Laman

Minggu, 18 Agustus 2013

Real backpacker to Sawarna beach: Punya berapa babeh kita? Part 2 - the last

Pagi-pagi kami sudah harus sarapan, karena dari sini kaki dipaksa melangkah mungkin hingga beribu ayun. Kami akan ke pantai Sawarna hari ini juga, tidak perduli hujan, tidak ada mobil atau pesawat terbang sekalipun (ini mau kemana sih?). Karena rencananya nanti malam kita harus sudah pulang ke Bogor-Rencananya. Gw tetep bagian masak tim ini, dibantu Gilang dan Imam khoiri. Sule dengan teliti memotong sayur2 yang kami bawa sambil sesekali di tegur Ravi karena dari tadi Sule terus icip-icip mie yang kami masak. Mending kalo sekali icipnya, ini 5 kali mah ada. Bang Rokhman setelah mencari kayu bakar langsung merenung kembali menatap lautan.

Eh, disini gw mau berbagi tips membuat makanan enak yang berhasil gw temukan saat perjalanan ini. Namanya sandwich mie ala imam. Cara bikinnya.
1.  Siapkan bahan-bahan : 2 roti tawar, susu kental manis, mie yang sudah dimasak-lebih enak ditambahin sayur-sayur seperti wortel.
2.  Ambil roti tawar, lalu lumeri dengan susu kental manis
3.  Masukan mie bersayur wortel ke atas roti yang sudah diberi susu
4.  Beri susu lagi diatas mie lalu tutup pake roti tawar satunya lagi.
Jangan ngaku backpacker kalo belum nyoba makanan ini, hahaha, serius enak lho, mungkin kalian di rumah bisa mencoba dengan rasa mie yang lain, mie ayam, mie goreng, mie sambal ijo, mie kari ayam, dll.

sandwich mie ala imam

 Saat kami akan berangkat melanjutkan perjalanan, tiba2 hujan deras sekali turun. Jadi ingat ucapan gw tadi, tidak perduli hujan kan mam?, hahaha. Untunglah kami bawa raincoat, terjaaanngggg!!!!. Setelah hampir 1 setengah jam berjalan, melewati belokan yang akan ke sawarna, ingat lho ya, dari Bayah nanti akan ada pertigaan, kalo belok kanan berarti ke sawarna, dan kalo terlanjur lurus berarti ke pelabuhan ratu (gak dapet sawarna kalian). Hujan masih tetap deras, perut kembali keroncongan-tadi cuma sarapan mie doang euy. Beruntung ada seorang bapak meneriaki kami maling, eh salah meneriaki kami untuk berteduh dulu di rumahnya. Kami semua yang memang sudah kedinginan, langsung berlarian menuju rumah bapak itu

Dari logat bicaranya jelas dia orang jawa, kalo gak salah dari banyumas. Hidup berdua dengan istrinya dan tahulah kami, bahwa itu bukan rumah ‘aslinya’, melainkan tempat mereka berteduh kala hujan, beristrirahat kala cape selepas meladang di dekat situ. Ya memang banyak ladang sawah disini. Didalam nya hanya ada satu kamar, gudang pupuk, dapur dan toilet. Kami berkumpul di teras rumah sambil menyeruput kopi panas yang disuguhkan istri bapak itu. Lagi-lagi gw lupa nanya nama mereka, ya sudah kita panggil bapaknya dengan sebutan Babeh 3 dan istrinya. Seakan mereka mengerti, tidak dinyana istrinya yang tadi rela hujan-hujan untuk pergi ke warung-agak jauh lho warungnya, rupanya membeli mie dan memasakannya untuk kami berenam. Rezeki memang tidak boleh di tolak ya da?, sambil ngobrol dengan Gilang, Sule, bang Rokhman-karena mereka yang bisa bahasa jawa, gw menatap mereka dengan penuh penghormatan. Terima kasih beh,

di rumah babeh 3

 Setelah hujan agak reda, kami melanjutkan perjalanan. Entah sudah berapa kilo meter kami berjalan,. Katanya sih dari Bayah ke Sawarna sekitar 15 km, gilaaa,, sejauhh itu?/, baiklah , Jalan raya kemudian memasuki hutan, monyet-monyet hitam bergelantungan di dedahan bak penari sirkus, jalanan semakin menanajak, kadang menurun curam membuat kami ingin berlari-tak sabar. Barulah setelah 5 jam berjalan kaki, sampailah kami di pantai yang mbah google bilang secret paradise.

Untuk masuk ke pantai Sawarna, dari jalan raya harus melewati bebatuan kasar yang disusun menjadi sebuah jalan. Di kanan jalan, sebelum bertemu dengan bibir pantai, terdapat gua Langir. Saat masuk kedalam, guanya buntu dan terdapat bekas galian. Lalu nampaklah pantai Sawarna itu, pantai pasir putih, bibir pantai curam membuat ombak besar bergulung-gulung menghanyutkan siapa yang berani mendekatinya. Tebing-tebing curam di kanan pantai menjulang semakin membuat kami tepekur menikmati karunia tuhan ini. Subhanalloh.

pulau burung

tetep narsis meski cape banget

belokan menuju pantai sawarna dari jalan raya

gua langir

tepekur mensyukuri ciptaanNya

narsis di pantai sawarna

Hari semakin siang, masih ada satu destinasi terakhir yang coba kami kejar sebelum bersua dengan magrib. Tanjung layar, untuk menuju ke tempat ini terlebih dahulu harus melewati jembatan di desa Sawarna kampong cikaung dan membayar uang retribusi sebesar 2ribu. Setelah melintasi jembatan, kiri kanan jalan yang hanya bisa di lalui sepeda motor, berjejer home stay berbagai kelas, lalu melewati ke perkebunan PTPN VII hingga sampai di sebuah pantai berkarang indah. Sayang waktu kami kesana, air laut nya sedang pasang, sehingga ndak bisa kami mendekati 2 karang nan gagah yang berdiri sekitar 50 meter dari bibir pantai. Di kiri kanan si karang besar, berdiri tidak kalah gagah karang-karang kecil-mungkin setinggi manusia yang juga melindungi pantai dari terjangan ombak yang terus menghantam membuat suara bedebum yang keras.

jembatan gantung menuju tanjung layar

home stay sebelum tanjung layar

melewati kebun kelapa sebelum tanjung layar

we are di tanjung layar

Hari semakin sore, diputuskanlah kami akan menginap semalam lagi di desa Sawarna ini, sekalian bertanya pada penduduk tentang transportasi menuju Pelabuhan ratu. Masjid selalu jadi tempat incaran dimanapun kami berada, selain memudahkan dalam melaksanakan kewajiban, masjid acapkali mendatangkan rezeki yang tidak disangka-sangka, hehehe, #ngarep. Dan benar saja, setelah bersih2, ikut berjamaah magrib juga isya, niat awal mau menumpang masak nasi di rumah warga tepat disamping masjid, eh malah di tawari makanan ini itu plus diantar langsung ke masjid. Sambil menikmati hidangan, tau lah kami bahwa bapak yang menjamu kami itu memiliki anak lanang di fakultas perikanan IPB angkatan 47 kalo gak salah. Wah, pilihan yang sangat tepat bapak menyekolahkan anaknya. Setelah lulus maka ia harus mengembangkan desa ucapnya bangga. Jadi kita panggil babeh 4 untuk bapak ini. Malam ini kami pun semakin dekat satu-sama lain, perjalanan 3 hari ini sungguh teramat sangat berkesan untuk dilupakan, semua langsung memejamkan mata-kelelahan seharian berjalan kaki.

bersama tidur di mesjid, setelah di jamu babeh 4 di desa sawarna

Dan di pagi hari giliran bapak yang rumahnya di samping kiri masjid yang menjamu kami. Darinya kami mengetahui bahwa ingin sekali ia membuat sebuah kerajinan khas desa Sawarna ini. Maka berbekal pengalaman di beberapa daerah yang pernah kami kunjungi, kami memberikan masukan tentang kerajinan apa saja yang bisa dibuat. Ia begitu antusias menerima masukan kami. Dan mempersilahkan kami menghabiskan makanan yang ia jamukan. Alhamdulillah punya babeh ke 5.


sule dan monyetnya, eh burung hantunya, nyasar eta burungnya.

sederhana, tapi nikmat.

di mesjid Pelabuhan ratu dengan Babeh 1, sebelum pulang lagi ke Bogor

Tepat jam 7 pagi elf menuju Pelabuhan ratu sudah datang, jangan sampai telat ucap babeh 4 dan babeh 5 membangunkan kami tadi pagi. Karena elf tersebut hanya beroperasi sehari sekali pada jam 7 pagi. Kalo dari Pelabuhan ratu elf ke Sawarna beroperasi sekitar jam 12 siang juga sekali sehari. Diperjalanan semua terdiam, menikmati lamunan masing-masing, sadar sebentar lagi akan berpisah dan kembali ke rutinas di Bogor. Tapi di hati dan pikiran kami, petualangan 3 hari kemarin sungguh sangat luar biasa, dengan tulisan ini, akan kukenalkan kalian pada dunia, wahai para petualang pembelajar kehidupan. Kalian tidak akan pernah lelah untuk mencintai negeri ini dan belajar dari nya. Berterimakasih lah juga pada manusia di dalamnya yang masih peduli pada sesama, tidak mengedepankan ego seperti yang sering kita dengar dari berita di tipi.

Selamat hari kemerdekaan kawan.

Mess putra no 4, LAJ Jambi 17 Agustus 2013

4 komentar:

  1. wowh, very like it. Semoga bisa mencobanya suatu saat nanti :D

    BalasHapus
  2. seru ya wisata ala backpackernya, kebayang gempornya :)
    di sawarna gak ke pantai legon pari? menurut aku sih paling bagus yang legon (laguna mungkin maksudnya) pari itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gempor buanget,,
      legon pari disebelah mana tuh? banyak gua-gua itu juga, ?

      Hapus