Cerita ini juga gw buat awal tahun 2012, seperti cerpen gw
lainnya, Cuma imajinasi semata, dan masih kacau tulisannya, tapi gw seneng
bacanya, seperti yang gw bilang sebelumnya, melihat tulisan nya bertumbuh dari
tahun ke tahun.
Ijinkan kupanggil
adik ya naftalie?
Ada yang berbeda dengan sore ini, bukan karena langit
memancarkan pesona keemasan menyisakan segaris cahaya matahari. bukan pula
karena jalan laladon-kampus yang biasa dijejali angkutan umum tepat di
sekeliling pabrik tekstil ato lebih dikenal pabrik susu sore ini aman lancar
dan damai. Tapi karena sore ini ia akan berkunjung kerumah seseorang, yang akan
ia anggap sebagai adik. Bukan adik kandung sih. Hanya seseorang yang mengerti
akan dirinya, dekat dengan dengannya, dan selalu menghiasi hati dan
hari-harinya.. Pacarr??? Owh bukan. Meski kadang bingung juga ketika
orang-orang menganggap mereka pacaran. Bingung apakah ia sedang membohongi
hatinya, atau memang yang ia butuhkan hanya kedekatan dengan seorang adik
perempuan. Maklum, ia dilahirkan dari orang tua yang menurunkan gen laki-laki
semua. Sudah dua tahun, dan ia senang datang kembali ke Bogor,
Ia Teringat saat pertama kali bertemu saat masa ospek dulu, dengan
malu-malu seorang perempuan berkerudung hitam bersama teman seangkatanya
mendekati ia yang sedang duduk dan mengobrol asik. Mau tak mau, ia mengalihkan
pandangkan ke arah kerumunan perempuan tadi yang sudah berada didepannya. Ia
tahu, mereka akan meminta tanda tangan dari senior sebagai salahsatu tugas
ospek saat itu. Dari semua perempuan yang meminta tanda tangan darinya, hanya
satu yang benar2 ia ingat nama dan wajahnya. Naftalie cristi arifin. Bukan
karena wajahnya yang seperti daun sirih, putih mulus, mata agak sipit, hidung
agak mancung dan bibir tipis, tapi karena ia menyandang nama cristi dan ia
berjilbab. Mungkin ia dulunya Kristen, atau orangtuanya Kristen, ato entahlah
pikirnya.
Malamnya, ada sms masuk dengan nomer belum ada di kontak hp.
Assalam mualaikum, kak hanif, saya naftalie, yang tadi minta
tanda tangan, mau nanya kak, kalo ospek itu emang penting ya kak,? Ada temen
yang gak mau ikutan ospek soalnya, makasih ka,
sambil berjalan dari kampus setelah seharian mengatur
persiapan untuk ospek besok, ia kemudian membalas sms itu.
Wa alaikum salam, salam kenal naftalie, ospek itu bukan
hanya penting, tapi wajib dilalui, pengalaman sebelumnya, orang2 yang tidak
ikut ospek, biasanya akan terkucil di jurusan, jadi biasanya pergaulannya
sedikit, dan nilainya pada anjlok, kasih tau temen mu, kalo ada masalah, segera
hubungi kaka, biar gak dikucilin nanti.
Ada perasaan senang
ketika ia mengirim sms. Ia tahu, naftalie dapat nonya karena semua
senior pasti menuliskan no hp nya saat dimintai tandatangan. Ah, Cuma sekali
nge sms doang ko jadi ge er gini. Pikirnya dalam hati.
Dan anehnya setelah sms ospek tadi, ia dan naftalie malah jadi
sering sms an, entah hanya menanyakan mata kuliah, pinjam buku, nanya dosen ini
gmana, ujian di jurusan susah gak? hingga lama-kelamaan nanyanya malah sedang
apa ka hari ini?, gimana kabar nya? ato kak, aku mau ke bioskop lo, mau ikut
gak kak,?.
Aneh, dari awalnya nama panggilnya saya jadi aku atau naf
saja, dari awalnya formal dan kaku, jadi akrab dan sedikit manja, ia malah
dipanggil kak nif, bukan kak han seperti dulu, biar deket gtu nama panggilnya,
nif naf, hehehe, senyum nafalie melebar saat bertemu beberapa waktu.
Kenangan itu melesat meletup letup dalam ingatan hanif,
seakan dalam angkutan umum yang ia tumpangi ada parodi film yang sedang ia
lihat. Lalu ia teringat lagi. Kenangan selanjutnya yang membuat perubahan dan
penegasan apa yang ia dan naftalie harapkan.
“Kak hanif, besok temenin naf nyari buku ya,”
“sama siapa aja?”
“berdua aja ka?”
“jangan berdua dong, ramean aja, bis itu kita nonton, kaka
yang traktir nontonnya deh”
“yah kaka mah,” selintas mulut naftalie terlihat datar,
“ya udah deh kak, nanti naf ajak desi sama lia ya”
“nah gtu dong, ya udah, kaka pulang dulu ya,ada yang mau
dikerjakan”
“iya ka, hati-hati kesandung batu, janji di traktir nonton
ya,, hehehe”
“iya cantiikkk”
mukanya bersemu merah, saat hanif mengucapkan kata tadi,
Besoknya, kami sudah berjubel naik angkutan umum untuk pergi
ke mall yang ada toko buku dan bioskopnya. Hanif duduk disamping naftalie, lalu
lia dan desi, tak henti-hentinya desi dan lia menggoda ia dan nafftalie
sepanjang penjalanan, pasangan serasi lah, nanya ko ngajak lia dan desi lah
padahal bisa berdua aja berangkatnya, ato “kak, traktir makan juga dong?”, celetuk
desi. Gelak tawa menemani perjalanan mereka, lalu masih ia ingat, wajah
naftalie yang agak memerah sepanjang perjalanan itu juga. Ya, ia mulai
mengerti.
Mereka langsung mengunjungi tumpukan buku komik saat sampai
di toko buku, terlihat desi dan lia asik mencari-cari buku komik yang tidak
dibungkus plastik, artinya komik itu bisa dibaca ditempat tanpa harus
membelinya.
“kakak melihat-lihat
buku pertanian dulu ya”
“aku ikut kak,” naftalie meninggalkan kedua temen nya yang
sedang asik dengan dunia imajinasi dari buku komiknya.
“ia, nanti kami nyusul” ucap desi dan lia bersamaan tanpa
memalingkan mata dari buku komiknya.
“kakak mau nyari buku apa?” tanya naftalie sambil ikut-ikut
menggeser-geser buku sambil sesekali dilihat judulnya
“buku sawitnya iyung pahan, buat persiapan kakak taun depan
ke Kalimantan”jawab hanif sambil tetap menggeser-geser buku
“lha, kakak mau ke Kalimantan?, berapa lama? Ntar naftalie
sendiri dong?,gak mau ah.” Dengan mata tajam naftalie memandang hanif yang
masih asik mencari buku sawitnya.
“kan ada desi sama lia, ada mamamu juga, ada leni, dan kita
masi bisa telpon-telponan,” hanif abaikan tatapan mata naftalie
“naftalie gak mau kak, naftalie senang disamping kakak,
naftalie,,,,, naftalie” ucapan nya terhenti,,
“naftalie kenapa” hanif mulai menatap mata naftalie yang
menunduk
“naftalie sayang kakak” pelan, tapi masih terdengar,
hanif sudah menyangka akan seperti ini jadinya, cepat atau
lambat, tapi ia adalah seorang laki-laki yang memegang teguh janjinya, ia
berjanji pada ayahnya, bahwa ia tak akan pacaran sebelum menikah, dan ia juga
tak akan meninggalkan solat, sunah maupun wajib. Dua janji itu yang selalu ia
pegang saat pertama kali merantau dari tasik ke bogor, untuk bersekolah. Dua
janji itu yang kini menyumbat mulut hanif untuk bilang “kak hanif juga sayang
naftalie”, terlalu besar jasa seorang ayah untuk dilanggar janjinya.
“maaf naftali, kakak juga sayang naftalie, tapii….”kata
hanif kelu
“tapi apa ka” wajah naftali menyiratkan keingintauan dan
kepastian
“tapi kakak sayang naftalie hanya sebatas teman, atau kalo
boleh lebih, sayang seorang kakak terhadap adiknya, maukah naftalie jadi adik
kaka?”
“Gak Mau!, naf pengen kakak sayang naf, sebagai seorang
kekasih kak, jangan sebagai adik” mata naftalie mulai berkaca, dan kata-katanya
tegas.
“gak bisa naftalie, gak bisa” mata mereka masi bersitatap
tajam
“kenapa kak? Kenapa kak?, apakah karena sudah ada wanita
lain dalam hidup kakak” satu dua tetes air mata mulai meluncur membasahi pipi
lesung nya.
“gak ada naftalie kecuali ibu, hanya kakak gak bisa menjadi
kekasih naftalie, ada alasan yang tidak bisa dijelaskan sekarang”
“aku kecewa ka, aku kecewa sama kakak, kakak gak gentle,
kakak pengecut gak mau jelasin alasan nya, aku pulang kak!” lebat sudah pipi
naftali oleh rembesan air matanya
“naftalie,? Kenapa?, “ serempak lia dan desi menghampiri ia
dan naftalie,
“kak hanif, kakak apain naftalie samping nangis gini?” desi
memeluk naftalie dan menatap wajah hanif
Tebata-bata hanif berkata “ kakak ha.. hanya menjawab
pertanyaan naftalie” matanya gak berani menatap tatapan tajam desi
“ayo Pulang!, “ isakan naftalie mulai memantik perhatian
pengunjung lain
“Ya udah, kita pulang naf, “ lia yang sudah disamping
naftali menggandengnya dan mulai keluar dari toko meninggalkan hanif yang masih mematung di depan rak buku
pertanian.
Semenjak itu, naftalie, pasti menghindar jika bertemu hanif,
sebenarnya hanif ingin mengsms atau menelpon, atau menjelaskan semuanya ketika
ada kesempatan bertemu, ia terlalu kerdil, dan kekerdilan itu telah memuncak
setelah 2 bulan. Akhirnya ia putuskan untuk mendatangi rumah naftalie, karena
kampus sudah mulai libur .
Ia ingat, saat pertama menemukan rumah naftalie yang tidak
terlalu besar, juga tidak terlalu kecil, pagar dengan cat hijau, serasi dengan
taman yang selalu dirawat, taman nya sih tidak besar, tapi siapapun yang
melihatnya pasti akan mengatakan, kayaknya romantis duduk di kursi memandangi
taman bunga ini.
“ASSLAMUALAIKUMM, “ ucap hanif setengah berteriak.
“waalaikum salam, cari siapa? “ terlihat seorang ibu tidak
berkerudung, dengan kalung salib di lehernya.
“saya hanif bu, ini rumah nya naftalie ya bu?, naftalinya
ada? Ucapku sambil melongokan ke atas pagar yang tingginya sedada
“iya, wah naftalinya lagi ke supermarket, ayo masuk, minum
teh dulu sambil nunngu naftalie pulang” ibu itu membukakan pagar dan menyalami
hanif.
Dalam ruang tamu yang juga sederhana, tidak banyak
perabotan, hanya ada cat orange, kursi dan meja, lukisan seorang pria, dan
bunga dari bambu dipojok ruangan setinggi perut orang dewasa, kesan nyaman
dirasakan hanif saat itu.
“kamu hanif kakak kelasnya naftalie ya? Naftalie sering
cerita “ ibu itu yang belakangan biasa dipanggil bu sarah membuka percakapan
sambil menyodorkan segelas teh dan setoples kue coklat.
“iya bu, kakak kelas nya hanif, emang naftalie cerita apa aja bu?”
Belum juga terjawab pertanyaan hanif, teriakan salam
terdengar dari luar. Tak sabar, hanif menebak kalo itu memang naftalie, dan
gelisah ia menunggunya. Dan benar, ternyata itu naftalie
Sebenarnya naftalie langsung tau kalo tamu yang datang
adalah hanif, motor dengan plat no sudah naftalie kenal, tapi ia malah
nyelonong dan langsung pergi ke dapur. Kalo saja gak ibunya panggil, pasti
naftalie tidak mau bertemu hanif.
“ibu ke dapur dulu yak, ayo hanif, cicipi kue coklat nya,
naftalie lho yang bikin” ibu mempersilahkan hanif sambil bergegas ke dapur.
“ngapain kak kesini?, aku uda punya pacar sekarang
ka”naftalie mulai membuka mulut
“terserah naftalie sudah punya pacar ato belum, yang jelas, kakak
mau jelasin kenapa waktu itu, didepan toko buku pertanian kakak gak bisa jadi
kekasih naf”
“gak penting ka,mending kakak pulang deh, bikin tambah sakit
aja ngeliat kakak” ketus dan matanya tidak berani menatap hanif
“menurut kakak ini penting naf, okeh, setelah ngejelasin
ini, kakak akan pulang, ijinkan kakak jelasin dulu nif, biar tenang, sebelum
kakak pergi ke Kalimantan minggu depan, besok mau ke tasik, jadi harus sekarang
naf”
“katanya tahun depan, dasar pembohong, yauda cepet jelasin”
naftali mulai menatap hanif
Hanif agak terenyuk juga saat dibilang pembohong, ada alasan
kenapa kepergiannya ke Kalimantan dipercepat. Tapi bukan mau ngejelasin itu Ia
datang ke sini. Dengan tulus, hanif menatap naftali sebelum ia mengalihkan
tatapannya ke langit2. Ia lalu menarik nafas dalam-dalam dan mulai bercerita.
“ini mengenai janji laki-laki naf, janji seorang anak
terhadap ayahnya, 2 janji yang selalu kak nif pegang sampai sekarang, walau
ayah ka nif sudah tiada sebulan yang lalu”
“innalillahi wainnailahi rajiun. Maaf aku, naf ikut berduka,
naf gak tau kalo, “ naftali mulai berpikir, ko ia sampai gak tau, wah, pasti saat itu ka hanif
sedih banget, setau ia, kak hanif sebulan yang lalu sidang skripsi, pasti berat
kondisi nya saat itu, dan naftali gak ada disampingnya,,,ia mulai iba pada
lelaki di depannya.
“yasudah, memang gak ada yang dikasih tau, itu juga alasan
kenpa pergi ke Kalimantan dipercepat, gak mau menyusahkan ibu setelah kepergian
ayah, ingin mandiri malah harus sudah bisa memberi” hanif menarik nafas dalam2
lagi
“oya, seperti yang ka nif katakan, ini mengenai janji, dulu
sebelum merantau ke bogor, ayah mengatakan, hanif, ingat kamu harus berjanji
untuk tidak pacaran sebelum nikah, dan jangan sekali-kali meninggalkan solat,
dua janji itu naf, yang menyumbat mulut kakak untuk bilang kak hanif juga
sayang naftalie”
“berarti kak han sayang naftalie juga dong?”
“ia, sebagai kakak kepada adiknya”
Sebenarnya naftalie tau, kak hanif juga sayang pada nya,
sebagai seorang kekasih tentunya, tapi kak han
memaksa mengganti makna sayang itu menjadi seperti sayang terhadap
adiknya, ya sudah lah, toh naf juga sudah punya pacar, barangkali dengan
menjadi adik nya kak hanif, bisa sedikit meringankan beban nya.
“okeh deh kak, naftali ngerti, naftalie mau jadi adik kakak,”
Hanif seketika itu juga tersenyum, ingin ia memeluk
naftalie, tapi ia langsung teringat ayahnya,
“makasih ya naf, ”
“iya sama-sama”
“ya uda, kakak pulang dulu, mau siap-siap ke tasik, pamit ke
ibu ya”
“lha ko cepat-cepat, gak kangen apa 2 bulan gak komunikasi,
hehehe, “
“kangen si, nanti dah, sebelum ke Kalimantan, kakak pengen
ngabisin waktu seharian sama naftalie, mau kan? Hanif senang dengan senyum
indah naftalie,
“iya telpon aja nanti,”
“ibunya gak diajak nih? hehe“ ibu naftali menghampiri kami dan
menyodorkan setoples kue
“ini buat keluarga dirumah,katanya mau ke tasik besok”
“iya bu, makasih banyak”
Dan hari ini ia akan bertemu kembali dengan keluarga
naftali, 2 tahun sudah ia di kalimantan, dan 2 tahun juga naftalie bisa menjadi
adik angkatnya hanif, menghiasi hidup hanif dengan ocehan dan sms pengingatnya,
menghibur nya disaat kena marah bos, ato menangis saat tau ia sakit dan tidak
ngasi kabar. Meski hanya lewat sms dan telpon, namun semua terasa indah. Baiklah, semoga tuhan menakdirkan kami selalu
seperti ini pikirnya.
Bogor, Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar