Laman

Rabu, 02 Oktober 2013

Aa akan selalu menemani adik, selalu


"Bang, bukankah kita merampas hak orang lain? merampas hak PT?" ujar Ayu pelan, tapi intonasinya tegas. Seperti kata pertama yang dikeluarkan para pendebat. Tidak mengintimidasi, justru memancing diskusi yang lebih dalam, hebat dan panas. Sayang, tipe suaminya bukanlah tipe penggubris debat. Tak menarik baginya berludah-ludah membicarakan sesuatu yang seharusnya bisa cepat terselesaikan dengan action. Pokoknya suaminya Ayu adalah penganut talk less do more sejati.

"Tenang saja neng, kita tidak merampas hak PT, kita dengan PT sama. Memanfaatkan anugrah yang Tuhan berikan, PT aja yang serakah pengin nguasain 65ribu hektar tanah ini." Ucap suaminya seraya menyeruput kopi yang dibuatkan Ayu. ‘Puuuss’, asap rokokk mengepul dari hidungnya. Itulah kesukaan suami Ayu. Menghisap rokok kuat-kuat, simpan asap dalam mulut, lanjut menyeruput kopi, dan asap baru dikeluarkan. Aneh.

Seperti tersiram air dingin di musim panas, adem. Bagi Ayu, kata-kata suaminya yang bermarga medan ini selalu adem didengar. Kata-kata jua lah yang rupanya dulu berhasil memecahkan kekerasan hati Ayu untuk mau menikahi seorang petani.

"Yasudah, neng ikut abang aja, neng percaya sama abang", keduanya lalu berjalan beriringan ke kamar, dengan menggendong bayi kecil mereka tentunya. Aiih, lengkap sudah kebahagian mereka tahun ini. Tanaman sawit yang mereka tanam, kini mulai bisa di panen. Bayi yang mereka harapkan 4 tahun ini, berhasil lahir dengan wajah menyejukkan siapa yang memandang. Pun dengan status lahan konflik ini, PT tidak lagi memepermasalahkan dan mengganggu mereka lagi. Berdamaikah? atau sebuah pertanda?.

Ya, Heru, suaminya Ayu, adalah kepala dusun yang baru dibentuk 3 tahun ini. Belum resmi, hanya pengakuan dari beberapa kepala keluarga saja, ia sudah bisa menjadi kepala dusun. Heru meski menurut Ayu, istrinya- adalah seorang yang lembut terhadap keluarga. Sejatinya adalah berperangai kejam saat di luar. Ia tidak segan menyuruh anak buahnya yang juga adalah penduduknya untuk membakar fasilitas milik PT kalau terendus PT kan menggusur lahan mereka. Sungguh, ia tidak segan, bahkan kalo harus membunuh para security kacangan milik perusahan yang sering petantang petenteng ngelihatin mereka, nothing problem.

di sisi yang lain.
Pak Sigit, seorang General manager baru dari perusahaan karet yang memiliki ijin konsesi 65ribu hektar di wilayah Jambi Sumatera, geram dengan ulah Heru dan kawan-kawannya yang terus mempeluas daerah rambahan. Bahkan mulai menjual-jualnya. Karakter pak Sigit, berbeda dengan tipe GM sebelumnya yang cenderung lembek menghadapi perambah. Ia lebih suka tegas, tanpa basa basi, terencana dan terukur keberhasilannya. Jadi bukan tanpa alasan direktur utama di Jakarta memberhentikan GM sebelumnya, dan membujuk pak Sigit yang sedang naik daun menggantikannya. Meski tidak sedikit gaji yang harus di keluarkan. Tapi akan sebanding dengan perubahan yang ia canangkan kedepan. Ya, akan sebanding. lihat saja.

di sisi yang lain lagi.
Zaini, mengusap peluh berulang kali di pelipisnya. Misinya memang sudah sering dilakukan. Tapi entah, untuk kali ini dia ragu. Ada perasaan tidak enak menyelimuti. Zaini mempunyai misi rahasia yang ditugaskan perusahaan pada ia dan 2 temannya, Ucok dan Mori. Seperti di film-film itulah misi rahasianya.

Mereka mengendap-endap dalam pekat malam. Tidak ada bulan dan bintang. Hanya desir angin, jangkrik dan gemeresik dedaunan yang mengintip. Zaini melangkah pasti menyusul ke dua rekannya, berbaju hitam-hitam, dengan muka tertutup slayer, juga hitam. Sebilah pisau tersemat di pinggang kanan, sementara pistol HK 45 yang sudah dipasangi peredam dia bawa menggunakan tangan kanannya, selalu dalam posisi siap menembak. Sebenarnya misinya adalah penculikan, tapi kalo terjadi hal di luar rencana, ke tiga brimob berpengalaman ini diperbolehkan menggunakan senjatanya. Hilang tanpa jejak, begitu slogan mereka.

Rumah target sudah terlihat. Ucok dengan sigap berjalan paling duluan, bersembunyi di balik pohon karet, sambil sesekali melihat ke arah rerumahan, memastikan tidak ada pergerakan apapun yang mencurigakan. Jempol kanan terangkat. Sebuah tanda untuk Zaini dan Mori agar beringsut menghampiri Ucok. Setelah memberi kode aba-aba ini itu, Ucok kembali paling duluan berlari kecil tapi teratur mendekati rumah berbilik Kayu, beratap seng dan berpagar jemuran. Ucok melongok ke dalam rumah dari celah jendela dan membukakanya pelan-pelan, orang rumah lupa ngunci sepertinya. Ucok kembali mengacungkan jempolnya ke udara. Beberapa menit kemudian, Zaini dan Mori sudah berada di samping ucok, lalu paling duluan melompati jendela dengan mudah. Zaini yang duluan masuk rumah, berjinjit kecil di atas lantai bersemen mencari kamar si empunya rumah. Ucok tetap waspada di luar, memantau situasi kondisi.

Kamar si mpunya hanya berpintu tirai. Zaini perlahan menyibakkan pintu dengan ujung HK 45 nya. Mori mengikuti dari belakang. Kondisi di dalam sedikit gelap, tapi mata kedua orang ini masih tetap awas, terlatih dan terbiasa dalam kegelapan. Dalam kamar yang berukuran 2x3 meter ini hanya ada dipan yang tidak terlalu lebar, cukup untuk dua orang. Mori mengeluarkan box berisi jarum suntik dari saku celana kargonya. Tanpa peringatan, ia langsung menususukan jarumnya tepat di urat lengan target. ‘bleb’ dosis melumpuhkan satu gajah cukup membuat target pingsan beberapa hari.

Hanya dengan satu gerakan senyap, Zaini mengangkat target yang entah tidur atau pingsan kedalam gendongannya. ‘Dukk,’ kepal tangan Zaini tidak sengaja meninju sesuatu seperti bayi di samping target. Sontak si bayi meraung kencang, memancing si ibu untuk mem-pause mimpinya.

"Ayu?, ucap Zaini pelan, menatap lamat2 dalam kegelapan kepada perempuan yang setangah sadar meraih bayi di sampingnya dan memberikan si bayi minum dengan gumpalan dada sebelah kirinya.

"apa yang kalian lakukan?" ujar Ayu setengah berteriak saat kesadarannya kembali. Refleks Mori menyuntikan obat bius ke tangan Ayu juga ke kaki kiri si bayi. Sungguh itu adalah gerakan refleks hasil dari latihan berulang-ulang dari metode pertahanan diri wajib militer. Zaini ingin sekali menendang Mori saat itu. “Kenapa bayi nya juga harus di suntik?” Lihatlah, mereka berdua terkulai lemah di kasur.

“Refleks zen, refleks, maafin gw” ujar mori menyesal.

Terdengar 2 ketukan khas dari luar, tanda dari Ucok, kalau ada orang yang akan datang. Zaini dan Mori bergegas keluar kamar, melewatkan target dari jendela, di pangku Ucok, lalu masih mengendap-ngendap berlari kecil ke arah KLX yang mereka simpan di ujung kebun.

“Brum”, suara KLX berderum meninggalkan perkebunan karet alam milik perambah itu. Mission complete. Selanjutnya target diserahkan kepada brimob lainnya untuk sebuah misi lainnya.

"target akan diapakan ini bang?" tanya Zaini pelan saat menaikan target ke dalam mobil strada milik PT.
"lu tau sendiri bakal diapain ini target",ucap brimob pemegang misi selanjutnya dengan seringai licik.

5 tahun kemudian
Kalian tahu, semenjak penculikan itu, kegiatan perambahan masih tetap berjalan. Tapi tidak sesulit dikendalikan saat ada Heru. Kebanyakan para perambah ketakutan saat mendapati Heru hilang. Mereka kembali ke daerah masing-masing, termasuk Ayu dan bayinya.

Dalam bis Karunia Bakti, Zaini menatap langit dengan perasaan gundah. Baru kali ini setelah 5 tahun yang lalu ia berani pulang ke kampung halamannya. Di terminal Guntur ia berhenti, terminal bis satu-satunya di Kabupaten Garut. Ia menaiki angkot berwarna kuning. Setengah jam kemudian berhenti di sebuah jalan desa bertulisan Desa Cinisti pada Plang nya.

Sekitar 500 meter, ia berjalan terus ke dalam desa, melewati rerumah dan sesawah yang terhampar di kiri kanan jalan. Langkahnya terhenti di depan rumah yang bertingkat 2 dengan kaca jendela yang berukuran super big, seakan dindingnya hanya kaca itulah. Ia menarik nafas dalam-dalam, memantapkan diri dan mengucap salam. Seorang wanita tua menjawab salam, membukakan pintu, tertegun sebentar, lalu menghambur memeluk Zaini. Pelukan hangat yang dulu juga ia rasakan saat hendak merantau mengejar impian menjadi Brimob.

"maafkan aku ibu"ucapnya lirih.
"sudahlah, yang penting kamu bisa pulang kesini lagi, Ayu membutuhkan kamu sekarang, Ayu butuh motivasi aa nya "

Miris, lihatlah, siapa yang tidak miris melihat seaong bocah berumur 5 tahun tertatih berjalan menggunakan tongkat. Kaki kirinya teramat kecil dibanding kaki kanannya. Tangan kanan si bocah tersodor, ingin menyalami Zaini.

Lihatlah juga, di kursi kayu, seorang perempuan menatap sendu wajahnya, atau lebih tepatnya ia hanya menatap kosong, seperti tidak kenal aa nya, atau memang memutuskan tidak pernah kenal lagi?, Entahlah.

Zaini mematung, kaku, tidak mendengar bahwa dari tadi ibunya mempersilahkan Zaini makan. Ia menatap lekat-lekat perempuan di depannya. Perasaan bersalah menyeruak menyesakkan dadanya. Zaini melangkah gontai menghampiri Ayu, memegang tangannya lembut. Yang dipegang menatap sebentar lalu memandang keluar jendela lagi. Cahaya kehidupan telah hilang dari wajahnya.
"akan aa balas kesalahan aa dik. Aa akan selalu menemani adik, selalu"


Saung inspira, Laladon Bogor, 2 Oktober 2013

9 komentar:

  1. Berarti si Ayu orang sunda ya? Haha.. *salah fokus*
    Ceritanya bagus mas, as usual. Gak ketebak endingnya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. berharap ayu nya orang medan yak?, hehehe,
      gimana gimana ada peningkatan dak sama tulisan sebelumnya?, plis bantaian nya

      Hapus
    2. waduh.. kalo mengenai dunia kepenulisan saya "buta" mas, hehe.. :3
      cuma penikmat saja.

      Hapus
  2. kalo yg ini tak seperti curhatan bang, yang sebelumnya itu di awal cerita sepertinya kau membuka kisahmu sendiri, hehe,
    mengenai mozaik 5 milikku masih belum dipublikasikan, wah ternyata baca juga toh, jd malu, tulisannya amatir gila, hehe :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. sengaja, cara menulisnya ala curhatan, masih nyari2 teknik menulis yang enak.
      eh, udah bagus ko buatan mu, enak di baca.

      Hapus
    2. Okeh, koment, pake account yang slah

      Hapus
    3. sip, keep writing,
      and waiting for your book., :)

      Hapus
  3. gambarnya sama dengan gambar tulisan sebelumnya.

    BalasHapus
  4. Ini knpa fokusnya ke gambar, ok, yg gambar pesannya, ingin teriak untuk melakukan penglepasan, yg kedua,ingin teriak mrlepaskan beban kesalahn.

    BalasHapus