Laman

Jumat, 27 Desember 2013

Budaya alam dan sejarah: Pagaruyung Batusangkar. part 2

Istano basa Pagaruyung

Tiket masuk istana ini sebesar 7rebu. Terletak di kecamatan Tanjung emas, kota Batusangkar kabupaten Tanah datar, Sumatera barat.

Istana yang penuh dengan ukiran berfalsafah sejarah dan budaya minangkabau ini sudah beberapa kali mengalami kebakaran. Jadilah hanya replica sosok bangunan megah dari kayu ini yang kita pandang sekarang. Pertama terbakar saat kerusuhan berdarah tahun 1804. Kemudian didirikan kembali dan terbakar lagi tahun 1966. Lalu pada masa gubernur Harun zain, kembali istana ini dibangun tapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Kata orang, tidak bagus membangun rumah di tanah bekas kebakaran. Pada tanggal 27 februari 2007, lagi-lagi istana ini kebakaran. Adalah petir menyambar ujung atap bagonjong sebelah kiri yang membuat istana kebanggaan orang Batusangkar ini ludes dilalap api. Diperkirakan hanya 15 persen barang-barang berharga yang bisa di selamatkan. Pas gue kesana, kebanyakan benda-benda peninggalan hanya replica saja. Yang asli disimpan di balai benda purbakala kabupaten Tanah datar.

Selama 6 tahun, perbaikan yang menghabiskan biaya kurang lebih 20 milyar ini selesai membangunkan kembali kemegahan istano basa Pagaruyung dengan kondisi sama, 11 gonjong atau atap, 72 tonggak dan 3 lantai. Dilengkapi dengan satu surau atau mushola dan tabuah rangkiang patah Sembilan atau lumbung padi. Pada tanggal 30 oktober 2013, presiden Sby resmi membuka kembali istana untuk umum. Dimeriahkan dengan pesta adat yang menelan biaya 1,5 milyar. Lengkap nya prosesi upacara adat bisa di lihat di http://www.tempo.co/read/news/2013/10/26/058524817/Peresmian-Istana-Pagaruyung-Telan-Rp-15-Miliar

Pada masa kerajaan Minangkabau tegak berdiri, istano basa Pagaruyung memiliki peran ganda. Sebagai pusat pemerintahan juga sebagai tempat tinggal raja atau dipanggil ‘rajo alam’. Istano baso artinya istana yang besar atau agung.

Jika hendak memasuki istana, sandal haruslah dilepas. Dahulu ada namanya batu tapakan, tempat mencuci kaki sebelum naik. Lalu saat masuk ke dalam, lantai yang digunakan terbuat dari kayu. Padahal sebelum kebakaran, lantai istana menggunakan bambu. Paling tengah, yang sejajar dengan pintu masuk terdapat singasana (pelaminan bundo kanduang) yang berfungsi tempat bundo kanduang (ibu suri) melihat siapa yang datang atau belum datang kalau ada rapat kerajaan.

Di kiri kanan singasana, terdapat bilik-bilik kamar tempat putri-putri raja yang sudah menikah. Dimulai dari sebelah kanan untuk putri pertama, hingga bilik terakhir untuk adik-adiknya. Dari 9 ini, satu ruangan dijadikan tempat jalan ke dapur yang disebut selasar. Didepan bilik kamar putri, terdapat bandua tangah, berfungsi untuk ngobrol-ngobrol keluarga penghuni bilik.

Di bagian paling kanan atau disebut pangkal rumah, terdapat anjuang rajo babandiang yang mempunyai 3 langgam atau tingkat. Langgam pertama sebagai tempat sidang, langgam kedua tempat beristirahat sedang langgam ketiga sebagai tempat tidur raja.

Dibagian paling kiri, terdapat anjuang perak yang berfungsi pada langgam pertama sebagai tempat bundo kanduang mengadakan rapat kewanitaan, langgam kedua tempat istirahat dan langgam ketiga sebagai tempat tidur.

Disamping singasana, ada tangga menuju lantai dua. Disini, terdapat satu bilik kamar yang berfungsi sebagai tempat putri raja yang belum menikah. Disebut anjuang paranginan. Disini juga terdapat kursi dan meja tempat keluarga bercengkrama.

Naik ke lantai tiga, terdapat mahligai yang berfungsi sebagai tempat menyimpat alat-alat kebesaran kerajaan. Biasanya di simpan di dalam peti khusus yang dinamakan aluang bunian. Disini juga terdapat kursi dan meja untuk bercengkrama.

Saat keluar dari istana, di sebelah paling kanan, terdapat dua tabuah larangan. Yang satu bernama gaga di bumi yang dibunyikan saat ada peristiwa besar (bencana alam, kebakaran, dll). Yang kedua bernama tabuah mambang diawan yang dibunyikan untuk memanggil rapat para basa nan ampek balai (dewan empat mentri) yaitu tuan titah di Sungai tarab, tuan kadi di Padang ganting, tuan indomo di Saruaso, tuan mankudun di Sumanik, tuan gadang di Batipuh serta Tigo selo (raja alam, raja adat, raja ibadat).
Disamping tabuah larangan, terdapat surau tempat shalat, belajar mengaji dan tempat tidur putra raja yang telah akil baligh. Seperti yang gue bilang tadi, rumah gadang itu untuk perempuan, yang laki-laki mah tinggal di surau-surau atau merantau.

Di samping paling kanan, berlatar gunung marapi, terdapat pohon beringin tempat bermain anak-anak raja. Disebut tanjuang mamutih. Sedangkan dapur berada menyambung dibagian belakang istana.
Jika membaca sejarah kerajaan Pagaruyung, dahulu sebelum memeluk islam, adalah penganut budha. Terutama pada masa pemerintahan Adityawarman pada abad ke-13. Seperti tercatat pada prasasti Batusangkar (basurek) yang menyebutkan ritual ajaran tantris dari agama budha yang disebut Hevajra, yaitu upacara peralihan kekuasaan Adityawarman kepada putra mahkotanya.

Lalu pada akhir abad ke 14, agama islam mulai masuk dan berkembang pesat pada abad ke-16. Yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan malaka. Adalah syaikh Burhanudin ulakan, ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, kerajaan Pagaruyung resmi berubah menjadi kesultanan islam dengan raja pertama bernama sultan alif.

Sejak masuknya agama islam, banyak peraturan adat yang bertentangan dihilangkan dan atau diganti dengan ajaran islam. Seperti muncul nya pepatah adat Minangkabau “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”, artinya adat minangkabau bersendikan pada syariah agama islam, sedangkan syariah bersendikan pada kitab Allah (Al Quran). Namun hal ini menimbulkan pertentangan dengan kaum adat yang sudah lama bercokol di tanah Pagaruyung. Mulai timbullah konflik-konflik saudara yang terkenal dengan perang Padri antara kaum padri (ulama) dan kaum adat.

Di Batusangkar juga terdapat benteng peninggalan jaman belanda, bernama benteng Van der capellen   sejarah lengkapnya juga bisa dilihat disini http://id.m.wikipedia.org/wiki/Benteng_Van_der_Capellen

tiket istano

gerbang istano

gue dan pak budi

istano basa pagaruyung

istano foto dari samping

pakaian adat, ada penyewaannya lho

tangga menuju istano, monggo!

saat kebakaran, lupa gue ngambil link dari mana

penuh dengan tiang, di dalam istano

singasana

bilik kamar putri

bandua tengah

anjuang rajo babandiang

anjuang perak

tangga menuju lantai 2
anjuang paranginan

kursi meja tempat bercengkrama

mahligai

aluang bunian

view dari lantai 3

tabuah larangan

surau

rangkiang

tanjuang mamutih

batu basurek
Beres berpetualang sejarah di Istano basa pagaruyung, bertandang lah kami ke tempat calon istrinya pak Budi di nagari Sumanik. Dan ternyata, calon istrinya tinggi beud badannya. Dia 5 cm lebih tinggi dari gue. Mikir gue, pak Budi aja sepantar tinggi nya ama gue, istrinya lebih tinggi lagi. Pgimane nanti anaknya yak, besar-besar pulak. Weleh-weleh. Pokoknya selamat menikah yak uda Budi, uni Yuanikma. Maaf awak ndak bisa datang ke pernikahan kalian tanggal 7 desember kemaren. Awak harus terbang ke Medan. Tapi semoga kebersingkatan kita bersilaturahmi dengan keluarga uni Yuanikma, muka awak yang ganteng ini bisalah diingat yak, sapa tahu someday bakal kesini lagi. Atau punya kenalan gadis-gadis cakep Batusangkar, eh.

Jam 1 siang, naik travel lah gue sendirian menuju bandara minangkabau di Padang. Menurut hasil nanya, sekitar 3 jam perjalanan kita ke bandara.
Dalam mobil travel berongkos 40rebu ini, gue sengaja duduk paling depan, biar bisa ngamatin banyak hal. Dan salahnya, camdig gue disimpan di tas yang disimpan di kursi belakang. Terlewatkan sudah view-viem keren sepanjang perjalanan. Okeh gue kasih ceritanya aja yak.
Surau lubuk bauk

Dari Batusangkar, jalanan menuju arah Padang panjang, dikiri kanannya banyak perbukitan dengan sawah-sawah menghijau dan menguning. Entah nama daerah nya apa, gue ngelihat satu surau dengan atap berbentuk bagonjong atau atap khas rumah gadang. Di sebelah kiri jalan dari dalam mobil travel. Setelah gue googling, ternyata surau itu bernama surau lubuk bauk, berada di jorong lubuk bauk, nagari Batipuh baruh kecamatan Batipuh kabupaten Tanah datar atau berada di pinggir jalan raya Batipuh ke Padang panjang.

Surau yang memiliki luas 154 meter persegi dan tinggi 13 meter ini dibangun pada tahun 1901 menggunakan kayu surian berarsitek lama oleh para ninik mamak yang berasal dari tanah wakaf datuk Bandaro panjang, dari suku Jambak. Berarti umur surau itu sudah 112 tahun ya. Subhanalloh. Dan sesuai fungsinya, bangunan ini telah menjadi saksi sejarah berbagai generasi yang mempelajari islam di dalam bangunannya. Semoga saja, suatu hari gue bisa datang lagi dan solat di surau bersejarah ini. Oya menurut hasil googling juga, surau ini sempat di shoot untuk film tenggelamnya kapal vanderwijk. Entah gue belum nonton filmnya. Mau tau lebih lengkap arsitektur bangunannya, bisa lihat disini https://baralekdi.blogspot.com/2012/09/surau-lubuk-bauk.html

Lalu masuklah gue ke kota Padang panjang yang menurut gue terlihat rapih tata kotanya. Tidak lama kemudian menuruni lembah dengan pemandangan kiri kanan kawasan taman nasional Kerinci Seblat. Terkenal lah lembah ini dengan sebutan lembah Anai. Banyak kolam renang, Air sungai nya jernih, ada air terjun pula tepat dipinggir jalan. Jadi dari mobil pun bakal bisa dilihat itu air terjun. Jalanan pun berkelok-kelok turun seperti di puncak Bogor sana. Udaranya jelas dingin lah. Karena hutan kiri kanan jalan masih sangat perawan. Dan di jalan ini juga harus ekstra hati-hati. Ada beberapa titik jalan yang rawan longsor. 


surau lubuk bauk http://www.panoramio.com/m/photo/91925978

lembah anai
air terjun lembah anai


Jam 4 sore sampailah di bandara Minangkabau Padang, sekitar 1 jam kalau dari Padang kota. Bandara ini cukup luas, dengan fasilitas wifi yang boleh lah ngilangin kebosanan gue. Nonton jalan-jalan men di youtube pun gak kerasa udah 1 jam setengah aja. Disisa waktu gue sempetin nyari oleh-oleh kripik sanjai. Dan gue baru tau ada kripik sanjai balado rasa durian. Belilah gue. Kalau dibandara, harga kripik sanjai Shirley biasa 15rebu, sedangkan untuk yang rasa durian nambah lagi serebu.

Sip, Padang baru Batusangkar aja yang bisa terjelajahi. Masih banyak peer destinasi keren macam bukit tinggi, danau singkarak, kota Padang, de el el. Sampai jumpa Padang, dan tungguin gue Medaaaannnn! Daaagghhhh.


Mess putra LAJ Jambi 25 desember 2013


sanjai shirley raso durian

7 komentar:

  1. risetnya bagus. sampeyan harus nonton Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, adat Minangkabau di Batipuhnya kental banget, lumayan nambah informasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di hutan mana ada bioskop, terpaksalah nunggu nongol d tv.

      Hapus
  2. waahh... waahhh .wahhh ... ini anak cocok nya jadi JURU KUNCI ISTANA PAGARUYUNG ..... weleh ..weleh ..weleh ... weleh ..luar biasa ....

    BalasHapus
  3. pak imam ... di akhir cerita .... lu anak padang apa anak jawa .... weh.. weh.. ini anak ... .... .... ... ..... .............
    """ jadi rencana ke BANGKA ? .... """"

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. infonya sudah sangat bagus, apa boleh tau tentang kegiatan yang bisa dilakukan disana? lalu event-event apa yang biasa ada disana? terimakasih

    BalasHapus