Laman

Selasa, 11 Desember 2012

Janji untuk ayah dan ibu


Janji untuk ayah dan ibu
Hari ini hari yang berbahagia untuk Heru, perjuangan nya di SMA selama tiga tahun ini, doa disepertiga malamnya tiga tahun ini, serta tekad kuat nya mengejar mimpi tiga tahun ini, akhirnya bisa terjawab dengan lulusnya ia masuk ke salah satu universitas terkemuka di Bogor, Institut Pertanian Bogor. Jurusan nya kehutanan, karena memang ia senang sekali berinteraksi dengan alam. Baginya alam adalah tempat yang paling seimbang di muka bumi, hanya saja manusia banyak merubah keseimbangan itu. Berbeda dengan perkotaan yang penuh dengan ketidak seimbangan. Polusi yang dikeluarkan, tidak seimbang dengan penyerapan karbondioksida oleh pepohonan yang ada. Jumlah manusia tidak seimbang dengan daya tampung kota itu sendiri. Ah nanti saya akan kerja di hutan saja lah,pikirnya sebelum memasuki gedung pendaftaran ulang di kampus hijau itu.
Hari ini hari yang berbahagia juga untuk ayah Heru, seorang pedagang bakso dapat menyekolahkan anaknya hingga kuliah, adalah sebuah prestasi terbesar baginya. Ia bangga dengan anak nya, ia bangga dengan jurusan nya, ia bangga dengan kampusnya. Bagaimana tidak, ia pernah mendengat obrolan pelanggan saat makan bakso di warungnya, “presiden kita itu, pa esbeye, kuliahnya di IPB, wah, saya ingin anak saya kuliah disana, biar jadi presiden juga, hahahaha”. Semenjak itu, keinginan pelanggan baksonya pun menjadi keinginan ia juga. Ah, mulai sekarang, aku akan bekerja keras untuk menyekolahkan si Heru di IPB. Pikirnya dalam hati.
Hari ini hari yang berbahagia juga untuk ibu Heru, kelelahannya mencari pinjaman sana-sini untuk mencukupi uang pendaftaran Heru masuk kuliah, seperti tidak pernah terasa. Ah, aku juga akan bekerja keras untuk membayar hutang-hutang itu, ucapnya mantap saat menemani Heru melakukan pendaftaran ulang. Ia bangga sekali dengan anaknya, Heru, anak semata wayangnya bisa meneruskan mimpinya dahulu, mimpi untuk masuk kuliah yang terganjal karena biaya dan keinginan orang tua. Doa dan tangis Heru di setiap sepertiga malam yang sering ia dengar, membuatnya selalu semangat mencari jalan untuk kuliah anaknya.
**
Di kampus hijau itu, Heru masuk Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun, pada tingkat ini, ia dan teman-temannya wajib tinggal di asrama kampus dengan satu kamar berisi empat orang. Teman-teman sekamar Heru termasuk golongan orang berada. Yang satu, ayahnya seorang pemilik kebun sawit di Medan sana, yang satu, ayahnya pemilik peternakan sapi di Bandung sana, dan yang satu lagi ayahnya seorang kepala cabang sebuah bank di Banten sana.  Cuma Heru yang ayahnya seorang tukang bakso.
Satu bulan pertama uang kiriman Heru masih berlebih, sehingga ketika ia terbawa pola makan teman-teman sekamarnya ia masih bisa bertahan. Dua bulan kemudian, uang kiriman Heru mulai terasa kurang karena pola konsumsi Heru mulai meningkat. Tiga bulan kemudian, uang kiriman Heru malah sudah habis dipertengahan bulan. Akhirnya ia berencana untuk pulang dan meminta bekal lagi.
Kepulangan Heru memang sengaja tidak memberi kabar terlebih daluhu, karena ia berencana pulang malam akibat kesibukan kuliah dan tugas yang mulai menggunung, “takut nungguin nanti,” pikirnya. Setelah sampe rumah, dilihatnya ruang tamu lenggang, hanya ada kursi dan meja kayu tertata rapi dengan vas bunga ditengahnya. Dilihat kamar orangtuanya, lampunya belum dinyalakan, pasti ayah ibu Heru sedang keluar. Warung bakso depan rumah pun tadi sudah dirapikan, memang jam 9 biasanya warung sudah tutup. Heru kemudian pergi ke dapur dan mengambil segelas air minum, lalu berjalan menuju kamarnya di depan ruang tamu. Lampu kamar sengaja tidak ia nyalakan agar mudah memejamkan mata. Bukan karena omongan peneliti yang mengatakan jika tidur dalam kondisi gelap lebih sehat dari pada tidur dalam kondisi lampu menyala, tapi karena memang dari kecil ia dididik untuk tidak menyalakan lampu saat tidur. Alasan lebih tepat untuk hemat bayar listrik sepertinya.
Pintu rumah terdengar dibuka secara perlahan. Suara-suara kecil saling bersahutan setelah pintu terdengar ditutup. Mungkin itu ayah dan ibu pikirnya, ya, suara nya sudah jelas terdengar. Orang tua Heru sedang duduk diruang tamu dan tidak sadar kalau malam itu Heru sudah pulang.

                Heru seperti tersambar gledek mendengar obrolan ayah ibunya.  Nafas nya tidak teratur setidak teraturnya emosinya saat ini. 
“Bodoh,, bodoh,, bodohh” hatinya tidak terima dengan semua yang telah dilakukan Heru selama di kampus. Antara marah, menyesal dan sedih bercampur aduk dalam tatapan kosong Heru. Langit-langit kamar pun seakan jatuh tiba-tiba menghimpit dan menambah beban yang akan ia tanggung setelah ini. Bagaimana tidak, selama tiga bulan, ia berhura-hura makan dan jajan sepuasnya, sementara disini, dirumahnya, ayah ibu nya berjuang, membanting tulang, meminjam sana-sini untuk membiayai kuliahnya.
“anak durhaka kamu ru,,, dengar, ayahmu yang tak pernah kamu dengar menangis, dengar Heru,, sekarang ia menangis memikirkan uang kuliah mu bulan depan akan didapat dari mana,” ia dalam hatinya menyalahkan,,
“bulan depan dari jualan bakso lah” ia yang lainnya membela Heru.
“dari bakso katamu??,, kamu tuli ya, gak dengar ibu mu bilang ia akan menjual gerobaknya untuk melunasi pinjaman saat membayar uang pendaftaran mu dulu,, atau memang kamu sudah tidak punya hati lagi Heru? Tidak peka dengan sedikit gurat sedih yang dulu sempat sesaat terlihat saat mereka meninggalkanmu di asrama?, ah iya,, rupanya teman-teman mu sudah menyilaukan matamu, pantas kamu mulai kendor solat malamnya akhir-akhir ini”
Tak kuasa lagi Heru menahan rembesan air mata kepipinya. Meski tanpa suara, tangisan ini yang sering ia tunjukan pada tuhannya saat berdoa dulu di SMA menjadi saksi bersama gelapnya kamar Heru.
“kamu harus berjanji Heru, janji untuk berhemat, janji untuk selalu bilang cukup berapapun uang yang dikirim orang tua mu, janji untuk selalu berprestasi dan mendapat beasiswa, janji untuk mencari pekerjaan sampingan dan janji untuk tidak selalu menjadi beban buat orang lain” hatinya mulai berdamai.
“ingat Heru, perjuangan mu di kuliah, akan allah balas tidak hanya untuk mu, tapi untuk ayah ibu mu juga. Jadi jangan menyerah dan Allah pasti memberikan jalan” ujar hatinya menenangkan.
Heru memutuskan akan pulang malam ini juga, ia malu jika sampai bertemu dengan ayah ibu nya. Tidak peduli cape, tidak peduli jika tidak ada kereta atau angkutan ,malam ini juga harus pulang ke asrama.
Setelah orang tua Heru tidur, jam 12 malam, ia mengendap-ngendap keluar rumah. Jika saja ada orang lain melihat ia keluar rumah seperti itu, pasti akan diteriaki maling. Namun, Ia tidak peduli dan tidak terpikirkan hal itu.
Esok harinya,,di asrama,, Heru mengirim sebuah pesan singkat pada ayahnya..
“Asslam, Ayah,,ibu,, bulan depan ayah ibu tidak usah memikirikan uang bekal Heru lagi ya, ada beasiswa yang insya Alloh Heru pasti dapatkan, dan sekarang Heru juga mau daftar jadi guru les privat, mohon doa nya ya ayah ibu, semoga Heru selalu diberikan yang terbaik,, jaga kesehatan ya ayah ibu, Heru sayang ayah ibu karena Alloh,, wasslam”
Send…
Heru tau belum tentu ada beasiswa yang bisa ia dapatkan, mencari informasinya saja belum, Heru juga tau, belum tentu ada lowongan jadi guru les privat, hanya keyakinan pada Tuhannya, kemauan yang kuat dari dirinya serta doa setiap ba’da solat dari orang tuanya yang meyakinkan Heru bahwa selalu ada jalan untuk orang yang berusaha. PASTI BISA,,, ucapnya mantap, Bismillah

4 komentar:

  1. wah ada blogger baru nih,,kenalan atuh..
    nih tukang jalan kok postingannya bikin cerpen,hehe..:p

    mampir ke EPICENTRUM
    folloback juga ya mam...RP

    BalasHapus
    Balasan
    1. ,,.,KISAH NYATA ,,,,,,,
      Aslamu alaikum wr wb..Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
      Bismillahirrahamaninrahim,,senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman2 melalui room ini, sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki, namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang, hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yng saya punya, akhirnya saya menaggung utang ke pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 800 juta , saya stress dan hamper bunuh diri anak saya 2 orng masih sekolah di smp dan sma, istri saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anakanaknya ditengah tagihan utang yg menumpuk, demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue, ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman dan bercerita kepadanya, Alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya, dulu katanya dia juga seperti saya stelah bergabung dengan KI JAMBRONG hidupnya kembali sukses, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu minggu saya berpikir dan melihat langsung hasilnya, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KI JAMBRONG di No 0853-1712-1219. Semua petunjuk AKI saya ikuti dan hanya 3 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah Demi AllAH dan anak saya, akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya, semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha, kini saya kembali sukses terimaksih KI JAMBRONG saya tidak akan melupakan jasa AKI. JIKA TEMAN TEMAN BERMINAT, YAKIN DAN PERCAYA INSYA ALLAH, SAYA SUDAH BUKTIKAN DEMI ALLAH SILAHKAN HUB KI JAMBRONG DI 0853-1712-1219. (TANPA TUMBAL/AMAN).

      Hapus
  2. oke kawan, masih pemula nih,, ajarin ajarin,,ntar dibanyakin postingan nya,

    BalasHapus
  3. HALO JUGA
    Apakah Anda memiliki kartu kredit yang rendah dan Anda menemukan kesulitan untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank / lembaga keuangan lokal lainnya? Kami menawarkan pinjaman jangka panjang dan pendek sangat dengan harga murah dan moderat tingkat 2%, kami bersertifikat, terdaftar dan perusahaan kredit yang sah. Anda dapat memperoleh pinjaman mulai dari $ 5.000 hingga $ 100.000.000,00 Serikat menyatakan dolar. Durasi pembayaran pinjaman kami adalah antara 1-20 tahun. Jika Anda tertarik silakan hubungi kami melalui: tamaragustavsonloanfirm@gmail.com

    BalasHapus