Laman

Jumat, 27 September 2013

Penglepasan

Begini tho rasanya patah hati. Begitu menyesakkan padahal asma sedang tidak kambuh. Seperti kebahagian direnggut dalam satu tarikan, dan tidak akan pernah kembali lagi. Ah kalian para pujangga lebih pintar mendeskripsikannya.

Aku ingin bercerita mengenai cinta yang layak diperjuangkan. Entah sejak kapan, aku meyakini bahwa menunggu juga bisa dikatakan mencinta. Menunggu dalam diam tentunya. Menunggu kita benar-benar matang untuk bersiap mengarungi kehidupan bersama. Maksud dalam diam adalah kau tidak pernah sekalipun menyatakan perasaanmu padanya. Bukan karena tidak berani menyatakan, tapi lebih karena sebuah pemahaman, jika belum siap tidak boleh kita mengutarakan isi perasaan kita. Maka itulah yang aku lakukan, menunggu dan mempersiapkan selama hampir dua tahun untuk mengutarakan perasaan ini.

Selama hampir dua tahun itulah rasa dalam dada perlahan tapi pasti terpupuk harapan setiap hari. Harapan dari sejuta kebahagiaan yang akan kita rasa bersama. Harapan akan saling melengkapi dan menyempurnakan. Aku ingat, pada tanggal 29 Agustus 2008 lalu, aku membuat sebuah target. Insya Alloh dengan atau tanpa dia, aku akan menikah dua tahun lagi. Jannah, namanya Jannah. Dengan atau tanpa Jannah, Insya Alloh aku akan menikah di umur 25. Kenapa harus Jannah? Ya banyak alasan. Tapi aku tidak mau menyampaikannya di sini, yang jelas kita memang sudah dekat, dan aku merasa Jannah mempunyai kriteria yang aku cari. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku menunggu Jannah dalam diam, tidak pernah sekalipun aku mengatakan perasaanku, dan aku pun tidak tahu bagaimana perasaan dia padaku. Hanya Alloh saja sumber keyakinanku. Jadi aku minta saja sama Alloh semoga Jannah adalah pendampingku dua tahun lagi (dua bulan lagi dari sekarang). Kalaupun nanti bukan Jannah, tetap ya Alloh, ijinkan hamba bisa menyempurnakan agamaku juga dua tahun lagi. Versi singkatnya begitulah isi doaku tiap hari.

Tapi Alloh sepertinya lebih senang menjawab doaku yang kedua. Siang tadi, saat istirahat dari pekerjaan, aku menyengajakan berselancar di pesbuk. Mataku tertuju pada postingan sebuah undangan, yang di posting Jannah. Nafasku tiba-tiba berhenti, tercekat di ujung tenggorokan. Langit seakan runtuh begitu saja, menimpa hatiku yang meremuk. Berulang kali aku mencubit pipi, berharap ini hanya sebuah mimpi, ‘Adaww, sakit rupanya’. Dan berulang kali aku merefresh halaman pesbuknya, berharap bukan nama kau yang tertera dalam undangan pernikahan ini. Ya Alloh, beginikah akhirnya kisah seorang pecinta yang menunggu dalam diam. Apakah cinta yang aku perjuangkan hampir dua tahun ini tidak ada artinya? Tidak layak? Kalau saja………. Ah, kerinduan tidak akan menyakitkan seperti ini.

Aku tidak punya hak sama sekali untuk menggugat takdir Tuhan, apalagi merajuk seperti anak kecil. Meski bayangan tentang dia begitu sulit dienyahkan. Cerita cinta memang tak selalu seperti novel, berliku tapi endingnya selalu bahagia. Move on bro, move on. Tidak bisa, bayangannya terlalu kuat. Aku belum siap menghadapi esok lusa. Aku ingin makan sate. Eh.

Sekarang mari kita tata hati lagi kawan, bukankah kau menulis target, dengan atau tanpa Jannah, tetap kau akan menikah dua tahun lagi (dua bulan lagi dari sekarang), ingat itu. Kau pun sebenarnya sudah tahu akan kemungkinan ini. Kau sudah benar memperjuangkan kemurnian cintamu selama ini, meski salahnya kau terlalu sering memupuk harapan hanya pada satu nama, jannah. Alloh tahu mana yang terbaik. Lakukan penglepasan. Seperti Kinanthi, yang melakukan penglepasan galaksi cintanya pada Ajuj di novel Tasaro GK yang kau baca kemarin.

Aku pun mengirimi ia surat elektronik tanda sebuah penglepasan. Terkesan bodoh memang, tapi dari pada kerinduan ini semakin menyesakkan. Semoga waktu dan orang yang tepat bisa mengobatinya.

Assalamualaikum,
Bagaimana kabarnya Jannah? Semoga Alloh selalu melindungi kita dari godaan setan.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan selamat. Minggu depan kau akan menikah kan yak? Maaf aku mungkin tidak datang, kau akan mengerti alasannya.

Kau tahu, semenjak intensnya kebersamaan kita dikepanitiaan acara kampus, di kegiatan sosial, di pelatihan-pelatihan kepenulisan. Tak bisa dipungkiri namamu mulai sering terbersit di pikiran. Lama-lama menjadi semacam virus yang susah dicari obatnya, terus berkembang bereplikasi. Lalu saya targetkan, dua tahun yang akan datang, yaitu satu bulan dari sekarang, insya Alloh akan menikahimu. Tentu kau tidak pernah saya beri tahu. Kalau belum siap, saya tidak berani.

Tapi ya gitu, Tuhan berkehendak lain. Kau akan menikah, dan saya juga sebenarnya juga menargetkan, dengan atan tanpamu, tetap akan menikah di umur saya yang ke-25. Awalnya, sebulan ini saya terus mencoba melupakanmu. Menganggap saya tidak layak denganmu. Kau berhak mendapat yang lebih baik. Tapi ya gitu, semakin kuat mencoba melupakan, semakin menghunjam rasa sakitnya. Saya bingung, malam-malam terasa semakin panjang. Dunia terasa sempit, kesehatan saya memburuk, pekerjaan saya terbengkalai.

Kau pernah baca buku Kinanthi karya Tasaro GK? Kalau belum, bacalah! Saya ingin seperti Kinanthi, melepaskan galaksi cintanya pada Ajuj. Merelakan Ajuj menikah dengan perempuan lain, meski itu sulit. Ya, dengan surat ini, saya melakukan penglepasan. Saya tidak bermaksud menambah beban pikiranmu, apalagi kau akan berbahagia sebentar lagi. Hanya, saya perlu melakukan ini. Agar kerinduan ini tidak semakin menyesakkan.

Terima kasih Jannah. Tanpa kau sadari, kau sudah banyak membuat perubahan dalam hidup saya.

Semoga kau berbahagia, dan maaf mengirimimu email yang mungkin gak penting. Tapi bagi saya, sungguh ini sangat berarti. Oya, setelah ini, saya akan pergi, menghilang dari duniamu. Menurut saya ini cara terbaik. Tolong jangan anggap saya egois.

Doakan saya juga, mungkin seminggu lagi akan mencoba melamar orang lain.
Wassalamu’alaikum.

Email, send.

Alhamdulillah, beberapa hari setelah aku kirim email itu, meski masih terbayang, aku mulai terbiasa. Baiklah, aku sudah memutuskan. Dengan teliti, aku menggeser layar telepon genggam, mencari nama kontak perempuan yang akan aku lamar hari ini. Aku gak tau akan diterima atau tidak, tapi setidaknya aku berusaha.

‘Tuuuuttttt… Tuuuutttttttt… Tuuuuuuuuttttt’ sepertinya dia lagi sibuk, telponnya tidak diangkat,
‘Tuuuuutttt… Tuuuuuuttttt… Nomor yang Anda tuju sedang sibuk’. Ya sudahlah, nanti agak siang kutelpon lagi.

Saat siang, begitu aku akan menelpon dia lagi. Dua pesan singkat masuk.
“Kak Teguh, ada apa? Maaf Kak, lagi ada acara tadi”.

Dengan cepat, langsung aku balas.
“Zahra gimana kabarnya? Saya mau melamar Zahra… Boleh saya datang ke rumah minggu depan?” Cepat-cepat saya hapus. Mosok ngelamar lewat SMS. Gak gentle. Telpon dong, telpon.
“Zahra gimana kabarnya?, saya mau telpon, boleh?”, send.

Pesan kedua, ………………………………………………………, Dada saya bergemuruh. Ngapain Jannah ngirim pesan singkat? Apa dia baru baca emailnya? Ah paling isi pesan singkatnya, cuma bilang “makasih”, atau “maaf”, atau jangan-jangan isi nya nyuru buka email, dia curhat di email balasan, lalu memutuskan membatalkan pernikahan, lalu meminta aku melamarnya. Lalu kita menikah, punya anak, bahagia dah. Ah kayanya aku kena sindrom romantisme konflik pernovelan. Lebih baik aku hapus saja isi pesannya. Tidak penting juga tahu bagaimana reaksi dia. Baik buat ku, dan juga dirinya.

Tapi sisi yang lain mengatakan, buka saja. Apapun reaksi dia, lu laki-laki, lu harus kuat, lu bakalan penasaran seumur hidup kalo lu gak buka pesan singkatnya. Okelah, keringat dingin mengucur, tangan gemetaran.  Blebb, muncul satu pesan singkat, yang membuat aku melongo seketika.

"Yang nikah sepupu gw, baca yang bener undangannya!"
Ini gw harus seneng atau malu?
‘……………………………………….’

Saung Inspira, Laladon Bogor 27 September 2013.



9 komentar:

  1. keren ceritanya, bhasax mulai mengalir,,, dan bkin ngakak,hahaha
    good

    BalasHapus
  2. iya iya, sepakat sama mbak ifah. bahasanya lebih "ngalir". eh tapi sebenernya menurut saya tulisannya mas imam yg sebelumnya emang udah begini kok. contohnya yg saya baca pertama kali "untuk hana", itu sampe saya pikir kisah nyata, curhat gitu di blog. hehe.. saya suka kalimat ini, "tapi ya gitu," meskipun diulang2 tp kesannya kayak ngomong secara langsung. hehe..

    BalasHapus
  3. oh ya satu lagi, yang bener itu "penglepasan" atau "pelepasan" sih? hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, klo sma berarti belum ada peningkatan tulisan saya ni. Mari terus belajar..
      Penglepasan, sukanya itu. Hehe,

      Hapus
  4. Ini nih tulisan calon penulis hebat... bagus.. mengalir dan indah.. semangat..

    maaf ya Imam, baru sempet mampir..

    BalasHapus
    Balasan
    1. asikk, di puji sama bang syaiha, si penulis buku hebat itu, hehehe.. blog abang bagus, tersihir ane baca nya. nulis nulis nulis

      Hapus
  5. haha, bang Imam., saya ngakak bacanya, iya ih seperti curhatan euy,. keep writing!
    (saya ngakak baca di kantor, yg lain pada penasaran dan ikut baca loh) :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, coba baca cerpen selanjutnya, masih kaya curhatan dak?,
      semangat sipp, mozaik 5 kapan keluarnya di blog mu?

      Hapus