Janji
untuk ayah dan ibu
Hari ini hari
yang berbahagia untuk Heru, perjuangan nya di SMA selama tiga tahun ini, doa
disepertiga malamnya tiga tahun ini, serta tekad kuat nya mengejar mimpi tiga
tahun ini, akhirnya bisa terjawab dengan lulusnya ia masuk ke salah satu
universitas terkemuka di Bogor, Institut Pertanian Bogor. Jurusan nya kehutanan,
karena memang ia senang sekali berinteraksi dengan alam. Baginya alam adalah
tempat yang paling seimbang di muka bumi, hanya saja manusia banyak merubah
keseimbangan itu. Berbeda dengan perkotaan yang penuh dengan ketidak
seimbangan. Polusi yang dikeluarkan, tidak seimbang dengan penyerapan karbondioksida
oleh pepohonan yang ada. Jumlah manusia tidak seimbang dengan daya tampung kota
itu sendiri. Ah nanti saya akan kerja di hutan saja lah,pikirnya sebelum
memasuki gedung pendaftaran ulang di kampus hijau itu.
Hari ini hari
yang berbahagia juga untuk ayah Heru, seorang pedagang bakso dapat
menyekolahkan anaknya hingga kuliah, adalah sebuah prestasi terbesar baginya. Ia
bangga dengan anak nya, ia bangga dengan jurusan nya, ia bangga dengan
kampusnya. Bagaimana tidak, ia pernah mendengat obrolan pelanggan saat makan
bakso di warungnya, “presiden kita itu, pa esbeye, kuliahnya di IPB, wah, saya
ingin anak saya kuliah disana, biar jadi presiden juga, hahahaha”. Semenjak itu,
keinginan pelanggan baksonya pun menjadi keinginan ia juga. Ah, mulai sekarang,
aku akan bekerja keras untuk menyekolahkan si Heru di IPB. Pikirnya dalam hati.
Hari ini hari
yang berbahagia juga untuk ibu Heru, kelelahannya mencari pinjaman sana-sini
untuk mencukupi uang pendaftaran Heru masuk kuliah, seperti tidak pernah terasa.
Ah, aku juga akan bekerja keras untuk membayar hutang-hutang itu, ucapnya mantap
saat menemani Heru melakukan pendaftaran ulang. Ia bangga sekali dengan
anaknya, Heru, anak semata wayangnya bisa meneruskan mimpinya dahulu, mimpi
untuk masuk kuliah yang terganjal karena biaya dan keinginan orang tua. Doa dan
tangis Heru di setiap sepertiga malam yang sering ia dengar, membuatnya selalu
semangat mencari jalan untuk kuliah anaknya.
**
Di kampus hijau
itu, Heru masuk Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun, pada tingkat ini,
ia dan teman-temannya wajib tinggal di asrama kampus dengan satu kamar berisi
empat orang. Teman-teman sekamar Heru termasuk golongan orang berada. Yang satu,
ayahnya seorang pemilik kebun sawit di Medan sana, yang satu, ayahnya pemilik
peternakan sapi di Bandung sana, dan yang satu lagi ayahnya seorang kepala
cabang sebuah bank di Banten sana. Cuma Heru
yang ayahnya seorang tukang bakso.
Satu bulan pertama
uang kiriman Heru masih berlebih, sehingga ketika ia terbawa pola makan
teman-teman sekamarnya ia masih bisa bertahan. Dua bulan kemudian, uang kiriman
Heru mulai terasa kurang karena pola konsumsi Heru mulai meningkat. Tiga bulan
kemudian, uang kiriman Heru malah sudah habis dipertengahan bulan. Akhirnya ia
berencana untuk pulang dan meminta bekal lagi.
Kepulangan Heru
memang sengaja tidak memberi kabar terlebih daluhu, karena ia berencana pulang
malam akibat kesibukan kuliah dan tugas yang mulai menggunung, “takut nungguin
nanti,” pikirnya. Setelah sampe rumah, dilihatnya ruang tamu lenggang, hanya
ada kursi dan meja kayu tertata rapi dengan vas bunga ditengahnya. Dilihat kamar
orangtuanya, lampunya belum dinyalakan, pasti ayah ibu Heru sedang keluar. Warung
bakso depan rumah pun tadi sudah dirapikan, memang jam 9 biasanya warung sudah
tutup. Heru kemudian pergi ke dapur dan mengambil segelas air minum, lalu berjalan
menuju kamarnya di depan ruang tamu. Lampu kamar sengaja tidak ia nyalakan agar
mudah memejamkan mata. Bukan karena omongan peneliti yang mengatakan jika tidur
dalam kondisi gelap lebih sehat dari pada tidur dalam kondisi lampu menyala, tapi
karena memang dari kecil ia dididik untuk tidak menyalakan lampu saat tidur. Alasan
lebih tepat untuk hemat bayar listrik sepertinya.
Pintu rumah terdengar
dibuka secara perlahan. Suara-suara kecil saling bersahutan setelah pintu terdengar
ditutup. Mungkin itu ayah dan ibu pikirnya, ya, suara nya sudah jelas
terdengar. Orang tua Heru sedang duduk diruang tamu dan tidak sadar kalau malam
itu Heru sudah pulang.
Heru
seperti tersambar gledek mendengar obrolan ayah ibunya. Nafas nya tidak teratur setidak teraturnya
emosinya saat ini.
“Bodoh,, bodoh,,
bodohh” hatinya tidak terima dengan semua yang telah dilakukan Heru selama di
kampus. Antara marah, menyesal dan sedih bercampur aduk dalam tatapan kosong Heru.
Langit-langit kamar pun seakan jatuh tiba-tiba menghimpit dan menambah beban yang
akan ia tanggung setelah ini. Bagaimana tidak, selama tiga bulan, ia
berhura-hura makan dan jajan sepuasnya, sementara disini, dirumahnya, ayah ibu
nya berjuang, membanting tulang, meminjam sana-sini untuk membiayai kuliahnya.
“anak durhaka
kamu ru,,, dengar, ayahmu yang tak pernah kamu dengar menangis, dengar Heru,,
sekarang ia menangis memikirkan uang kuliah mu bulan depan akan didapat dari
mana,” ia dalam hatinya menyalahkan,,
“bulan depan
dari jualan bakso lah” ia yang lainnya membela Heru.
“dari bakso
katamu??,, kamu tuli ya, gak dengar ibu mu bilang ia akan menjual gerobaknya
untuk melunasi pinjaman saat membayar uang pendaftaran mu dulu,, atau memang
kamu sudah tidak punya hati lagi Heru? Tidak peka dengan sedikit gurat sedih
yang dulu sempat sesaat terlihat saat mereka meninggalkanmu di asrama?, ah
iya,, rupanya teman-teman mu sudah menyilaukan matamu, pantas kamu mulai kendor
solat malamnya akhir-akhir ini”
Tak kuasa lagi Heru
menahan rembesan air mata kepipinya. Meski tanpa suara, tangisan ini yang
sering ia tunjukan pada tuhannya saat berdoa dulu di SMA menjadi saksi bersama
gelapnya kamar Heru.
“kamu harus
berjanji Heru, janji untuk berhemat, janji untuk selalu bilang cukup berapapun
uang yang dikirim orang tua mu, janji untuk selalu berprestasi dan mendapat beasiswa,
janji untuk mencari pekerjaan sampingan dan janji untuk tidak selalu menjadi
beban buat orang lain” hatinya mulai berdamai.
“ingat Heru,
perjuangan mu di kuliah, akan allah balas tidak hanya untuk mu, tapi untuk ayah
ibu mu juga. Jadi jangan menyerah dan Allah pasti memberikan jalan” ujar
hatinya menenangkan.
Heru memutuskan
akan pulang malam ini juga, ia malu jika sampai bertemu dengan ayah ibu nya. Tidak
peduli cape, tidak peduli jika tidak ada kereta atau angkutan ,malam ini juga
harus pulang ke asrama.
Setelah orang
tua Heru tidur, jam 12 malam, ia mengendap-ngendap keluar rumah. Jika saja ada
orang lain melihat ia keluar rumah seperti itu, pasti akan diteriaki maling. Namun,
Ia tidak peduli dan tidak terpikirkan hal itu.
Esok harinya,,di
asrama,, Heru mengirim sebuah pesan singkat pada ayahnya..
“Asslam, Ayah,,ibu,,
bulan depan ayah ibu tidak usah memikirikan uang bekal Heru lagi ya, ada beasiswa
yang insya Alloh Heru pasti dapatkan, dan sekarang Heru juga mau daftar jadi
guru les privat, mohon doa nya ya ayah ibu, semoga Heru selalu diberikan yang
terbaik,, jaga kesehatan ya ayah ibu, Heru sayang ayah ibu karena Alloh,,
wasslam”
Send…
Heru tau belum
tentu ada beasiswa yang bisa ia dapatkan, mencari informasinya saja belum, Heru
juga tau, belum tentu ada lowongan jadi guru les privat, hanya keyakinan pada
Tuhannya, kemauan yang kuat dari dirinya serta doa setiap ba’da solat dari orang
tuanya yang meyakinkan Heru bahwa selalu ada jalan untuk orang yang berusaha. PASTI
BISA,,, ucapnya mantap, Bismillah
wah ada blogger baru nih,,kenalan atuh..
BalasHapusnih tukang jalan kok postingannya bikin cerpen,hehe..:p
mampir ke EPICENTRUM
folloback juga ya mam...RP
,,.,KISAH NYATA ,,,,,,,
HapusAslamu alaikum wr wb..Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Bismillahirrahamaninrahim,,senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman2 melalui room ini, sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki, namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang, hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yng saya punya, akhirnya saya menaggung utang ke pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 800 juta , saya stress dan hamper bunuh diri anak saya 2 orng masih sekolah di smp dan sma, istri saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anakanaknya ditengah tagihan utang yg menumpuk, demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue, ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman dan bercerita kepadanya, Alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya, dulu katanya dia juga seperti saya stelah bergabung dengan KI JAMBRONG hidupnya kembali sukses, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu minggu saya berpikir dan melihat langsung hasilnya, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI JAMBRONG di No 0853-1712-1219. Semua petunjuk AKI saya ikuti dan hanya 3 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah Demi AllAH dan anak saya, akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya, semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha, kini saya kembali sukses terimaksih KI JAMBRONG saya tidak akan melupakan jasa AKI. JIKA TEMAN TEMAN BERMINAT, YAKIN DAN PERCAYA INSYA ALLAH, SAYA SUDAH BUKTIKAN DEMI ALLAH SILAHKAN HUB KI JAMBRONG DI 0853-1712-1219. (TANPA TUMBAL/AMAN).
oke kawan, masih pemula nih,, ajarin ajarin,,ntar dibanyakin postingan nya,
BalasHapusHALO JUGA
BalasHapusApakah Anda memiliki kartu kredit yang rendah dan Anda menemukan kesulitan untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank / lembaga keuangan lokal lainnya? Kami menawarkan pinjaman jangka panjang dan pendek sangat dengan harga murah dan moderat tingkat 2%, kami bersertifikat, terdaftar dan perusahaan kredit yang sah. Anda dapat memperoleh pinjaman mulai dari $ 5.000 hingga $ 100.000.000,00 Serikat menyatakan dolar. Durasi pembayaran pinjaman kami adalah antara 1-20 tahun. Jika Anda tertarik silakan hubungi kami melalui: tamaragustavsonloanfirm@gmail.com