Laman

Kamis, 03 Juli 2014

Perpisahan, Dengan Apa Adanya Aku

Suatu ketika saya menulis (mungkin) sebuah puisi untuk umi Nisa. Judulnya perpisahan.

Perpisahan

Kamu terus menatapku
Menembus kaca jendela kotak beroda enam ini
Membuat gigi bergemeretuk
Menahan rasa ingin memeluk.

Aku tidak suka mengatakan ini perpisahan.
Perpisahan itu bukanlah karena perjalanan yg jauh,
Atau karena ditinggal orang tercinta,
Bahkan, kematian pun bukanlah perpisahan,
sebab kita pasti akan bertemu di akhirat.

Perpisahan itu adalah,
Jika salah satu diantara kita di surga dan yg lain di neraka.

Maka, biar hati ini bertaut kembali
Melalui doa-doa yang terucap seperti cerita awal kita dulu
Tak perduli jarak merenggangkan
Yakin nanti, rindu akan menemukan muaranya.

Aku harus kuat, kamu pun.
Memperjuangkan apa yang telah menjadi niat kita berani melangkah bersama.
Melakukan apapun yang akan membuat kita saling mengasihi karena Allah.
Ya,
Allah,
Adalah tujuan kita hidup.

Umi,
Abi sayang umi,
Semoga kenikmatan ini tidak melenakan.
Dan semoga di akhirat nanti,
Kita tidak berpisah,
Bersama di surga Nya.
Aamiin

Setelah saya kirim tulisan ini ke umi Nisa, beberapa lama kemudian, umi Nisa membalas dengan Tulisan ini,

Dengan Apa Adanya Aku

Aku pernah berpikir, "Apakah aku bisa mencintai seseorang?"
Bahkan setelah ada kamu di sampingku secara nyata
Aku masih saja berpikiran sama

Cinta: itu kata asing bagiku
Terhadap keluarga dan kawan selama ini pun, entah apakah yang kulakukan membuktikan bahwa aku cinta mereka

Maka denganmu, maaf kalau aku masih menyangsikan diri

Yang kubaca dan kudengar
Bukti cinta adalah kata-kata indah, hadiah mahal, bepergian ke tempat romantis, makanan terlezat, malam berdua, selalu setia di samping pasangan

Jika memang benar bukti adalah mereka
Maaf harus kukatakan, aku tidak punya
Aku miskin dalam membuktikan cinta
Aku hanya punya keberadaanku
Aku hanya punya telinga yang siap mendengarkan
Aku hanya punya mata yang selalu menatap
Aku hanya punya mulut yang berlirih namamu di setiap sholat

Aaah, bahkan doa ku pun tidak sesempurna para ulama, aku hanya bisa berdoa dengan kata sederhana

Aku hanya punya hidung yang kembang kempis tiap kali kamu menggoda
Aku hanya punya hati yang ingin selalu kujaga ada kamu di dalamnya

Eh tunggu
Bahkan telinga, mulut, mata, hidung dan hatiku pun bukan punyaku

Aku tidak punya apa-apa
Mencintaimu
Aku tidak punya modal apa pun
Aku hanya bisa mencintaimu dengan apa adanya aku

Terima kasih karena sudah menerima
Terima kasih sekali, Abi
Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam

Makasi ya umi. Makasi banyak, kita sama-sama sedang belajar mencintai karena Allah. Semua butuh proses, butuh perjuangan, butuh pengorbanan, butuh waktu, hingga kelak Cinta kita bisa menjadi modal untuk masuk surga Nya. Bukankah dua orang yang saling mencintai karena Allah akan mendapat naungan Nya di akhirat kelak? Insya Allah.

mess putra LAJ Jambi, 3 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar