Laman

Sabtu, 09 Februari 2013

Ayah, ijinkan aku menghafal AL-QURAN


Ayah, ijinkan aku menghafal AL-QURAN
Hari ini kak Nisa datang telat. Sambil berlari-lari kecil dengan nafas agak tersengal, ia menyambut anak-anak yang belum sekolah disebuah mushola. Kota hujan memang masih menyisakan ketertinggalannya di ujung perbatasan. Dan disinilah kak Nisa, membaktikan dirinya mengajar anak2 kampung yang tidak atau belum sekolah sambil mereguk nikmatnya kuliah.

“assalamualaikum temen-temen” ucap kak Nisa antusias, lalu mengambil nafas cepat lagi untuk mengatur pompaan darahnya yang belum bisa rileks.
“walalaikum salam kak Nisa”, jawab anak-anak tidak kalah antusias,
“maaf ya kakak telat datangnya, kakak harus membereskan urusan kakak di kampus sebentar, gak pa2 kan ya, hehehe?” wajahnya tersungging senyuman manja, membuat siapa yang melihat pasti ikut tersenyum jua,
“iya gak papa kak,” jawab anak2 tenang.
“kak Nisa mau tanya nih sma temen-temen, siapa yang mau masuk syurga?” tanya kak Nisa menyapu pandangan
“aku , aku, aku”, jawab anak-anak bersahutan,
“siapa yang ingin disayang Allah dan RasulNya?” tanya kak Nisa lagi,
“aku, aku, aku”, jawab anak2 makin antusias
“mau kakak ceritakan gak agar kita masuk syurga, disayang Allah juga Rasulullah, hayo yang mau angkat tangan nya?
“mau kak, mau”, serentak mereka mengangkat tangan kanannya ke udara.

Dari bibis tipisnya, Kak Nisa mulai bercerita mengenai keutamaan penghafal Al-Qur’an, ucapannya terdengar ekspresif dan meyakinkan diselingi tawa renyahnya, berhasil menyihir anak-anak yang seminggu sekali belajar agama dari kak Nisa tetap fokus menyerap ilmu dibalik ceritanya. Dalam hal bercerita kak Nisa memanglah jagonya. Baginya bercerita pada anak kecil seakan-akan ia bercerita pada ia waktu kecil. Bayangan sosok kuat ibunya, selalu hadir disampingnya saat Ia bercerita. Memberinya kekuatan bahwa anak membutuhkan kesenangan saat menyerap ilmu.  Dan bercerita adalah salahsatu yang disenangi anak-anak.

“jadi gitu temen-temen, banyak banget keutamaan para penghafal Al-Quran, sekarang kak Nisa mau tanya lagi sama temen-temen, yang hafal 1 surat pendek hayo angkat tangan,?” terlihat semua tangan2 mungil terangkat saling tinggi-tinggian,
“yang hafal 2 surat pendek angkat tangan?” tangan-tangan mungil sebagian besar masih bertahan diudara.
“yang hafal 5 surat pendek?” beberapa tangan mulai turun,
“yang hafal 10 surat pendek ada?” ada dua orang yang semangat angkat tangan,
“Anggun, kamu hafal berapa surat,?”Tanya kak Nisa pada anak kecil berkerudung biru,
“12 surat kak”, jawabnya bangga setelah berulang kali menghitung surat yang dihafalnya menggunakan jari.
“wah, ayo kasih tepuk tangan untuk Anggun”, riuh tepuk tangan membuat wajah Anggun tersenyum semakin bangga,
“kalo Aceng, hafal berapa surat? Tanya kak Nisa pada anak berpeci putih.
“Aceng baru hafal 30 surat pendek kak”jawabnya mantap, matanya memancarkan antusiasme pada ilmu,
Kak Nisa tersenyum mendengarnya, minggu kemaren, Aceng baru hafal 27 surat pendek, sekarang sudah nambah 3 surat lagi,
“Aceng, nanti kakak ikut pulang ke rumah Aceng ya, kakak ingin silaturahmi sama keluarga Aceng,”ucap kak Nisa penuh minat,
“iya kak,”
**

“tidak kah bapak ingin anak bapak hafal 30 juz,?, disayangi Allah dan RasulNya?, ditempatkan bersama di syurga yang paling tinggi?, saya pikir, Aceng akan dengan mudah menghafal Alquran dengan bersekolah di SD Islam Terpadu” ucap kak Nisa ngotot
“bukannya saya tidak ingin, tapi Aceng lebih baik bersekolah ditempat umum, jaman sekarang dek ya, orang yang pinter pelajaran umum yang paling dihargai, mereka yang paham agama hanya dihormati ketika khutbah jum’at saja, ”ucap ayah Aceng mulai terusik area pribadinya.
“di SDIT juga diajarin pelajaran umum pak, jadi nantinya selain pinter agama, hafal alqur’an juga tidak kalah dalam ilmu pengetahuan umum,” kak Nisa tetap berusaha meyakinkan lelaki berpipi cekung dan berbrewok tidak terurus dihadapannya. Bagaimana Aceng bisa kondusif belajar dengan keaadaan ayah dan rumahnya berantakan seperti ini, pikirnya.
“masalah agama saya bisa ngajarin Aceng ko,,,,gini-gini saya tau agama juga”
“ngajarin gimana pak, saya dengar bapak sering ninggalin Aceng sendirian dirumah karena harus kerja berhari-hari,”
“APA DEK?, TAU DARI MANA KAMU TENTANG SAYA?, kamu gak berhak ya ngatur sekolah anak saya, sudah cukup kan urusan kamu disini, SILAHKAN PULANG!” ucap pak Yusuf sembari beranjak ke arah pintu,
“yasudah pak, terserah bapak, Aceng mau sekolah dimana, yang penting masih bisa sekolah, sebenarnya saya miris melihat pergaulan anak kecil jaman sekarang, mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan maen game dari pada membaca Alquran, bahkan mereka sudah kenal dengan rokok dan sex, saya harap, dibawah bimbingan bapak, Aceng tidak terpengaruh,”
“ya saya tau” ucap pa Yusuf tanpa menoleh ke kak nisa.

Kak Nisa meninggalkan rumah petak itu dengan rahang mengeras, ia tidak habis pikir ada orang tua yang tidak mau anaknya jadi Hafidz,


“KAK NISAA” Aceng berlari-lari memanggil kak Nisa yang sudah hampir naik angkot,
“kak Nisa, maafkan ayah Aceng ya, ..”mengambil nafas sejenak lalu berkata lagi” Aceng tau kok kenapa ayah gak mau Aceng diasramakan di SDIT, karena ayah gak mau tinggal sendirian, Aceng janji, dimanapun Aceng sekolah, Aceng akan giat menghafal Alquran, doakan Aceng ya kak?” ujar Aceng sambil bernafas cepat.

Kak Nisa gagal menahan rembesan air mata walaupun senyuman indah sudah tersungging dibibirnya,” Aceng begitu pengertian, beda sekali sama ayahnya” pikirnya,
“ya sudah, kak Nisa tunggu setoran hafalan 30 juz dari Aceng ya,”, setelah cium tangan, kak Nisa pamit dan melaju bersama deru angkot yang berjalan.
**

-6 tahun pun berlalu-

Kak Nisa kini sudah menjadi ibu dari anak pertamanya, tapi tetap kita panggil kak Nisa saja ya, masih terlihat muda soalnya, Kesibukannya sekarang adalah ibu rumah tangga sekaligus kepala sekolah disebuah Taman kanak-kanak dekat rumah. Semenjak lulus dari kampus, kak Nisa pulang kampung ke rumahnya di Lampung, Ia pun tidak sempat lagi mengajar di kampung bu Neneng, kampung yang mengajarkan kak Nisa bagaimana indahnya berbagi ilmu. Pikirannya melayang pada seorang bocah penghafal Alquran bernama Aceng. Seperti apakah dia sekarang, sudah hafal berapa surat kah, eh mungkin ukurannya sudah juz sekarang mah. Ia percaya Aceng pasti tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar, meski pikiran negatif juga sempat terlintas.

“bi, ke Bogor yuk, nostalgia di kampus Umi dulu” tanya kak Nisa sambil menggandeng tangan kekar lelaki disampingnya, memang kalo kak Nisa lagi ada mau sama abinya, pasti sambil menggandeng erat tangan abinya trus menatap manja dah, manis sekali, membuat abinya tak pernah sekalipun menolak.
“ya sudah, tapi minggu depan ya,abi masih ada proyek yang harus diselesaikan” ucap abinya lembut, balas memegang erat jemari kak Nisa.

Sebenarnya kak Nisa ke Bogor, karena Ia ditelpon bu Neneng, seorang pengajar dari Rumpin tempat kak Nisa dulu mengajar. Ayah Aceng ingin bertemu dengannya, entahlah apa alasannya, kata bu Neneng, kondisi pa Yusuf sedang sekarat. “Nanti cerita sama abi dipesawat aja” pikirnya,

Rumah petak milik pa Yusuf masih sama, tapi tidak seberantakan dulu, hijauan sudah berhias bersama pagar-pagar yang memutih. bu Neneng mendampingi kak Nisa dan abinya memasuki ruang tamu yang disulap menjadi kamar tidur. Terbaring lemah seorang laki-laki berpipi cekung, lebih cekung dari dulu malah. Disampingnya mengalun indah ayat-ayat alquran yang dilafalkan seorang anak berpeci putih. “Subhanalloh, itukah Aceng?”ucap kak Nisa dalam hati. Anak yang mulai terlihat remaja itu sontak berbalik dan mencium tangan kak Nisa. Matanya masih memancarkan antusiasme pengejar ilmu.

“ayah, ada kak Nisa disini”bisik Aceng lirih pada ayahnya.
Pa Yusuf membuka matanya perlahan dan mengisyaratkan kak Nisa untuk mendekatinya.
“maafkan …. bapak ya dek,” ucap pa Yusuf terbata
“tidak apa pak, bapak segera sembuh ya, Aceng masih membutuhkan bapak” jawab kak Nisa menyejukkan,
“dek Nisa, bapak.. ingin,, tau,, apa benar jika Aceng jadi hafiz,,, bapak ,,, bisa bertemu ibu ,,di syurga” susah payah pa Yusuf berucap
“iya pak, seorang anak yang hafiz, dapat memberi syafaat pada 10 orang keluarganya, apalagi Allah akan memberikan pakaian terindah di Syurga khusus untuk orang tua si anak.”
“Aceng,,,”pa Yusuf menoleh pada Aceng,
“iya yah”jawab Aceng menghentikan kesibukan melafal Alqur’an nya
“sudah ,, berapa ,,juz kamu hafal ,,Al-quran?”
“sudah 30 juz ayah,”jawab Aceng polos
“Subhanalloh, dalam 6 tahun, ia sudah hafal 30 juz,?,”ucap kak Nisa dalam hati,
“dek Nisa,,, boleh ,,,bapak ,,,minta tolong?”nafasnya mulai terdengar berat,
“iya boleh pak,”
“tolong hadiri ,,,wisuda hafidz Aceng di SDIT ya, bapak sepertinya sudah melihat ibu menjemput”nafasnya semakin berat. Aceng mulai menangis, namun masih melafalkan Alquran, suaranya begitu syahdu, membuat semua yang hadir menitikkan air mata.

Belum kak Nisa mengiyakan amanat pa Yusuf, kata “Allah” terdengar pelan namun jelas dari mulut pa Yusuf. Suara nafasnya sudah tidak terdengar.
“pa Yusuf,.”panggil kak Nisa.

Aceng tak kuasa lagi melanjutkan lafalan Alquran nya, erat Ia memeluk ayahnya yang sudah menyusul ibunya. Tuhan, kini ia sudah yatim piatu, tegar kan ia Ya Allah menghadapi ini semua. Kak Nisa berguncang menyaksikan cepatnya sakaratul maut, bahu abinya langsung sigap menjadi tempat  bersandar kak Nisa, dengan cara itu kak Nisa berbagi perasaan pada abinya.

“Inna lillahi wainna Ilaihi Rajiun,” ucap hadirin serentak,
**

“ACENG MI’RAZ AL FARUQ,” namanya membahana dipanggil sang MC.
“HAFIDZ ALQUR’AN 30 JUZ, silahkan maju kedepan”MC menengok para hadirin mencari sosok bernama Aceng.
“ayo Aceng, nama mu dipanggil tuh”, ujar kak Nisa. Aceng lalu mantap melangkah ke atas podium.
“Diumur yang belia, ia sudah hafal alquran 114 surat. Sungguh beruntung Orang tua Aceng ya”ucap beberapa hadirin.

“Ya Allah, sayangilah orang tua Aceng di Alam kubur sana, semoga apa yang Aceng hafalkan bisa menjadi sumber cahaya bagi mereka, dan sayangilah kak Nisa ya Allah, dari nya Aceng menyerap ilmu hingga Aceng bersemangat belajar Alquran, juga sayangilah Guru-guru, sahabat dan orang-orang yang membantu Aceng, tanpa mereka Aceng bukan lah siapa-siapa,”ucap Aceng membuat hadirin yang mendengar tertegun mengAminkan..

bukankah do’a penghafal Al-Qur’an itu terkabul Ya Allah, tak inginkah kita disebut dalam do’a mereka. Yuk mengajak orang lain menghafal Al-Quran, tentunya kita sendiripun juga menghafal ya,


"Dari Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, "Barangsiapa membaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya di mana mereka semuanya telah di tetapkan untuk masuk neraka."

"Dari Abdullah Bin Mas ud ra. Dari nabi S.a.w. baginda bersabda: "bacalah Al Quran kerana Allah tidak akan menyiksa hati orang yang hafal Al-Quran. Sesungguhanya Al -Quran ini adalah hidangan Allah, siapa yang memasukkannya Ia akan aman. Dan barangsiapa yang mencintai Al Quran maka hendaklah ia bergembira."

"Dari Buraidah Al Aslami ra, ia berkata bahwasanya ia mendengar Rasulullah S.a.w bersabda: "Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda mengenalku?". Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal kamu." Al Quran berkata; "saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari.  Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi di beri kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya.  Kedua orang tua itu lalu bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di jawab, "kerana anakmu hafal Al Quran." Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).

oya, aku ceritakan kenapa pa Yusuf jadi mensekolahkan anaknya di SDIT, suatu malam, saat ia pulang kerja dini hari, ia mendengar alunan syahdu Ayat Alquran dari hafalan Aceng saat ia solat malam, (sekecil itu sudah solat malam, keren banget kak Nisa nih), ia terketuk hatinya disitu, trus sebelum2 nya juga ia melihat sendiri anak2 kecil yang meghabiskan waktu maen di Warnet2, lupa sholat, gak bisa baca Quran, dll. So, akhirnya dia putusin dah, Walau berat, aceng harus sekolah dan berasrama di SDIT, gtu kawan

3 komentar:

  1. bu Neneng, ada nama kita di ceritanya kak Imam lho ... *minta.royalti*

    BalasHapus
  2. hehehe, dikasih dukuh nanti sama bu neneng,,,

    BalasHapus
  3. ini tulisan asli mu bro? kalau memang benar, bangga aku, :-)

    BalasHapus