Laman

Senin, 31 Desember 2012

Salman Al-Farisi Sang Pencari Kebenaran part 2



Salman Al-Farisi  Sang Pencari Kebenaran

Selain kisah heroik Salman dalam hal peperangan. Mari sekali lagi kita lihat kisah heroik Salman dalam hal pernikahan. Dikisahkan bahwa ada wanita solihah dari kalangan anshar yang menarik hati Salman. Namun karena ia bukan orang pribumi, sesuatu seperti ini menjadi terlalu pelik baginya. Maka diutarakanlah niatnya pada sahabat yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda. Alangkah senang Abu Darda mendengarnya dan akhirnya Salman beserta Abu Darda datang ke rumah wanita solihah tadi untuk meminangnya.

Setiba dirumah sang wanita, orangtua dari wanita tadi juga tidak kalah senang akan mempunyai menantu dari kalangan sahabat dekat Rasulullah, namun keputusan tetap ada di putrinya. Setelah berdiskusi dengan putrinya, diputuskanlah putrinya menolak lamaran Salman, namun, apabila sang pengantar Salman (read Abu Darda) berniat dengan maksud yang sama, putrinya sudah mempersiapkan jawaban untuk mengiyakan. Seketika Salman bertakbir dan berkata. “aku serahkan mahar ini untuk saudaraku Abu Darda dan aku akan jadi saksi dipernikahan kalian”..

Lihatlah saudaraku, betapa mudahnya Salman berbagi dengan saudaranya. Oya, Abu Darda baru beberapa hari dipersaudarakan dengan Salman. Tapi kedekatananya lebih akrab dan dekat daripada saudara kandung. Lalu apakah Salman tetap dekat dan peduli dengan Abu Darda setelah mereka menikah?. Mari kita simak lagi kisahnya.

Salman pernah tinggal di rumah Abu Darda beberapa hari. seperti biasa, Abu Darda selalu giat dalam beribadah, malam nya habis hanya untuk beribadah, dan siangnya selalu berpuasa. Dirasanya Abu Darda terlalu berlebihan dalam hal beribadah, maka ia berniat mencegah keesokan harinya Abu Darda berpuasa. Namun Abu Darda justru berkata. “apakah engkau hendak melarangku berpuasa dan shalat karena Alllah?”

Salman menjawab :”kedua matamu mempunyai ha katas dirimu, demikian pula keluargamu mempunyai hak atas dirimu. Berpuasalah dan jangan lupakan hak untuk berbuka, shalatlah dan jangan lupakan hak untuk tidur.”

Ketika peristiwa itu sampai kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda”Salman telah kenyang dengan ilmu”. Bahkan Rasulullah SAW menyebut Salman termasuk golongan ahlul bait.

Ali bin Abu Thalib menggelari Salman dengan sebutan “Luqman Al-hakim”. Ia telah dikaruniai ilmu yang pertama dan juga ilmu yang terkahir. Ia bagaikan lautan yang airnya tidak pernah kering.

Pada masa kejayaan islam wilayah kekuasaan mulai terbentang luas. Pendapatan Negara meningkat dan sebagai konsekuensinya banyak jabatan-jabatan yang harus di emban para sahabat. Lalu dimanakah Salman? Ia sedang berada di bawah pohon sedang menganyam anyaman. Ia membeli bahan seharga satu dirham, menjualnya dengan harga tiga dirham. Satu dirham untuk modal, satu dirham untuk nafkah keluarganya dan satu dirham untuk sedekah. Apakah Salman tidak menerima tunjangan?, dia menerima tunjungan sebanyak 5000 dirham setahun, tapi ia habiskan untuk dibagi-bagikan hingga habis.

Pada saat Salman menjadi gubernur di Madain pun, keadaanya tetap sama, mengandalkan menjual anyaman untuk menafkahi keluarganya dan menolak gaji sedirhampun dari jabatan gubernur. Pernah suatu hari, seorang dari syiria tampak kelelahan karena membawa buah tin dan kurma, ketika ia melihat Salman yang tampak seperti orang biasa dan dari golongan miskin, ia hendak menyuruhnya membawa barang-barangnya dan memberi imbalan atas jerih payahnya ke tempat tujuan. Ia tampak heran ketika dalam perjalanan, ia berpapasan dengan rombongan yang berucap “assalmualaikum wahai gubernur”,

Orang dari syiria bergumam sendiri, “gubernur yang mana…”. Keheranan nya kian bertambah saat sebagian dari rombongan mendekat. “berikanlah beban itu pada kami wahai gubernur”. Sekarang orang Syria itu paham dan menyesal telah menyruh Salman. Ia mendekat dan bermaksud hendak menggantikan Salman membawa beban. Tapi Salman menolak dan menggelengkan kepala, tidak, sebelum kuantarkan sampai ke rumahmu.

Suatu ketika Salman ditanyai orang,”apa sebabnya anda tidak menyukai jabatan sebagai gubernur?”ia menjawab,:karena manis waktu memegangnya, tetapi pahit waktu melepaskannya”

Mengapa ia bersedia zuhud, padahal mulanya ia seorang Persia dari kelas tinggi dan kaya.? Mari kita dengar saat ia berada di pembaringan menjelang ajal.
Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, maka Salman menangis. Sa’ad pun bertanya,”apa yang engkau tangisi, wahai Abu Abdillah? Padahal Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridha kepadamu”
               
Salman menjawab. “demi Allah SWT, aku menangis bukan karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, melainkan karena Rasulullah SAW, telah menyampaikan pesan kepada kita, dalam sabdanya ‘hendaklah bagian setiap kalian dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara.’ padahal, harta miliku begini banyaknya”.

Sa’ad berkata sendiri “aku perhatikan, tidak ada yang tampak disekelilingku kecuali piring dan sebuah wadah untuk bersuci”.

Sa’ad lalu berkata kepadanya.”wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami iangat sellau darimu?”

Salman bertutur ”wahai Sa’ad, ingatlah Allah SWT tentang keinginanmu ketika engkau sedang berkehendak, tentang keputusanmu ketika engkau sedang memutuskan, dan tentang apa yang ditanganmu ketika engkau sedang membagi”.

Tak satupun barang berharga didunia ini yang digemari atau diutamakan dalam kehidupan Salman. Kecuali satu barang yang dirasanya penting hingga ditipkan kepada istrinya untuk disimpan. Ketka dalam sakit menjelang ajalnya, dipanggil istrinya untuk membawa barang titipan nya dalu yang ternyata adalah seikat kesturi yang diperolehnya waktu pembebasan jalula dahulu. Barang itu sengaja disimpan untuk wewangian pada waktu wafatnya.

Kemudian ia menyuruh sang istri agar mengambil secangkir air. Salman menaburkan bubuk kesturi itu kedalam cangkir dan mengaduknya sengan tangan, lalu berkata kepada istrinya, “percikanlah air ini kesekelilingku. Sekarang telah hadir dihadapanku makhluk Allah SWT yang tidak suka makanan, tetapi gemar wangi-wangian.”

Setelah selesai, ia berkata kepada istrinya,”tutuplah pintu dan turunlah!”, perintah itupun dituruti oleh istrinya. Tidak lama antara waktu itu dan istrinya kembali masuk, ruh yang beroleh berkah itu telah meninggalkan dunia dan berpisah dari jasadnya. Dia telah mencapai alam yang tinggi dengan sayap kerinduan. Rindu akan bertemu Rasulullah SAW, abu bakar, umar dan sahabat utama lainnya.

Salmannn…
Telah lama Salman menantikan itu dalam kerinduan dan dahaga
Hari ini rindu itu telah terobati dan dahaga itu pun telah hilang
Semoga ridha dan rahmat Allah SWT menyertainya.

Sumber : buku karya Khalid Muhammad Khalid. : Biografi 60 Sahabat Nabi versi Tahqiq” penerbit ummul qura’. 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar