiripun
juga menghafal ya,
"Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, "Barangsiapa
membaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam
syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana
mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka."
"Dari Abdullah Bin Mas ud ra. Dari nabi S.a.w. baginda bersabda:
"bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al-Quran. Sesungguhanya
Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkannya Ia akan aman. Dan
barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira."
"Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwasanya ia mendengar
Rasulullah S.a.w bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui
penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud
seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda
mengenalku?". Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal
kamu." Al Quran berkata; "saya adalah kawanmu, Al Quran yang
membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada
malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di
belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal
Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan
ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang
kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat
di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu
bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di
jawab, "kerana anakmu hafal Al Quran." Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "bacalah
dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun
terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).
oya, aku ceritakan kenapa pa Yusuf jadi mensekolahkan anaknya di SDIT,
suatu malam, saat ia pulang kerja dini hari, ia mendengar alunan syahdu Ayat
Alquran dari hafalan Aceng saat ia solat malam, (sekecil itu sudah solat malam,
keren banget kak Nisa nih), ia terketuk hatinya disitu, trus sebelum2 nya juga
ia melihat sendiri anak2 kecil yang meghabiskan waktu maen di Warnet2, lupa
sholat, gak bisa baca Quran, dll. So, akhirnya dia putusin dah, Walau berat,
aceng harus sekolah dan berasrama di SDIT, gtu kawan
bu Neneng, ada nama kita di ceritanya kak Imam lho ... *minta.royalti*
BalasHapushehehe, dikasih dukuh nanti sama bu neneng,,,
BalasHapusini tulisan asli mu bro? kalau memang benar, bangga aku, :-)
BalasHapus