Laman

Jumat, 10 Mei 2013

Antara selingkuh dan serangan gajah

Hari itu tidak banyak yang kami kerjakan, hanya motelin jagung hasil agroforestry di sebuah tenda militer milik sebuah perusahaan karet di Jambi. Obrolan pun mengalir menambah hangat mentari yang baru dua jam bergerak dari ujung timur.

Singkat cerita, saya bertanya mengenai gajah-gajah yang sering merubuhkan pohon akasia milik perusahaan tetangga, atau gajah-gajah yang kebetulan lewat perkampungan terdekat dan menghancurkan beberapa sawit milik warga. Rupanya, ada cerita menarik yang bisa saya korek disini. Berawal dari serangan gajah, lalu ada geraman harimau, penyucian kampung, hingga semua dikaitkan dari masalah rumah tangga (read perselingkuhan). Baiklah, pengen tau?, nyok mari kita kupas setajam jamur upas,, hehehe

Adalah dusun pemberian yang merupakan dusun terdekat dari perusahaan Lestari Asri Jaya ini. terdapat tiga blok dan 8 RT, blok tersebut adalah blok Bengkulu, blok sisip, dan blok tugu linggau. Kesemuanya dinamakan seperti nama kota, karena memang daerah sini, banyak warga transmigrasi. Orang Jambi asli pun masih ada, namun mereka lebih banyak tinggal di dusun lain yang masih satu desa dengan dusun pemebrian. Rumah-rumah atau malah lebih mirip gubuk disini masih belum permanen (dari kayu dengan lantai tanah). Antara satu rumah dengan rumah lain berjarak sekitar 100 meter. Biasanya di tanami karet atau sawit (paling kecil satu rumah memiliki 3 hektar lahan). Listrik jelas belum masuk disini. Kalau tidak pake jenset, ya pake cempor. Jadi saat pertama kali saya kesini, suasana begitu senyap, sepi dan damai. Saat malam menjelang, titik-titik terang kecil terlihat menyaingi titik-titik gemintang di langit, menyejukan mata yang memandang.

harus nyebrang sungai, eh nyemplung ding, untuk sampe ke dusun pemberian, 30 menit naek motor dari PT,
contoh rumah "gubuk" di dusun pemberian
kalo dalem rumah, ada yang setinggi orang dewasa atapnya
sawit milik warga, yang minimal 3 hektar tea satu keluarga
jalan di pemberian, tanah agak keras, tapi kalo ujan, berlumpur
senja di dusun pemberian

Di dusun yang termasuk ke dalam desa sungai abang ini, hukum adat masih di pegang teguh oleh warganya. Sehingga, di bentuklah kepala dusun dan kepala adat. Saat ini kepala dusun dipegang oleh pak Nainggolan, dan kepala adat dipegang oleh datuk Rustam. Salah hatu hukum adat yang dipercaya di desa sungai abang adalah,
“apabila ada perempuan dan laki-laki berhubungan di luar nikah, maka diwajibkan untuk dilakukan pencucian kampung”

Nah, ada satu kejadian menarik yang berhasil diceritakan oleh ibu sopi’ah, warga pemberian yang bekerja di bagian LITBANG LAJ ini.

Namanya pak kulit, warga pemberian yang membawa kabur seorang istri dari suami di dusun pemberian. Tidak tanggung-tanggung, 3 bulan sang istri dibawa kabur ke Palembang. Mungkin kalau tidak dicari dan dijemput, bisa lebih lama lagi. Kenapa harus dijemput?, karena setelah kejadian tersebut, gajah yang biasanya hanya lewat kampung begitu saja, tiba-tiba jadi brutal dan menghancurkan kurang lebih tiga hektar sawit. Selain itu, beberapa malam, sebelum penyerangan gajah, dekat rumah pak kulit (yang dijadikan tempat selingkuh) selalu terdengar geraman harimau di malam hari meski tidak pernah nampak wujudnya. Adat mengatakan, bahwa mbah gajah marah karena kampung telah menjadi kotor, sehingga tidak kurang dari 30 gajah menyerang perkebunan warga. Pernah juga terjadi dimana gajah langsung menghancurkan rumah yang dijadikan tempat berselingkuh. Geraman harimau dipercaya sebagai tanda untuk warga lain bahwa kampung telah menjadi kotor. Sehingga harus segera di sucikan agar mbah gajah tidak menyerang.
Proses penyucian kampung, didahului dengan acara slametan berupa pemotongan sapi (WAJIB, kalo gak motong, kampung tetep kotor, jadi harus usaha hingga dapat) yang dipimpin oleh kepala adat. Semua warga diperbolehkan datang dan menyantap sapi yang sudah dimasak. INGAT, jika anda datang ketempat slametan dan tidak makan daging sapi yang dihidangkan, anda akan didenda oleh hukum adat. Seperti yang terjadi pada kepala desa yang lupa tidak menyantap daging sapi. Beliau di denda harus motong 1 kambing. (jadi kalo kamu gak suka daging sapi, jangan datang dah).

nih serangan gajah, kulit batang akasia abis, trus akhirnya di robohkan, merugikan dah

Setelah pemotongan sapi, si istri dan suami harus nikah lagi. Istilahnya disini bangun nikah. Si suami harus menyediakan mas kawin kembali, ijab qabul ulang dan bayar saksi juga wali (macam sudah cerai saja). Kalau semua sudah dilakukan, barulah dipercaya kampung sudah suci.

Nah, rupanya eh rupanya, beberapa waktu lalu terjadi kembali peristiwa perslingkuhan. Hanya saja, si suami cepat menangkap basah, dan aparat dusun serta kepala datuk segera membereskan dengan mendenda si istri dan si laki-laki yang selingkuh dengan uang masing-masing dua juta. Uang tersebut akan di jadikan modal pembangunan dusun, dan sebagian disimpan dalam kain putih oleh kepala adat. Dan rupanya eh rupanya, si istri masih tetap selingkuh dengan si laki-laki. Maka pembaca sudah bisa menebak apa yang terjadi, dan kali ini, rumah datuk pun ikut dihancurkan gajah.

Baiklah, sebenarnya bagi saya semua ini tidak masuk logika. kok bisa gajah atau harimau mencium bau perselingkuhan. Udah macam wartawan selebriti saja gajah nih. Tapi, mungkin memang ada hal-hal gaib yang banyak tidak kita ketahui. Apalagi di hutan alas yang hukum adat masih kuat, Mistik dan mitos masih mudah bersliweran. So, dimana bumi di pijak, disitu langit di junjung. Kita tidak boleh bertindak sembarangan. Dan INGAT, Alloh tetap yang harus kita percayai dan dijadikan pegangan.
                                                        
Barak no 12 LAJ JAMBI. 9 Mei 2013, 

5 komentar:

  1. ekologi bukan perkara tanaman dan hewan saja memang, manusia juga (baik perlindungan secara langsung maupun gak langsung, contohnya ya macam selingkuh2 itu). kasus di gunung mas juga sama, banyak yang pacaran dan berbuat mesum di kebun teh (sialnya gue lihat sendiri, astaghfirullah), alhasil teh-nya habis ludes dimakan ulet. azab azab --'

    BalasHapus
  2. yayaya, walaupun masih belum mengerti, secara tidak langsung alam mengerti dengan tingkah kotor manusia, membuat ia bertindak sebelum kekotoran mewabah seperti penyakit,

    BalasHapus
  3. hanya Allah Yang Maha Tahu dengan segala caranya.. eh kak, gue udah nonton taare zameen par. wah emang film bagus banget itu!

    BalasHapus
  4. payah nih baru nonton, eh, artikel mu yang papandayan baru part 1 doang ya?

    BalasHapus
  5. my blog is up date now, bro!

    BalasHapus