Laman

Senin, 06 Mei 2013

Teh susunya terlalu manis

Teh susunya terlalu manis
Denting sendok tak pernah mengeluh saat dipaksa beradu dengan cangkir. Berputar membuat tornado kecil dalam air teh bercampur susu kental.Dengan sigap dan sunggingan senyum termanis yang dipunya, ia angkat secangkir teh susu itu menggunakan nampan lalu disimpannya di meja putih yang sama hamper di setiap pagi. Dan tatapan itu pun bertemu kembali, tatapan 10detik. Cobalah kau hitung dengan timer, pasti tak pernah sekalipun meleset dari 10detik. Hanya bersitatap, tak pernah ada percakapan antara pegawai kantin dan seorang  security disebuah perkebunan swasta itu. Tapi aduhai 10detik saja sudah cukup bagi mereka untuk menghentikan bumi berputar. Cukup jua untuk mencharge batere kerinduan di hati masing-masing. 

Tepat pukul 12.00, suhu 32 derajad celcius seakan tak terasa terik saat dengan anggunnya ia berlari-lari kecil mengantarkan bekal makanan ke pos security di samping pintu gerbang masuk. Padahal jaraknya hampir 500 meter lho. Tak pernahs ekalipun ia mengeluh. Lalu setelah menunggu seseorang yang special menghabiskan bekal makanan yang ia bawa, ia kembali ke kantin dibersamai seseorang itu, dan tetap tak ada percakapan. Saat sampai di kantin, entah kenapa yang biasanya seseorang itu langsung pergi ke masjid untuk solat, disiang itu ada sesuatu yang membuat empat mata begitu rindu ingin bersitatap.

“aku ingin melamarmu” ucap seseorang  yang begitu special bagi janda beranak satu itu begitu lirih dan melembutkan hati. Nama seseorang itu adalah putra, sedangkan yang perempuan bernama iin.
Jikalau boleh, sebenarnya ingin sekali iin berhambur memeluk lelaki di depannya, namun seperti  10detik yang ia lewati setiap pagi, rasa malu mengalahkan keinginannya. Hanya anggukan dan senyuman paling manis yang ia lakukan untuk mewakili kata “iya bang, ayuk iin mau”

Aduhai tiba-tiba salju seakan turun dan menyejukan dua hati manusia disiang terik ini. Keduanya tertunduk malu,
“besok saat abang off, abang mau kerumah ayuk iin boleh?” Tanya putra lagi. Anggukan dan senyum lebih manis kembali ia lakukan untuk mewakili kata “iya bang, boleh”

Adzan dzuhur yang berkumandang dari masjid satu-satunya di perkebunan ini, memecahkan fantasi masing-masing tentang apa yang akan terjadi setelah lamaran ini, dankeduanya berpikiran sama, kedepan hari-hari akan semakin menyenangkan.

**
Bentrokan sudah takterelakan lagi, sungkur yang sedari tadi ia pegang sudah berkelebat tak tau arah tujuan, agar perambah hutan yang tergabung dalam organisasi Serikat Petani Indonesia ini tak berani mendekat pikirnya. Suasana terlanjur ricuh, dua orang dari SPI dan dari security terjerembab bersimbah darah menambah beringas setiap orang, BRIMOB yang tugasnya mengawal malah paling duluan mengambil langkah seribu, diikuti security lainnya yang kesemua umurnya masih 20an, sopir mobil yang sudah gemetaran dari tadi, langsung tancap gas begitu diteriaki tak karuan, tak sempat lagi memeriksa kalo ternyata ia dankepala security masih tertinggal danmalah masih berjuang menahan gempuran SPI.

“PUTRA, yang lain udah padakabur, hayo cepat kita kabur juga”teriak pak genta sambil berlari menuju 2 motor yang ditinggalkan security, setelah menghindari tebasan parang, putra dengan sigap loncat kejok motor yang langsung melaju kencang menjauh.

Cemas melingkupi hati iin, udara dari air conditioner mobil meski sejuk tetap tak mampu mendinginkan pikirannya yang meletup-letup, bayangan seseorang yang tadi siang mengucapkan kata terindah yang pernah ia dengar terus saja menusuk-nusuk memori otaknya, sampai saat ini, tak ada kabar mengenai putra semenjak security yang lain sudah pulang ke mess, bertanya pun jawabanya masih simpang siur, lantunan doa coba ia paksakan untuk mendinginkankekalutan pikirannya.

**
Kondisi mess semakin rumit, BRimob dan security sudah kembali dan setiap orang di perusahaan ini langsung di arahkan untuk bersiap siaga dan diharuskan membawa senjata apapun. Ditakutkan perambah menyerang membalas dendam ke mess. Berkaca pada pengalaman 2011 lalu, pernah terjadi hal yang serupa. Mess dankantor dibakar tak bersisa, satu orang dibacok dan dibakar hidup-hidup. Akhirnya general manager memutuskan untuk mengungsikan seluruh karyawan keperusahaan tetangga. Mobil berjejer menderum membuat suasana menjelang magrib menjadi dramatis.

10 menit setelah mobil evakuasi yang ditumpangi iin berangkat, pa genta dan putra sudah sampai di mess, darah terus mengalir dari perut samping putra. Rupanya tak semua tebasan parang bias ia hindari.
BRUKKK, tak sempat turun dari motor, kepala putra jatuh menghantam tanah membuat semua yang melihat berlarian menolong. Wajahnya semakin pucat kehabisan darah. Tanpa piker panjang, pa genta langsung memasukan putra kedalam mobil 4WD milik perusahaan.

“ini masalah nyawa, saya ambil resiko untuk menerabas jika memang nanti ada SPI mencegat” ucap pak genta mengambil kunci dari bang ucok.Ditemani pa imam, bertiga langsung tancap gas menuju rumah sakit di kota. Hujan rintik-rintik turun membuat jalanan menjadi berlumpur. Pa genta yang sudah terbiasa membawa mobil terus melaju kencang tidak berpengaruh meski gelap memekat.

**
Satu pesan yang membuat iin kembalib ersemangat, setelah beberapa kali pingsan saat mendengar kondisi terakhir putra, pesan itu datang. Melalui mulut pa imam yang ngos-ngosan berlarian menghampiri iin yang masih terbaring di klinik perusahaan tetangga.

“ayuk iin, ayuk iin” teriak pa imam yang merupakan kawan dekat putra memanggil-manggil dari luar klinik. Yang dipanggil menatap kosong langit-langit,
“ayuk iin, ada pesan dari bang putra”teriak pa imam lagi membuat bebrapa orang dari dlam klinik berhambur keluar, termasuk iin.
“bang putra berpesan,, sini abang bisikan”, iin lalu menghampiri pa imam dan mendekatkan telinga kanannya.

Senyuman paling indah kembali tersungging manis di wajah iin, berulangkali ia memeluk dan mengucapkan terima kasih pada pa imam. Beberapa orang termasuk yang membaca cerpen ini ikut tersenyum bingung tidak mengerti. Mau aku ceritakan om apa yang dibisikan pa imam?

Yaudah nih kalo maksa,,,
Pa imam bilang “ayuk, kalou dah jadi istri abang, tehnya jangan kebanyakan susu, terlalumanis”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar