Cepret = dera, Apa=Ayah
Assalamualaikum, Wr Wb
Banyak hal yang merasuk dalam
benak saya saat berkumpul dengan keluarga di rumah, kenangan-kenangan kami masa
kecil dengan ayah misalnya. Masih ingat ayah kami, ya ayah kami tak telah
mengajak kami solat, berpuasa, mengajari baca Quran, mengenalkan para nabi dan
sahabatnya, berlibur di hari minggu ke sawah, mencari talas ke kebun untuk kami
jadikan kripik, bedah kolam hingga membuat kami ketagihan memancing. Tapi ada satu
kenangan yang langsung membuat saya mesem-mesem sendiri-terpancing karena
melihat adik saya mengalaminya juga sekarang. Cepretan si apa! Itu yang kami
bilang kalo udah kena deraan bambu panjang dari ayah. Kebetulan adik saya ini
kebablasan solat subuh. Dapatlah ia cepretan si apa, udah macam hukum qisos aja
ini mah yak.
Jadi kawan2, yang ingin saya
bahas dalam tulisan ini adalah tentang makna dari cepretan si apa, kenapa harus
dicepret?, apa dampaknya bagi si anak?, dari segi agama kek mane?, bukan sok
pintar saya mah, saya tau dan sadar ilmu agama saya masih sebatas mata kaki,
tapi saya pikir ilmu seperti ini penting diketahui oleh seorang ayah atau calon
seorang ayah lah, beuhhh,,,
Pertama kenapa kita dicepret? Biasanya
kita dicepret karena kita gak solat. Jadi dulu kau susah solat mam!? hehehe,
namanya juga anak kecil. Pemahaman solat dulu berbeda sama sekarang. Suatu amal
yang lahir dari pemahaman biasanya gampang istiqomahnya, lah dulu mah solat
karena di suruh ayah, takut kena cepret juga malah. So dulu rada-rada susah mau
solatnya.
Pertanyaan kedua, apakah dengan
dicepret dosa meninggalkan solat kita akan hilang?, kalo dulu waktu kecil saya
berpikiran iya. Tapi sekarang, kalo dipikir-pikir lagi menurut pemahaman dan
sedikit literatur yang saya baca, tidak ada yang menyebutkan dosa meninggalkan
solat hilang karena dicepret (tolong koreksi kalo saya salah). Ada juga Rasul
pernah menyuruh mencepret seseorang karena orang itu munafik yang menyebarkan
fitnah terhadap istri Rasul siti Aisyah Ra. Atau ada hukum cepret atau dera bagi
pezina yang belum menikah.
Jadi kenapa ayah selalu mencepret
kami saat kami lupa atau sengaja meninggalkan solat?, ini tentang Tarbiyah atau
pendidikan seorang ayah terhadap anaknya. Pertama, ayah ingin mengajarkan pada
kami bahwa yang namanya meninggalkan solat adalah dosa (meski sebenarnya saat
itu tidak ada dosa bagi anak kecil yang belum baligh), dan dosanya meninggalkan
solat begitu besar. Emang apa?, Tau ular Suja'ul
aqro?, pokonya menurut cerita dari guruku dulu, ular ini akan menggigit
kita, mencabik2 kita, mengoyak daging kita, memukul kita hingga 70 hasta
kedalam tanah terus-terusan di alam kubur nanti hingga hari kiamat, Berat bro.
Padahal baru di alam kubur, gimana di nerakanya?, Naudzubillahi mindzalik. Dan
tentunya ayah gak mau kita masuk neraka, jadi cara yang ia pilih adalah dengan
mencepret kami agar kami sadar, bahwa ada dosa dan siksa bagi orang-orang yang
meninggalkan solat, dan sakit cepretan ini tidak seberapa dengan siksa di
akhirat kelak. Yup, sebelum di cepret memang biasanya kami diceramahi dulu
tentang siksa orang-orang yang meninggalkan solat.
Belakangan, saya menyadari alasan
yang kedua. Yaitu ia ingin menggugurkan kewajiban mengingatkan sebagai seorang
ayah terhadap anaknya. Karena di yaumul
hisab nanti, seorang anak akan dengan mudah menyeret orang tuanya ke
neraka, kalo orang tuanya tidak mengajak dan mengajarkan kebaikan juga
mengingatkan anaknya saat berbuat dosa. Nah, untuk para ayah ataupun calon
ayah, ada 3 hal kewajiban seorang ayah terhadap anaknya, saya lupa versi lengkapnya,
pokoknya initinya gini. Pertama seorang ayah wajib memberi nama yang baik. Dua
mengajarinya beribadah, mengenal Alloh, mengingatkan kala melakukan salah.
Ketiga menikahkah saat ia sudah mampu. Jadi, kalo kalian para ayah ataupun
calon ayah tidak bisa melakukan 3 kewajiban tadi, siap-siap nanti anak kita
nyalahin bahkan menyeret kita ke neraka saat ditanyai Alloh nanti.
Sipp, meski berat, kita harus
tegas terhadap anak, (udah mau punya anak ya?), hahaha, isya Alloh, kalo Alloh
mengijinkan dua tahun lagi akan menikah, dan semoga juga diberi kesempatan
untuk menerima titipan anugrah seorang anak di tahun itu juga, amiinn, doakan
dong sobaat,,,(iye di doakann, Amiinnn, eh, udah di targetin gitu pasti udah
punya calonnya ya?),,hehehe, belum lah, kalo uda ada calon dari sekarang,
berarti namanya sama aja dengan pacaran, kan pacaran gak boleh, nanti aja,
dekat2 waktu target nikah, baru dah nyari calon, semoga Alloh nanti
mempermudah, ini kenapa jadi bahas jodoh si, baiklah balik lagi,,
Jadi tujuannya mencepret adalah
untuk mentarbiyah kita anak-anaknya agar senantiasa tidak melakukan dosa, ingat
siksa dan melakukan kebaikan2. Lalu bagaimana cara dosa meninggalkan solat kita
diampuni Alloh? hemzz, pertanyaan yang bagus, menurut pemahaman saya dari sedikit
literatur yang pernah saya baca, cara kita bertaubat adalah dengan memilah
dulu, ini dosanya hanya berhubungan dengan Alloh, atau berhubungan juga dengan
manusia?, kalo berhubungan dengan Alloh, ya minta ampunan lah padaNya dan jangan
melakukan dosa itu lagi. Kalo itu dosa meninggalkan solat atau puasa, maka
qodo' lah solat atau puasa tersebut-taubatan nasuha lah.
Lalu kalo misalnya dosa kita ada
hubungan nya dengan manusia lain, ya selesaikan dulu urusan dengan manusia itu.
Seperti meminta maaf, membayar diyat kalo sampai menyakiti muslim lain, dll.
Baru setelah itu minta ampunan pada Alloh, insya Alloh kalo kita
bersungguh-sungguh meminta ampunanNya, dan berusaha tidak melakukan dosa itu
lagi, Janji Alloh dalam Al Quran adalah memaafkan kita, karena sesungguhnya
ampunanNya begitu luas.
Dalam konteks mencepret tadi,
karena kita masih belum baligh, dosa kita sudah di ampuni. Namun saat kita
sudah masuk akil Baligh, ya cara bertobatnya bisa dengan yang dijelaskan tadi. Tidak
menutup kemungkinan, kita juga bisa mengajarkan anak kita bertobat sedari
kecil, agar anak kita kelak terbiasa bertaubat.
Segitu aja kawan corat coretnya,
mudah-mudahan bermanfaat. Oya kewajiban mengingatkan juga tidak hanya seorang
ayah terhadap anaknya, juga seorang kakak terhadap adiknya atau sebaliknya,
seorang anak terhadap orang tuanya, atau kita terhadap kawan kita, intinya sebisa
mungkin kita saling mengingatkan terhadap manusia yang lain.
‘Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran
hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya,
jika masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selamah-lemahnya
iman (HR. Muslim).
Wassalamualaikum, Wr Wb
Rumah nenek,
Lebak-Banten, 13 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar