Singkat cerita, saya bertanya mengenai gajah-gajah yang
sering merubuhkan pohon akasia milik perusahaan tetangga, atau gajah-gajah yang
kebetulan lewat perkampungan terdekat dan menghancurkan beberapa sawit milik
warga. Rupanya, ada cerita menarik yang bisa saya korek disini. Berawal dari
serangan gajah, lalu ada geraman harimau, penyucian kampung, hingga semua
dikaitkan dari masalah rumah tangga (read perselingkuhan). Baiklah, pengen
tau?, nyok mari kita kupas setajam jamur upas,, hehehe
Adalah dusun pemberian yang merupakan dusun terdekat dari
perusahaan Lestari Asri Jaya ini. terdapat tiga blok dan 8 RT, blok tersebut
adalah blok Bengkulu, blok sisip, dan blok tugu linggau. Kesemuanya dinamakan
seperti nama kota, karena memang daerah sini, banyak warga transmigrasi. Orang Jambi
asli pun masih ada, namun mereka lebih banyak tinggal di dusun lain yang masih
satu desa dengan dusun pemebrian. Rumah-rumah atau malah lebih mirip gubuk disini
masih belum permanen (dari kayu dengan lantai tanah). Antara satu rumah dengan rumah
lain berjarak sekitar 100 meter. Biasanya di tanami karet atau sawit (paling
kecil satu rumah memiliki 3 hektar lahan). Listrik jelas belum masuk disini. Kalau
tidak pake jenset, ya pake cempor. Jadi saat pertama kali saya kesini, suasana
begitu senyap, sepi dan damai. Saat malam menjelang, titik-titik terang kecil
terlihat menyaingi titik-titik gemintang di langit, menyejukan mata yang
memandang.
harus nyebrang sungai, eh nyemplung ding, untuk sampe ke dusun pemberian, 30 menit naek motor dari PT,
contoh rumah "gubuk" di dusun pemberian
kalo dalem rumah, ada yang setinggi orang dewasa atapnya
sawit milik warga, yang minimal 3 hektar tea satu keluarga
jalan di pemberian, tanah agak keras, tapi kalo ujan, berlumpur
senja di dusun pemberian
Di dusun yang termasuk ke dalam desa sungai abang ini, hukum
adat masih di pegang teguh oleh warganya. Sehingga, di bentuklah kepala dusun
dan kepala adat. Saat ini kepala dusun dipegang oleh pak Nainggolan, dan kepala
adat dipegang oleh datuk Rustam. Salah hatu hukum adat yang dipercaya di desa
sungai abang adalah,
“apabila ada perempuan dan laki-laki berhubungan di luar
nikah, maka diwajibkan untuk dilakukan pencucian kampung”
Nah, ada satu kejadian menarik yang berhasil diceritakan
oleh ibu sopi’ah, warga pemberian yang bekerja di bagian LITBANG LAJ ini.
Namanya pak kulit, warga pemberian yang membawa kabur
seorang istri dari suami di dusun pemberian. Tidak tanggung-tanggung, 3 bulan
sang istri dibawa kabur ke Palembang. Mungkin kalau tidak dicari dan dijemput,
bisa lebih lama lagi. Kenapa harus dijemput?, karena setelah kejadian tersebut,
gajah yang biasanya hanya lewat kampung begitu saja, tiba-tiba jadi brutal dan
menghancurkan kurang lebih tiga hektar sawit. Selain itu, beberapa malam,
sebelum penyerangan gajah, dekat rumah pak kulit (yang dijadikan tempat
selingkuh) selalu terdengar geraman harimau di malam hari meski tidak pernah
nampak wujudnya. Adat mengatakan, bahwa mbah gajah marah karena kampung telah
menjadi kotor, sehingga tidak kurang dari 30 gajah menyerang perkebunan warga.
Pernah juga terjadi dimana gajah langsung menghancurkan rumah yang dijadikan
tempat berselingkuh. Geraman harimau dipercaya sebagai tanda untuk warga lain
bahwa kampung telah menjadi kotor. Sehingga harus segera di sucikan agar mbah
gajah tidak menyerang.
Proses penyucian kampung, didahului dengan acara slametan berupa
pemotongan sapi (WAJIB, kalo gak motong, kampung tetep kotor, jadi harus usaha
hingga dapat) yang dipimpin oleh kepala adat. Semua warga diperbolehkan datang
dan menyantap sapi yang sudah dimasak. INGAT, jika anda datang ketempat slametan
dan tidak makan daging sapi yang dihidangkan, anda akan didenda oleh hukum
adat. Seperti yang terjadi pada kepala desa yang lupa tidak menyantap daging
sapi. Beliau di denda harus motong 1 kambing. (jadi kalo kamu gak suka daging
sapi, jangan datang dah).
nih serangan gajah, kulit batang akasia abis, trus akhirnya di robohkan, merugikan dah
Setelah pemotongan sapi, si istri dan suami harus nikah
lagi. Istilahnya disini bangun nikah. Si suami harus menyediakan mas kawin
kembali, ijab qabul ulang dan bayar saksi juga wali (macam sudah cerai saja).
Kalau semua sudah dilakukan, barulah dipercaya kampung sudah suci.
Nah, rupanya eh rupanya, beberapa waktu lalu terjadi kembali
peristiwa perslingkuhan. Hanya saja, si suami cepat menangkap basah, dan aparat
dusun serta kepala datuk segera membereskan dengan mendenda si istri dan si
laki-laki yang selingkuh dengan uang masing-masing dua juta. Uang tersebut akan
di jadikan modal pembangunan dusun, dan sebagian disimpan dalam kain putih oleh
kepala adat. Dan rupanya eh rupanya, si istri masih tetap selingkuh dengan si
laki-laki. Maka pembaca sudah bisa menebak apa yang terjadi, dan kali ini,
rumah datuk pun ikut dihancurkan gajah.
Baiklah, sebenarnya bagi saya semua ini tidak masuk logika.
kok bisa gajah atau harimau mencium bau perselingkuhan. Udah macam wartawan
selebriti saja gajah nih. Tapi, mungkin memang ada hal-hal gaib yang banyak
tidak kita ketahui. Apalagi di hutan alas yang hukum adat masih kuat, Mistik
dan mitos masih mudah bersliweran. So, dimana bumi di pijak, disitu langit di
junjung. Kita tidak boleh bertindak sembarangan. Dan INGAT, Alloh tetap yang
harus kita percayai dan dijadikan pegangan.
Barak
no 12 LAJ JAMBI. 9 Mei 2013,
ekologi bukan perkara tanaman dan hewan saja memang, manusia juga (baik perlindungan secara langsung maupun gak langsung, contohnya ya macam selingkuh2 itu). kasus di gunung mas juga sama, banyak yang pacaran dan berbuat mesum di kebun teh (sialnya gue lihat sendiri, astaghfirullah), alhasil teh-nya habis ludes dimakan ulet. azab azab --'
BalasHapusyayaya, walaupun masih belum mengerti, secara tidak langsung alam mengerti dengan tingkah kotor manusia, membuat ia bertindak sebelum kekotoran mewabah seperti penyakit,
BalasHapushanya Allah Yang Maha Tahu dengan segala caranya.. eh kak, gue udah nonton taare zameen par. wah emang film bagus banget itu!
BalasHapuspayah nih baru nonton, eh, artikel mu yang papandayan baru part 1 doang ya?
BalasHapusmy blog is up date now, bro!
BalasHapus