Perkenalan pertama kita bermula
saat aku kesiangan masuk sekolah dulu. Sebenarnya kita satu kelas, mungkin
sudah 2 bulan, tapi tak pernah benar2 kenal satu sama lain karena terlalu
jarang berinteraksi. Yang aku tau dari dia adalah, dia suka bawa buku cerita kemana2
ntah komik atau novel.
Berdasarkan peraturan, telat
meski 5 menit tidak bisa langsung masuk ke dalam sekolah. Entah itu hari senin
atau hari2 selanjutnya. Pasti!, kita pasti dapat yang namanya hukuman lari
pagi. Aku telat sebenarnya karena masalah teknis diluar kemampuan. Adalah supir
angkot sedang mogok beroperasi karena demo BBM, jadi pagi2 rada susah dapat
mobil.
Saat di angkot menuju sekolah,
kita seangkot bareng. Kamu saat itu asik dengan buku dan sama sekali tidak
merasa was2 datang telat. Padahal kan hukuman lari pagi, telat masuk kelas, di
tertawakan teman2 sudah di depan mata.
"kamu, sekelas dengan aku kan?," tanyaku membuka
percakapan, bosan tidak ada kerjaan. Yang ditanya lantas mengangkat wajah dan
memandangiku.
"oh ya?, maaf, aku tidak banyak kenal dan dikenal
dikelas, namamu siapa?" ia menelungkupkan buku di pangkuannya lalu
menyodorkan tangan. Ini bocah, 2 bulan ini kemana aja sampai kagak tahu wajah
tertampan di kelas, esmosi gw esmosi, Yowislah, dasar autis. Aku sambut
tangannya, sambil mengucap nama. Setelah dia juga mengucap nama, dia langsung
kembali tenggelam dalam buku alchemis nya, judul yang aneh.
Saat kami tiba, aku langsung
turun dari angkot dan berlari2 kecil menaiki tanjakan menuju sekolah kami. Hei,
dia malah santai berjalan kaki sambil senyum2 sendiri melihat tingkah ku yang
hah heh hoh kecapean, "nanti aja larinya pas di belokan sana",
setengah berteriak dia menunjuk ujung tanjakan yang berbelok ke arah kiri, ke
arah gerbang sekolah.
Pak Ade –satpam sekolah kami,
langsung menghadang di gerbang sekolah, menceramahi kami sebentar, ngisi absen
kesiangan dan siap di hukum lari pagi. Trek nya sih tidak terlalu berat, hanya
memutari perumahan diatas sekolah, lalu masuk ke jalan raya, lari lagi hingga
ke tempat angkot berhenti, dan kembali menaiki tanjakan tadi. Biasanya pak Ade,
akan menunggui kami lewat di dekat perumahan, biar tidak curang katanya.
“hey, Lutfi, laper euy, ke warteg dulu yukk,” ucapnya kalem
saat kami sudah melewati pak Ade.
“hah, jangan! nanti tambah telat kita” ucapku terus berlari,
dia kemudian ikut berlari lagi menyejajari.
"udah ikut aja, kita sekelas harus kompak, laper banget
ni," tiba2 dia memegang tanganku lalu menarik masuk ke dalam sebuah warteg,
sudah seperti kawan dekat saja. Baru kali ini terlambat, di hukum lari pagi,
dan malah makan dulu di warteg bareng perempuan terautis di kelas.
Dalam warteg kami banyak
mengobrol, eh, sebenarnya aku lebih banyak mendengarkan dia bercerita si, tentang
bukunya terutama. Hey, bukannya merasa was-was, aku malah merasa nyaman bareng
dia, entahlah. Pak Ade sama sekali tidak curiga tadi kami lari cukup lama. Saat
hendak masuk ke dalam kelas, di teriakin “wuuuu” oleh seisi kelas, disuru
keluar lagi oleh guru matematika killer
karena telat hampir 1 jam, dan aku ko merasa baik-baik saja, aneh.
Besoknya, tidak ada demo BBM lagi,
tapi aku sengaja datang telat. Kalian bisa menebak lah apa alasannya, yupp,
Tuhan mendengar doa hambanya, hehehe. Dia dateng telat lagi, seangkot lagi, di
pelototin pak Ade lagi, lari pagi lagi, dan makan di warteg itu lagi.
"eh, besok kita gak boleh telat fi, aturannya yang
telat 3 kali berturut2 gak boleh masuk sekolah, alias dianggap bolos nanti kita"
"oya?, aku pura2 peduli, sebenernya kalo kita gak masuk
sekolah kan lebih asik, punya banyak waktu buat bersama. Hush, sekolah oy
sekolah, ingat orang tua noh yang nyekolahin, iye iye!
"oke deh, lusa lah kita telat lagi yak", dia
mengangguk setuju, lalu cepat2 berlari ke gerbang sekolah,
Rupanya, malah kamu yang datang telat hari ini, aku jadi
terus memelototin bangku mu di kelas yang seharian kosong, payaah. Tapi Besoknya
kita berdua tidak telat. Sambil cengengesan kamu menghampiri ku di depan pintu
kelas.
"maaf fi, khilaf, hehehe" ucapnya lembut, lalu
mengajak aku yang masih cemberut duduk di bangkunya, seakan kita sudah ada
hubungan spesial.
"marah nih," tanyanya polos
"engga! siapa yang marah", aku pura2 melengoskan
wajah
"kamu mau masuk ke dunia aku gak?" tanya nya
pelan, seperti takut di dengar seisi kelas.
"eh dunia mu?, dunia buku maksudnya?"jawabku mulai
lupa dengan adegan pura-pura ngambek2 tadi
"sipp, entar abis pulang, aku ajak kamu ke tempat
paling keren di Garut, mau ikut?" ajaknya penasaran. Ke tempat menyeramkan
sekalipun pun kalo bareng dia mah pasti ikut lah.
PERPUSTAKAAN UMUM GARUT, begitu kata plang yang aku baca
saat berhenti di depan rumah bercat kuning, penuh lalu lalang orang dan rata-rata
mereka membawa tas lumayan besar, isinya pasti buku semua. Kami berdua masuk ke
dalam perpustakaan, menyimpan tas di loker depan penjaga, lalu melanggang tertelan
ruangan paling dalam.
"Buku2 keren ada di ruang referensi, yuk", aku
mengekor dia, berjalan melewati lemari penuh buku yang tersusun rapi berdasar
kategori tertentu, melewati ruang baca berbagai koran dan majalah, lalu masuk
lah kedalam ruangan cukup luas dengan meja kaca bulat memenuhi ruangan. Orang2 dari
mulai pelajar hingga orang tua duduk rapi mengelilingi meja besar itu. Sementara
lemari beretalase berdiri merapat ke masing2 dinding menyembulkan buku-buku
berbagai bidang. Sesuai dengan nama ruangannya, semua buku di ruang referensi
ini tidak boleh di pinjam untuk dibawa pulang, bahkan dibaca diruangan lain pun
tidak boleh.
"sini! buku2 keren ada disini" ucapnya penuh
semangat, seperti telah menemukan harta karun saja. Aku yang memang tidak hobi
baca buku, menghampirinya. Matanya tetap tertuju pada buku-buku berkategorikan
novel yang sedang ia pilah.
"nih, kamu baca ini aja, pasti membuat minat baca kamu
naik" dia menyerahkan buku bercover hitam dengan judul yang sangat pendek,
5 CM. Sedangkan dia membawa buku berjudul Harry potter. Kami lalu duduk
berhadap-hadapan, karena tempat duduk yang kosong cuma 2 bangku itu.
"Bodoh, malah liatin aku lagi, baca buku nya!"
bisiknya membuat beberapa pelajar perempuan yang mendengar cekikikan menatapku,
aku yang malu langsung menenggelamkan pandangan pada buku novel pertama yang
pernah aku pegang.
Tidak terasa, kalo saja tidak ia tepuk pundakku karena hari
sudah sore, aku akan terus terhisap kedalam alur cerita buku ini.
"gimana?, keren kan bukunya?, aku udah baca 5 kali
malah", dari tadi dia ternyata sudah duduk disamping ku.
"iya keren banget, tapi belum kelar bacanya, jadi
penasaran", dia malah tertawa kecil, atau malah terlihat tertawa jail
"kamu bawa LKS gak?"
"bawa"
"cepet ambil sana, bukunya taro dulu di meja"
Aku mengeluyur mengambil LKS dari loker penyimpanan tas dan langsung
menyerahkan padanya, masih tidak mengerti. Dia lalu pergi kearah salah satu
lemari sambil membawa LKS dan buku. Owalah, jadi dia menyembunyikan buku dalam
LKS agar lolos dari tatapan penjaga perpustakaan.
"Tenang, trik ini selalu berhasil ko" ucapnya
santai sambil mendekap LKS di dadanya, tidak peduli aku yang mulai berkeringat
dingin takut ketahuan. Kami kemudian berjalan menuju loker melewati penjaga
perpustakaan yang sedang sibuk dengan administrasi peminjaman. Tanpa suara, sigap
dan cepat, dia memasukan LKS kedalam tasnya.
"makasih bu ya,"sapa nya mantap pada penjaga sebelum
melangkah keluar pintu perpustakaan. Aku hanya bisa geleng2 kepala begitu dia
menyerahkan novel 5 CM padaku, nekad sekali kau.
"besok, kita harus datang lagi dan ngembaliin buku ini.
Kita bukan pencuri, hanya meminjam, okeh," santai sekali dia bilang
“meminjam”, baiklah, yang penting besok bukunya harus dikembalikan. We are not a thief. Kami pun berpisah,
menaiki angkot yang berbeda.
Semenjak hari itu, ada dua kerjaan rutin yang sering kami
lakukan bersama. Pertama telat masuk kelas tapi dengan trik tidak boleh telat 3
hari berturut-turut. Meski tidak telat pun, kami sering sarapan di warteg
sebelum masuk kelas, ya akhirnya telat juga si. Kedua, menggunakan trik 'meminjam
buku' di ruang referensi perpustakaan. Buku harry potter yang tebel2 itu pun
anehnya berhasil ia bawa keluar tanpa ketahuan. Semakin dekatlah kita, hingga tak
terasa sudah naik kelas saja. Yeahh, paling senior sekarang.
Di hari pertama sekolah, aku senang sekali saat melihat ada nama
mu di absen kelas. Yes, kita sekelas lagi. Tapi kamu tidak datang di hari
pertama itu, juga hari kedua, hari ketiga, bahkan hari-hari selanjutnya. Jelas aku
sangat khawatir. Maka berbekal alamat rumah yang aku dapat dari ruang TU,
selepas pulang sekolah aku berangkat menuju rumahmu, berharap ada penjelasan kenapa
kamu tidak masuk sekolah dua bulan ini. Setelah bertanya sana-sini, ketemu juga
akhirnya rumahmu, tidak terlalu besar tapi asri.
"ASSLAMUALAIKUM" teriakku memasuki pagar rumah
bercat hijau dengan pekarangan bunga.
"waalaikum salam." keluar lah seorang ibu tua
berbaju batik dan berkerudung coklat, "nyari siapa de?"
"Hana nya ada?"jawabku sambil menyalami ibu itu.
"ngapain nyari Hana, mau ngetawain dia lagi?, pergi
sana,"mimik mukanya tiba2 mengeras, sekeras suaranya.
"maksud ibu?, saya tidak mengerti, saya Lutfi temen
sekolahnya Hana," aku tidak mau kalah hanya karena dibentak gitu.
"jadi kamu Lutfi, yang sering diceritakan Hana, ayo
masuk sini nak, "ibu berbatik itu tiba2 melunak, membuatku semakin
bingung.
"bu, suruh Lutfi pulang, jangan sampe dia masuk"
teriak Hana dari dalam kamar, mungkin dia belum tahu kalau aku sudah masuk.
"Hana, kamu kenapa?" ucapku pelan, aku yakin dia
mendengarnya meski pintunya tertutup rapat.
"kumohon pergilah Lutfi, kamu gak boleh lihat aku seperti
ini" suaranya mulai terisak, ibunya lalu masuk kedalam kamar, memaksanya
menemuiku dan memapahnya keluar.
Wajahnya kuyu, rambutnya
acak-acakan, matanya sembab dengan kantung mata membesar, membuatnya terlihat
seperti wanita berumur 30an. Ia duduk diatas kursi kulit tepat dihadapanku, Dengan
baju putih nya yang kebesaran, perutnya menyembul membuatku mengerutkan kening,
mengucek mata berulangkali dan berharap ini hanya ilusi semata. Tapi bukan, ini
bukan ilusi, ini kisah nyata, kisah seorang anak SMA di perkosa preman
terminal. Mereka tidak bisa menuntut, hanya bisa pasrah, dan besok keluarga ini
akan menghilang bersama deru angin musim hujan Garut. Pergi ke rumah kakeknya
di Blitar. Aku?, apa yang bisa aku lakukan?, aku hanya menatapnya sendu, tidak banyak
kata, hanya ingin memeluknya, menenangkan pikirannya.
"aku akan bertanggung jawab", ucapku lirih, dengan
intonasi yang dikuat-kuatkan dan tanpa pikir panjang, khas anak muda.
"jangan Fi, jangan,! masa depan mu masih panjang, aku
tidak mau dikasihani, kejar semua mimpi-mimpi kita,"tangisnya membuncah,
aku tidak bisa berpkir jernih, aku ingin menghentikan tangisan itu, dengan cara
apapun!
"aku tidak mengasihanimu, aku mencintai mu, sangat
mencintaimu", pipi ku mulai terasa hangat oleh rembesan air mata.
"aku juga mencintaimu Lutfi, sangat mencintaimu. Tapi aku
tidak bisa, kumohon Lutfi, pergiii, jangan buat semuanya menjadi sulit" Ia
mendorong badanku, lalu pergi ke dalam kamar, masih terdengar isak tangis.
"Pergilah nak, ibu sangat menghargai ketulusan cinta
kalian, tapi kamu masih SMA, belum bisa apa2" ucapan ibunya meluruhkan
kekuatanku. Aku memang anak SMA, apakah aku memang tidak bisa apa2?, ya Alloh,
kenapa seperti ini. Ibunya kemudian mengantarkan ku keluar rumah, aku melihat
jelas dari balik gorden, Hana terus memandangiku. Saat aku balik menatapanya,
dia sudah lenyap. Aku pulang dengan hati patah.
Kamu tahu Hana, besok nya aku
kembali ke rumah mu, berharap masih bisa berjumpa dengan mu. Tapi kamu sudah
tiada, sudah pergi. Hampa. Sering aku mencoba telat masuk kelas lagi, berharap kamu
mengajak ku lagi sarapan di warteg itu. Aku juga sering berlama-lama duduk
membaca buku di ruang referensi, berharap tiba-tiba kamu berada di sampingku
dan menepuk pundakku lagi. Tapi semua tidak pernah terjadi lagi, tidak pernah.
Hana, kalau kamu baca tulisan
ini, aku ingin meminta maaf, tidak bisa berbuat banyak waktu itu. Sungguh,
sampai sekarang aku masih menyayangimu. Aku juga ingin berterima kasih karena
kamu telah mengenalkan buku padaku. Aku larungkan semua kerinduan padamu di
novel yang sedang aku buat. Akan ku capai mimpi kita, membuat buku sendiri, dan
menyumbangkan banyak buku ke kampung2.
Semoga kamu baik-baik saja Hana.
Mess putra, Jambi 11 September 2013
ini cerita nyata ya mas? saya terharu... salam kenal, saya senang jalan2 ke sini, tulisannya bagus ^^
BalasHapusah, saya emang gak teliti,labelnya kan "cerpen" yah, haha.. namanya luthfi juga sih..
BalasHapussip, monggo dibaca2 tulisan nya, hehe, ya beberapa persen ada lah yang diambil dari pengalaman pribadi. kaya telat masuk sekolah na itu, hahaa,
BalasHapussalam kenal juga ayu,